Kamis, 24 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK MENGENAI TELUR ASIN, ES KRIM DAN KERUPUK KULIT



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK






PEMBUATAN ES KRIM, TELUR ASIN DAN KERUPUK KULIT




NAMA                      : RAHMA NINGSI
NIM                          : I 111 12 295
KELOMPOK          : VIII (DELAPAN)
GELOMBANG       : II (DUA)
ASISTEN                 : M. SALDY







 




















LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakng
Salah satu hasil produksi ternak adalah susu dari sapi perah dan telur dari ayam dan itik serta kulit. Telur, susu dan kulit sebagai produk dari ternak yang merupakan penyuplai protein hewani terbesar bagi Indonesia. telur itik, susu dan kulit  merupakan sebagian produk ternak yang dapat diolah menjadi berbagai produk sesuai dengan kebutuhan protein hewani masyarakat.
Selain itu  komoditi peternakan dikenal sebagai komoditi yang memiliki banyak manfaat. Produk utama ternak (daging, susu dan telur) merupakan sumber bahan pangan yang bergizi tinggi dan dikonsumsi anggota rumah tangga. Ternak berperan penting dalam program ketahanan pangan rumah tangga petani, terutama bagi petani ternak di pedesaan. Sebagian ternak juga menghasilkan tenaga yang dapat digunakan dalam mengolah lahan pertanian. Ternak juga berperan sebagai sumber uang tunai, sebagai sumber pendapatan dan sebagai salah satu bentuk investasi (tabungan hidup) yang dapat diuangkan sewaktu dibutuhkan..
Produk peternakan seperti susu dan telur yang dikomsumsi manusia biasanya dikomsumsi begitu saja tanpa berbagai macam olahan. Komoditas hasil ternak seperti susu dan telur, umumnya memiliki masa simpan yang singkat karena mudah rusak (perishable). Namun, dewasa ini, teknologi pengolahan hasil ternak semakin maju dan modern. Produk– produk peternakan telur dan susu dapat dikomsumsi dengan berbagai macam olahan tanpa mengurangi cita rasa (flavor) susu dan telur tersebut dengan metode pengawetan. Berbagai produk olahan daging antara lain bakso, nugget, dendeng, sosis, abon dan lain-lain. Produk olahan susu antara lain dangke, ice cream, yogurt, keju, susu skim dan lain-lain.Untuk produk olahan telur antara lain telur asin, abon telur, telur pindang, egg nog, tepung telur dan lain-lain serta kulit yaitu kerupuk kulit, serta bahan untuk pembuatan dompet, sepatu bahkan tas. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum  teknologi pengolahan hasil ternak mengenai pembuatan es krim, Telur Asin, dan kerupuk kulit.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya praktikum  mengenai es krim, Telur asis dan kerupuk kulit yaitu untuk mengetahui cara pembuatan es krim, mengetahui hal-hal yang diperhitungkan dalam pembuatan es krim, dapat mengetahui teknik pengawetan telur, mengetahui karakteristik telur yang diawetkan dengan teknik pengasisnan dan dapat mengetahui jenis olahan kulit ternak seperti kerupuk kulit.
Kegunaan dilakukannya praktikum mengenai es krim, telur asin, dan kerupuk kulit yaitu agar praktikan dapat mengetahui cara pembuatan es krim, mengetahui hal-hal yang diperhitungkan dalam pembuatan es krim, dapat mengetahui teknik pengawetan telur, mengetahui karakteristik telur yang diawetkan dengan teknik pengasisnan dan dapat mengetahui jenis olahan kulit ternak seperti kerupuk kulit





TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Susu
Susu adalah cairan berwarna putih yang disekresikan oleh kelenjar mamae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya Sebagian besar susu yang di konsumsi manusia berasal dari sapi, yang biasa disebut susu sapi. Sedangkan susu ternak lainnya biasanyadiikuti nama ternak asal tersebut, misalnya susu kerbau, susu kambing, susu unta dan sebagainya dan susus manusia disebut ASI atau dapt disebut air susu ibu (sediaotama, 1985). Susu adalah cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat (winarno, 1993).
Ø  Kandungan Susu
Didalam susu terdapat zat gizi karbohidrat berupa laktosa. Karena sifat gulanya yang tidak terlalu manis, gula laktosa susu tidak terlalu merusak gigi. Zat gisi lain yang dikandung oleh susu adalah lemak, sumber vitamin lemak, sumber vitamin larut lemak seperti vitamin A, vitamin E, dan vitamin D. Susu juga menjadi sumber asam lemak esensial dan hormone. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik, yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Mineral seperti magnesium, zat besi, kalium, yodium, natrium, selenium, dan zinc terkandung dalam susu.
Menurut sediaotama (1985), satu kelas susu (200ml) mengandung nilai gizi sebagai berikut:


