Selasa, 23 September 2014

PUBERTAS, SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS



PENGERTIAN PUBERTAS, FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN UMUR TERRJADINYA PUBERTAS
 
Pubertas adalah umur atau waktu di mana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan berkembang. Pubertas tidak menandakan kapasitas reproduksi yang normal dan sempurna.Pubertas pada hewan jantan ditandai dengan kesanggupan berkopulasi dan menghasilkan sperma disamping perubahan-perubahan alat kelamin sekunder. Sedangkan pada hewan betina ditandai dengan adanya estrus dan ovulasi. Pubertas terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai, sehingga hewan muda harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Estrus dan ovulasi pertama pada hewan betina disertai oleh kenaikan ukuran dan berat organ reproduksi secara cepat.
Pertumbuhan dan perkembangan organ- organ kelamin betina sewaktu pubertas dipengaruhi oleh hormon GONADOTROPIN dan hormon-hormon gonada l (tertosteron dan estrogen). Hormon Folikel Stimullating Hormon (FSH) pelepasannya dalam darah menyebabkan pertumbuhn Folikel ± Folikel Ovarium. Ketika Folikel tumbuh, matang dan berat ovarium meninggi, maka estrogen dilepaskan kealiran  darah oleh ovarium yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan saluran kelamin betina.folikel yang matang akan dilepaskan dan terjadi ovulasi, hal ini dibawah pengaruh hormon LH(Lutainizing Hormon.
Pubertas didefenisikan sebagai umur pada saat estrus p-ertama kali yang disertai ovulasi. Pebertas terjadi ketika gonadotropin dihasilkan oleh hypopysis anterior dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk menginisiasi pertumbuhan folikel dan ovulasi. Pertumbuhan folikel dan ovulasi. Pertumbuhan folikel dan ovulasi. Pertumbuhan folikel dapat dideteksi beberapa bulan sebelum pubertas (Anonim, 2004).
Sejumlah faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang menonjol pada umur saat pubertas. Pada umumnya setiap faktor yang mengurangi kecepatan pertumbuhan, dengan demikian mencegah ekspresi potensial genetik akan menunda pubertas. Faktor lingkungannya seperti makanan, kesehatan, sanitasi, umur, temperatur, hereditas, tingkat pelepasan homon, berat, dan lain sebagainya (Anonim, 2004).
Umur dan berat pada saat pubertas dipengaruhi oleh berbagai faktor genetik. Rata-rata umur pada saat pubertas adalah 4-7 bulan pada babi, 7-10 bulan pada domba, 8-11 bulan pada sapi, 15-24 bulan pada kuda. Berat badan ras-ras dalam satu spesies tertentu tergantung pada ukuran dewasa ras tersebut.
Pubertas normalnya dicapai pada umur 7-12 bulan atau dengan kata lain 2-3 bulan sesudah betina mencapai berat badan dewasa. Jenis anjing kecil pubertasnya lebih awal dari jenis besar, sebab berat badan dewasa dicapai umur lebih awal. Anjing betina memsuki pubertas bebrapa bulan sebelum anjing jantan. Pada anjing beagle umur estrus pertama rata-rata kurang lebih 15 hari (Junaidi, 2001).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi permulaan pubertas. Induk jantan dapat mempengaruhi waktu estrus pertama kali pada anak betinanya. Anjing yang hidup bebas dan anjing domestik yang dapat berkelana dengan bebas secara seksual lebih awal dewasanya daripada anjing yang di kennel (Junaidi., 2001).
Tabel 1. Umur pubertas dan perkawinan pertama yang dianjurkan pada hewan jantan.
Jenis ternak
Umur pada pubertas
(bulan)
Umur yang dianjurkan pada perkawinan pertama
(bulan)
Rata-rata
Kisaran
Kuda
18
12—24
18—24
Sapi
10
6—18
18—24
Domba
7
4—12
10—14
Babi
6
4—8
6—8








PENGERTIAN SPERMATOGENESIS BESERTA MEKANISME TERJADINYA


Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
         PROSES SPERMATOGENESIS
            Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
·         LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
·         FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1.  Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploidSpermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2.  Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
TAHAP – TAHAP SPERMATOGENESIS
Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Berikut adalah skema tahapan spermatogenesis :
Penjelasan skema tahap spermatogenesis :
            Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
            Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n)
Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid. (n) Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
                Sperma yang matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens- vesicula seminalis - urethra dan berakhir dengan ejakulasi.
























PENGERTIAN OOGENESIS BESERTA PROSES TERJADINYA OOGENESIS

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu. Oogenesis dimulai dengan pembentukkan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia. Terjadi dalam organ reproduksi betina yaitu ovarium.
Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam proses meiosis. Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar dan folikel disekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase meiosis I dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating hormone).
            Seperti halnya pada spermatogenesis, oogenesis pun memiliki tahap, diantaranya:
1.      Proliferasi (perbanyakan)
Tahap perbanyakan belangsung secara berulang-ulang. Gametogonium membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya. Sel benih primordial berdiferensiasi menjadi oogonium, lalu mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer, siap memasuki periode tumbuh. Padamamalia masa proliferasi terjadi dalam kandungan induk.
2.      Pertumbuhan
Pada pertumbuhan, oogonium akan tumbuh membesar menjadi oogonium I. Pertumbuhan sangat memegang peranan penting, karena sebagian besar dari substansi telur digunakan dalam perkembangan selanjutnya. Diferensiasi juga terdapat pada periode tumbuh.
3.      Pematangan
Pada proses ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah terjadi fase pertumbuhan, oogonium I mengalami tahap pematangan, yang berlangsung secara meiosis. Akhir meiosis I terbentuk oogonium II dan akhir meiosis II terbentuk ootid.
4.      Perubahan bentuk
Ootid dalam fase terkhir akan mengalami perubahan bentuk (transformasi)menjadi gamet. Pada mamalia, selesai meiosis I pada betina, terbentuk oosit II dan satu polosit. Polosit jauh lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma sedikit sekali. Akhir dari meiosis II akan terbentuk satu ootid dan satu polosit II. Sementara itu polosit I membelah pula menjadi dua, tapi jarang terjadi karena berdegenerasi lebih awal. Tiga polosit tersebut akan berdegenerasi lalu diserap kembali oleh tubuh. Jadi pada betina oosit tumbuh menjadi 1 ovum.
Proses terjadinya oogenesis
            Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berumur 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut adalam keadaan istirahat (dorman).
            Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta oosir primer. Saat mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
            Selanjutnya, oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dan luruh bersama dinding rahim, dimana kejadian ini disebut dengan menstruasi. Namun jika ada sperma yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel yang kecil disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan berkembang menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada dalam suatu folikel telur. Folikel telur atau disingkat folikel merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hinggan terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubingi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.