a.       Energy
Energy dalam susu adalah sekitar 59,0 kalori. Jumlah kalori yang dianjurkan untuk di konsumsi per orang perhari sangat bergantung pada jenis kelamin, umur, ukuran badan dan tingkat keadktifan individu. Energy diperlukan untuk kerja otak system ssaraf, kerja dalam tubuh seperti pembentukan dan perbaikan jaringan, penyerapan dan transportasi zat-zat gizi serta kerja otot-otot tubuh (winarno, 1993).
b.      Air
Kandungan air dalam susu tinggi sekali yaitu sekitar 88,5 %. Susu berfungsi sebagai emulsi lemak dalam air serta sebagai pelarut berbagai senyawa (winarno, 1993).
c.       Protein
Susu merupakan sumber protein dengan mutu sangat tinggi, kadar protein susu segar sekitar 3,5%. Protein susu mewakili salah satu mutu protein yang nilainyasepadan dengan daging dan hanya diungguli oleh protein telur. Protein susu mengandung lisin dengan jumlah yang relative sangat tinggi (Gaman, 1994).
d.      Lemak
Kadar lemak dalam susu sekitar 3,0-3,5%. Lemak susu, khususnya trigliserida mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi kadarnya. Serta rendah dalam konsentarsi asam lemak tidak jenuh (polyunsaturated acid) terutama linolenat, lemak susu berbentu emullsi dan mudah dicerna (winarno, 1993).

e.       Karbohidrat
Kandungan karbihidrat (laktosa) dalam susu sekitar 4-6%. Meskipun kandungan gulanya cukup tinggi, tetapi rasanya tidak manis, daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa). Kandungan laktosa bersama dengan garam bertanggung jawab dengan rasa susu yang spesifik (winarno, 1993).
f.       Mineral
1.      Kalsium (Ca)
Susu ternyata miskin akan mineral, tetapi kaya akan kalsium yaitu sekitar 100mg. kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan mineral. Lebih dari 98% kalsium berada dalam tulang. Penyerapan kalsium yang berasal dari susu oleh tubuh sekitar 30% sampai 60% (Worthington, 2000).
2.      Phosfor (p)
Susu merupakan sumber phosphor yang baik yaitu sekitar 90mg. kebutuhan phosphor anak-anak sekitar 800-1200 mg. Phosfor biasanya bekerja sama dengan kalsium dan vitamin D, phosfor berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.
3.      Besi (Fe)
Susu miskin akan mineral terutama besi yaitu sekitar 0,1mg, karena zat besi dalam susu sapi tidak mudah diabsorpsi dibandingkan dengan zat besi dalam ASI (Suhardjo, 2000).
4.      Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi mikromolekul. Vitamin sangat diperlukan oleh tubuh, meskipun kebutuhannya tidak banyak tetapi apabila kekurangan vitamin akan mengakibatkan suatu penyakit tertentu. Vitamin terdiri atas 2 jenis, vitamin larut lemak (A, D, E, K dan air (B, C dsb).
Ø  Manfaat Susu
Selain bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi, susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi produksi melatonin. Melatonin adalah hormone yang dihasilkan oleh kelenjar pineal pada malam hari, kehadiran melatonin akan mebuat kita merasa mengantuk dan kemudian tubuh bisa beristrahat dengan baik. Susu mengadung banyak asam amino triptofan yang merupakan salah satu bahan bakar melatonin. Sehingga dianjurkan minum susu sebelum tidur, agar tubuh dapat beristrahat dengan baik. Selain itu, susu ternyata mempunyai kemampuan mengikat logam-logam yang bertebaran akibat polusi. Dengan demikian susu bermanfaat untuk meminimalisasi dampak keracunan logam berat yang secara tidak sengaja masuk kedalam tubuh karena lingkungan yang terpolusi (Khomsan, 2004).
Dalam artikel kesehatan, manfaat susu adalah sebagai berikut:
a.       Mencegah osteoporosis dan menjaga tulang tetap kuat. Bagi anak-anak, susu berfungsi untuk pertumbuhan tulang yang membuat anak menjadi tambah tinggi.
b.      Menurunkan tekanan darah.
c.       Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut. Susu mampu mengurangi keasaman mulut, merangsang air liur, mengurangi plak dan mencegah gigi  berlubang.
d.      Menetralisis racun seperti logam atau timah yang mungkin terkandung dalam makanan.
e.       Mencegah terjadinya kangker kolon dan kangker usus.
f.       Mencehag diabetes tipe 2.
g.      Mempercantik kulit membuatnya lebih bersinar. 
h.      Membantu agar lebih cepat tidur. Hal in karena kandungann susu akan merangsang hormone melatonin yang akan membuat tubuh mengantuk.
Ø  Jenis susu
1.      Full cream
Mengandung 4% lemak dan umumnya banyak mengandung vitamin A dan vitamin D.
2.      Low fat
Susu rendah lemak, karena kandungan lemaknya hanya setengah dari susu full cream.
3.      Skim
Susu yang kandungan lemaknya sedikit lagi, kurang dari 1%.
4.      Susu Pasteur
Susu yang melalui proses pasteurisasi (dipanaskan) 65° sampai 80°c selama 15 detik untuk membunuh bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit.
5.      Susu evaporasi
Susu yang telah diuapkan sebagian airnya sehingga menjadi kental. Mirip dengan susu kental manis, tetapi susu jenis ini rasanya tawar.


6.      Flavoured
Sebenarnya susu full cream atau low fat yang ditambahkan rasa tertentu untuk variasi. Misalnya susu coklat, strawberry, pisang, dan rasa lainnya. Umumnya memiliki kandungan gula yang lebih banyak karena penambahan rasa ini.
7.      Calcium enriched
Susu yang ditambah dengan kandungan kalsium dan kandungan lemaknya tealh dikurangi.
8.      UHT
Merupakan singkatan dari Ultra-High Temperature-Treated. Susu jenis ini adalah susu yang dipanaskan dalam suhu tinggi (140°C) selama 2 detik yang kemudian langsung dimasukkan dalam karton kedap udara. Susu ini dapat disimpan untuk waktu yang lama.
9.      CLA
Susu ini bermanfaat bagi orang yang ingin merampingkan tubuh. Kepanjangan dari CLA adalah Conjugate Linoleic Acid yang akan membantu dalam pembentukan otot dan mempercepat pembakaran lemak.
B.     Tinjauan Umum Telur
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama : kulit telur, bagian cairan bening, dan bagian cairan yang berwarna kuning (Rasyaf, 1990).
Menurut Suprapti (2002), telur merupakan salah satu produk peternakan unggas yang memiliki kandungan gizi lengkap dan mudah dicerna. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani disamping daging, ikan dan susu. Secara umum terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu kulit telur atau cangkang (11 % dari bobot tubuh), putih telur (57 % dari bobot tubuh) dan kuning telur (32 % dari bobot tubuh).
Tepung telur pada dasarnya masih merupakan telur mentah juga, namun sudah dikeringkan sebagian besar kandungan airnya, hingga hanya tersisa kurang lebih 10 % saja. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan tepung telur ini adalah telur-telur yang mengalami retak atau pecah telur, serta telur-telur yang telah mendekati batas akhir umur penyegarannya (Suprapti, 2002).
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama : kulit telur, bagian cairan bening, dan bagian cairan yang berwarna kuning (Rasyaf, 1990).
Menurut Suprapti (2002), telur merupakan salah satu produk peternakan unggas yang memiliki kandungan gizi lengkap dan mudah dicerna. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani disamping daging, ikan dan susu. Secara umum terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu kulit telur atau cangkang (11 % dari bobot tubuh), putih telur (57 % dari bobot tubuh) dan kuning telur (32 % dari bobot tubuh).
Ciri-ciri telur yang baik antara lain : kerabang bersih, halus, rongga udara kecil, kuning telurnya terletak ditengah dan tidak bergerak, putih telur bagian dalam kental dan tinggi pada bagian putih telur maupun kuning telur tidak terdapat noda darah maupun daging. Bentuk telur serta besarnya juga proporsional dan normal (Sudaryani dan Samosir, 1997).
Telur sangat tahan terhadap kehilangan isi karena ketahanan kerabang terhadap penyusupan zat cair atau perbanyakan jasad renik. Telur utuh terdiri atas beberapa komponen, yaitu air 66 % dan bahan kering 34 % yang tersusun atas protein 12 %, lemak 10 %, karbohidrat 1 % dan abu 11 %. Kuning telur adalah salah satu komponen yang mengandung nutrisi terbanyak dalam telur. Kuning telur mengandung air sekitar 48 % dan lemak 33 %. Kuning telur juga mengandung vitamin, mineral, pigmen dan kolesterol. Putih telur terdiri atas protein, terutama lisosin yang memiliki kemampuan anti bakteri untuk membantu mengurangi kerusakan telur (Akoso, 1993).
C.    Tinjauan Umum Kulit
Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedia Indonesia, dijelaskan bahwa kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar suhu. Pada saat hidup, kulit memiliki fungsi antara lainsebagai indra perasa, tempat pengeluaran hasil pembakaran, sebagaii pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan tubuh hewan (Sunarto, 2001).
 Kulit  adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh dalam luas permukaan dan berat badan. Kulit terdiri dari dua  lapisan yaitu epidermis dan dermis. Di bawah dermis terletak hipodermis atau  jaringan subkutan lemak. Kulit memiliki tiga fungsi utama yaitu perlindungan, regulasi, dan sensasi. Kulit adalah organ perlindungan. Fungsi utama dari kulit adalah untuk bertindak sebagai penghalang. Kulit memberikan perlindungan dari: dampak mekanik dan tekanan, variasi suhu, mikro-organisme, radiasi dan bahan kimia.
Pertumbuhan kulit dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik berpengaruh terhadap karakteristik struktur jaringan kulit. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap ketebalan lapisan-lapisan kulit, dan komponen kimiawi penyusun kulit (Saleh, 2004).
Menurut Saleh (2004), bahwa kulit terdiri dari epidermis, dermis (korium) dan hypodermis (subcutis). Epidermis kulit tebal tersusun atas 5 stratum, yaitu dari bagian luar kearah dalam stratum korneum, stratum lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum germinativum (alkalie). Stratum spinosum bersama-sama stratum germinativum selanjutnya disebut stratum malphighi dan berbatasan langsung dengan dermis. Dermis (korium) terdiri dari dua stratum, yaitu stratum papilare dan stratum retikulare. Stratum papilare pada kulit tebal berbatasan langsung dengan epidermis mempunyai ketebalan kurang lebih 20% dari tebal korium, sedangkan stratum retikulare merupakan bagian utama dari korium yang susunannya didominasi oleh berkas serabut kolagen.
Kulit segar yang baru dilepas dari tubuh binatang memiliki beberapa unsur berikut (Sunarto, 2001) :
Collagen          : 30% - 32%
Lemak             : 2% - 5%
Epidermis        : 0,2% - 2%
Mineral            : 0,1% - 0,3%
Air                   : 60% - 65%
Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka  kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi.  Berat kulit pada sapi, kambing  dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh.  Secara ekonomis kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak (Gazali, 2011).
Ø  Komposisi Kimia Kulit
Kulit mempunyai sifat fisik dan kimia (physical dan chemical properties), yaitu sifat fisik adalah yang termaksuk kekuatan fisik dan keadaan fisik struktur kulit. Sedangkan sifat-sifat kimia adalah komposisi atau kadar zat-zat kimia yang terkandung didalamnya (Kanagy, 1977). Adapun komposisi kimia dari kulit dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia kulit
            Komposisi Kimia                                                       (%)
            Air                                                                            65,90
            Protein                                                                      22,98
            Lemak                                                                         5,60
            Abu                                                                             3,49
Sumber : Purnomo, (1992)

Protein terdiri dari dua yaitu protein fibrous dan protein globular. Protein yang terkandung di dalam kulit terdiri dari 29% kolagen , 0,2%  keratin, 1 % globulin dan Albumin,  0,7% mucin dan mucoid.  
D.    Tinjauan Umum Es Krim
Es krim merupakan makanan padat dan beku dengan tekstur yang lembut dan memiliki nilai gizi yang tinggi serta digemari oleh masyarakat. Es krim pertama  kali ditemukan pada abad ke-4 oleh bangsa Romawi ketika mendapatkan perintah dari pangeran Nero untuk membuat suatu makanan segar yang terbuat dari salju pegunungan yang dicampur dengan madu dan sari buah. Es krim ditemukan secara komersial pada abad ke-18 seiring dengan ditemukannya mesin freezer yang digunakan untuk membekukan serta mendinginkan makanan, dan produk es krim pertama kali dibuat di Amerika pada tahun 1851.
Di Indonesia pada tahun 1930 orang-orang baru mengenal produk es krim, namun pada saat itu es krim merupakan konsumsi golongan atas dan hanya orang kaya yang dapat menikmatinya. Seiring dengan perkembangan zaman sekarang es krim dapat dinikmati oleh seluruh lapisan dan golongan masyarakat di Indonesia. Setiap tahunnya produk es krim meningkat dengan banyaknya konsumsi es krim di Indonesia (Syahputra, 2008).
Menurut Bylund (1995) sebenarnya  kapan produk es krim dimulai tidak diketahui dengan jelas tapi diduga berasal dari China. Dari buku-buku lama yang dipelajari diketahui bahwa orang Cina menyukai produk beku dari campuran sari buah dengan salju, yang sekarang disebut es batu. Produk ini kemudian meluas ke Jerman dan Italia.
Es krim adalah produk pangan beku yang dibuat melalui kombinasi proses pembekuan dan agitasi pada bahan-bahan yang terdiri dari susu dan produk susu, pemanis, penstabil, pengemulsi, serta penambah citarasa (flavor). Es krim biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan (desert) dan dikelompokkan dalam makanan camilan (snack). Prinsip pembuatan es krim adalah membentuk rongga udara pada campuran bahan es krim atau Ice Cream Mix (ICM) sehingga diperoleh pengembangan volume yang membuat es krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat, dan mempunyai tekstur yang lembut (Padaga dan Sawitri, 2005).
Es krim adalah makanan yang mengandung lemak, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Menurut SNI es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Es krim terdiri dari 62 – 68% air, 32 – 38% bahan padat dan udara. Menurut Soeparno (1998) menjelaskan bahwa es krim adalah sejenis produk makanan beku yang terbuat dari krim susu, gula dengan atau tanpa penambahan zat pembentuk aroma dan mengandung antara 8-14% lemak susu.
Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan es krim antara lain lemak, bahan kering tanpa lemak (BKTL), bahan pemanis, bahan penstabil, dan bahan pengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik untuk mendapatkan es krim berkualitas baik. Lemak susu berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi es krim, menambah cita rasa, menghasilkan karakteristik tekstur yang lembut  (Padaga dan Sawitri, 2005). Tabel syarat mutu es krim dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat Mutu Es Krim Menurut SII (Standar Industri Indonesia) Nomor 1617 Tahun 1985
Bahan

Standar
Lemak (%)
:
Minimal 8,0
Padatan susu bukan lemak (%)
:
Minimal 6,0-15,0
Gula (%)
:
Minimal 12,0
Bahan Tambahan :


Pemantap, pengemulsi
:
Sesuai SK Depkes RI No. 235/Menkes/Per/VI/79
Zat warna
:
Pemanis buatan
:
Jumlah bakteri
:
Negatif
Sumber :  Padaga dan Sawitri, 2005

Bahan lain menyusun es krim adalah gula, pengemulsi dan penstabil. Jenis gula yang sering dipakai adalah sukrosa, berfungsi memperbaiki tekstur, meningkatkan kekentalan dan memberi rasa manis. Bahan penstabil berfungsi menjaga air di dalam es krim agar membeku benar dan mengurangi kristalisasi es. Bahan pengemulsi dipakai untuk memperbaiki tekstur es krim yang merupakan campuran air dan lemak. Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan es krim dan frozen dessert lainnya adalah carboxymethyl cellulose (CMC), gelatin, alginat, karagenan, gum arab dan pektin. Rasa pada es krim merupakan kombinasi antara cita rasa dan bau, diciptakan untuk memenuhi selera konsumen. Sehingga produsen menggunakan perasa (flavor) tertentu untuk menghasilkan citarasa yang diinginkan konsumen  (Soeparno 1998).
Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah CMC, gum arab, sodium alginat, karagenan, dan agar. Bahan penstabil berperan untuk meningkatkan kekentalan Ice Cream Mix (ICM) terutama pada saat sebelum dibekukan dan memperpanjang masa simpan es krim karena dapat mencegah kristalisasi es selama penyimpanan. Bahan pengemulsi utama yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah kuning telur, juga minyak hewan atau nabati. Bahan pengemulsi bertujuan untuk memperbaiki struktur lemak dan distribusi udara dalam ICM, meningkatkan kekompakan bahan-bahan dalam ICM sehingga diperoleh es krim yang lembut, dan meningkatkan ketahanan es krim terhadap pelelehan bahan. Campuran bahan pengemulsi dan penstabil akan menghasilkan es krim dengan tekstur yang lembut (Padaga dan Sawitri, 2005).
(Sakurai, Kubota, Hakamata, Yoshida,  1996) menyatakan bahwa kualitas es krim dipengaruhi oleh perbandingan komposisi antara bahan baku dan metode produksi. Selama proses pendinginan akan mengubah luas tempat di dalam globula lemak, kristal es dan sel udara, membran globula lemak dan hasil daya tahan cair pada es krim. Persyaratan komposisi es krim mix dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan Komposisi Es krim Mix
Unsur
Komposisi
Lemak susu
Bahan kering tanpa lemak
Bahan pemanis gula
Bahan penstabil
Bahan pengemulsi
Air
                   10-16%
                    9-12%
                  12-16%
                    0-0,4%
                      0-0,25%
                  55-64 %
Sumber : Padaga dan Sawitri, 2005

Nilai Gizi Es Krim

Komposisi es krim bermutu tinggi sarat dengan energi, protein dan lemak, terutama lemak jenuh. Tabel 4. menyajikan komposisi gizi es krim per 100 gram.
Tabel 4. Kandungan gizi es krim per 100 g
Kandungan Gizi
Per 100 gram
Energi
Protein
Lemak
Kalsium
Fosfor
207 kal
4 g
  12,5 g
123 mg
99 mg
Sumber : Astawan, 2011

Es krim dapat ditambahkan dengan bahan pengemulsi dan perasa (flavour). Es krim terbukti memiliki beberapa fakta gizi yang didukung oleh bahan baku utamanya, yaitu susu tanpa lemk dan lemak susu. Susu disebut sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizi yang lengkap (Astawan, 2011).
Selain air dan lemak, molekul-molekul tersebut mencakup protein, karbohidrat, mineral, enzim-enzim, gas, serta vitamin A. C dan D. Susu termasuk dalam golongan pangan fungsional. Pangan fungsional merupakan pangan yang memiliki efek kesehatan lain di samping efek zat gizinya. Susu mengandung beberapa komponen bioaktif yang memiliki efek kesehatan yang signifikan. Komponen bioaktif susu diantaranya adalah protein susu, laktosa, asam-asam lemak dan mineral, terutama kalsium. Hal ini menyebabkan produk-produk turunan susu juga masih memiliki efek fungsional, termasuk es krim (Astawan, 2011).
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produk Ice Cream
1.      Lemak Susu
Lemak bisa dikatakan sebagai bahan baku ice cream, lemak yang terdapat pada ice cream berasal dari susu segar yang disebut krim. Lemak susu berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi ice cream, menambah citarasa, menghasilkan karakteristik tekstur yang lembut, membantu memberikan bentuk dan kepadatan, serta memberikan sifat meleleh yang baik. Kadar lemak dalam ice cream yaitu antara 8% sampai 16% (Padaga, 2005).
2.      Bahan Kering Tanpa Lemak
Bahan kering tanpa lemak (BKTL) berfungsi untuk meningkatkan kandungan padatan di dalam ice cream sehingga lebih kental. BKTL juga penting sebagai sumber protein sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi ice cream. Unsur protein dalam pembuatan ice cream berfungsi untuk menstabilkan emulsi lemak setelah proses homogenisasi, menambah citarasa, membantu pembuihan, meningkatkan dan menstabilkan daya ikat air yang berpengaruh pada kekentalan dan tekstur ice cream yang lembut. Sumber BKTL antara lain susu skim, susu kental manis, dan bubuk whey. Kadar skim dalam ice cream yaitu antara 9% sampai 12%.  (Suprayitno, 2010).
3.      Bahan Pemanis
Bahan pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan ice cream adalah gula pasir (sukrosa) dan gula bit. Bahan pemanis selain berfungsi memberikan rasa manis, juga dapat meningkatkan citarasa, menurunkan titik beku yang dapat membentuk kristal-kristal ice cream yang halus sehingga meningkatkan penerimaan dan kesukaan konsumen. Penambahan bahan pemanis sekitar 12% sampai 16% (Padaga, 2005).
4.      Bahan Penstabil (stabilizer)
Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan ice cream adalah CMC (carboxy methyl celulose), gum arab, sodium alginat, karagenan, dan agar. Bahan penstabil berperan untuk meningkatkan kekentalan ICM terutama pada saat sebelum dibekukan dan memperpanjang masa simpan ice cream karena dapat mencegah kristalisasi es selama penyimpanan. Kadar penstabil dalam ice cream yaitu antara 0% sampai 0.4% (Padaga, 2005).
5.      Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi utama yang digunakan dalam pembuatan ice cream adalah garam halus. Bahan pengemulsi bertujuan untuk memperbaiki struktur lemak dan distribusi udara dalam ICM, meningkatkan kekompakan bahan-bahan dalam ICM sehingga diperoleh ice cream yang lembut, dan meningkatkan ketahanan ice cream terhadap pelelehan bahan. Campuran bahan pengemulsi dan penstabil akan menghasilkan ice cream dengan tekstur yang lembut. Kadar pengemulsi dalam ice cream yaitu antara 0% sampai 0.25% (Padaga, 2005).
6.      Aging
Aging merupakan suatu proses pendinginan campuran yang telah dihomogenisasi pada suhu di bawah 5oC selama antara 4 sampai 24 jam. Waktu aging selama 24 jam memberikan hasil yang terbaik pada industri skala kecil. Hal ini menyediakan waktu bagi lemak untuk menjadi dingin dan mengkristal serta menghidrasi protein dan polisakarida sepenuhnya. Selain itu kristalisasi lemak, adsorpsi protein, stabilizer dan emulsifier dalam globula lemak membutuhkan waktu beberapa jam terutama jika gelatin ditambahkan sebagai stabilizer (Suprayitno, 2010).
7.      Homogenisasi
Homogenisasi pada pembuatan ice cream bertujuan untuk menyebarkan globula lemak secara merata keseluruh produk, mencegah pemisahan globula lemak kepermukaan selama pembekuan dan untuk memperoleh tekstur yang halus karena ukuran globula lemak kecil, merata, dan protein dapat mengikat air bebas. Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 70oC setelah pasteurisasi sebelum mix menjadi dingin dengan suhu minimum 35oC (Julianti, 2011).
Manfaat homogenisasi yaitu bahan campuran menjadi sempurna, mencegah penumpukan disperse globula lemak selama pembekuan, memperbaiki tekstur dan kelezatan, mempercepat aging dan produk yang dihasilkan lebih seragam (Julianti, 2011).
E.     Tinjauan Umum Telur Asin
Telur asin merupakan produk pengawetan bentuk olahan.Sebab,rasa telur telah menjadi asin dan dalam bentuk matang. Keuntungan pengasinan telur ini adalah mempunyai usia simpan lebih dari 1 bulan,rasanya enak,siap dimakan,nilai gizinya tetap terjamin.Dari segi bisnis, telur asin dapat menaikkan nilai jual.Pembuatannya cukup mudah dalam sekala kecil untuk kebutuhan keluarga atau untuk usaha yang mendatangkan keuntungan.Untuk tujuan komersial sampai saat ini masih menggunakan telur bebek sebagai bahannya (Yudhie, 2010).
Telur asin menjadi lebih awet sebab garam selain memberi rasa asin berfungsi sebagai pengawet.Garam yang merasuk kedalam telur berfungsi sebagai antiseptik dan pengendali mikroorganisme penyebab pembusukan (Yudhie, 2010).
Telur asin adalah telur itik yang diolah dalam keadaan utuh,dimana kandungan garam didalam telur dapat menghambat perkembangan organisme dan sekaligus memberikan aroma yang khas, sehingga telur dapat disimpan dalam waktu relatif lama. Ada beberapa cara pengasinan telur itik, tetapi pada dasarnya dapat dibagi 2 yaitu cara basah dan cara kering. Cara basah yaitu dengan merendam telur itik dalam larutan garam jenuh, sedangkan cara kering yaitu dengan menggunakan bahan pembungkus, baik dari bahan tanah liat, bubuk bata atau menggunakan garam atau bahan lain yang telah dicampur dengan garam.
·         Telur Asin (Pengasinan)
            Pengasinan merupakan proses penetrasi garam ke dalam bahan yang diasin dengan cara difusi setelah garam mengion menjadi Na+ dan Cl-. Penambahan garam dalam jumlah tertentu pada suatu bahan pangan dapat mengawetkan bahan pangan tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan tekanan osmotik yang menyebabkan plasmolisis sel mikroba yaitu sel mengalami dehidrasi atau keluarnya cairan dari sel dan plasmolisis sel terhadap CO2. Penambahan garam juga akan mengurangi oksigen terlarut, menghambat kerja enzim dan menurunkan aktivitas air. Proses pengasinan yang berhasil dengan baik ditentukan oleh karakteristik telur asin yang dihasilkan. Telur asin tersebut bersifat stabil, aroma dan rasa telurnya terasa nyata, penampakan putih dan kuning telurnya baik (Winarno dan Koswara, 2002).
            Telur yang akan diawetkan harus mempunyai mutu awal yang baik yaitu masih masuk ke dalam kualitas AA. Ciri-ciri yang masuk dalam kualitas AA adalah kulit telur bersih, tidak retak, bentuk normal, kedalaman kantung udara 0,3 cm atau kurang, putih telur pekat dan jernih, kuning  telur terletak di pusat dengan baik, kuning telur jernih dan bebas dari noda (Romanoff dan Romanoff, 1963).
            Pengasinan telur merupakan suatu upaya untuk pengawetan telur yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan merendam telur di dalam larutan garam ataupun dengan membungkus telur dalam adonan garam dan batu bata atau abu gosok. Pengasinan dengan cara perendaman di dalam larutan garam pada prinsipnya diawali dengan pembuatan larutan garam jenuh dan selanjutnya telur yang sudah dicuci direndam dalam larutan garam tersebut selama kurang lebih 2 minggu (Sudaryani, 1996).
            Membran vitellin adalah salah satu bagian dari bagian kuning telur yang amat penting selama proses pengasinan karena mendorong air keluar dari kuning telur dan mencegah air masuk, mendorong NaCl masuk kedalam kuning telur dan mencegah NaCl keluar (Romanoff dan Romanoff, 1963). Struktur telur berdasarkan stadelman dan Cotteril (1973), memperlihatkan adanya lapisan-lapisan pada telur, sehingga pada telur yang diasinkan, garam akan masuk secara bertahap dari putih telur ke kuning telur (Gambar.1).
Gambar 1. Struktur telur menurut Stadelman dan Cotteril (1973)
            Garam yang digunakan dalam pengasinan adalah NaCl. Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut : garam NaCl di dalam larutan mengion menjadi Na+ dan Cl-. Kedua ion tersebut berdifusi kedalam telur melalui lapisan kutikula, bunga karang, lapisan mamilari, membrane kulit telur, putih telur, membran vitelin dan selanjutnya kedalam kuning telur (Sukendra, 1976).
            Bagian kulit telur terdapat banyak pori-pori dengan bentuk yang tidak beraturan sebagai jalan keluar masuk pertukaran air, gas dan bakteri ke dalam telur. Jumlah pori-pori tersebut bervariasi antara 100-200 lubang /cm2 luas permukaan kulit telur (Sirait, 1986). Komposisi kimia telur itik yang diasin per 100 g dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Kimia Telur Itik yang Diasin
                        Komposisi                                                          Kadar
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Ca (mg)
Vit A (SI)
66,5
13,6
13,6
1,4
120
841
Sumber : Poedjiadi, 1994


Ø  Perubahan yang terjadi selama proses pengasinan
1.      Denaturasi protein
            Denaturasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan atau modifikasi struktur sekunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen.  Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu panas, pH, bahan kimia, gelombang suara, tekanan yang tinggi dan mekanik. Senyawa kimia seperti urea dan garam dapat memecah ikatan hidrogen yang akhirnya menyebabkan denaturasi protein (Winarno, 1997).
2.      Koagulasi
            Konsentrasi terbesar dalam lapisan putih telur adalah ovomucin. Mucin berperan dalam proses koagulasi. Kalaza mempunyai kandungan mucin yang tinggi dan mempunyai daya tahan terhadap penggumpalan. Sebaliknya, kuning telur mengandung komponen non protein yang merupakan subyek penggumpalan. Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut sebagai salting out. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap (Winarno, 1997).
3.      Pembentukan Gel
Gel adalah fase antara padat dan cair, sebagai sistem  larutan yang kehilangan sifat mengalir. Gelasi terjadi  pada saat  terbentuk  ikatan  nonkovalen  dari  gugus fungsional yang sudah stabil. Mekanisme dari gelasi ini adalah pemerangkapan air,immobilisasi dan pembentukan struktur gel yang stabil (Fennema, 1985).
Pembentukan gel ada empat tahapan diantaranya adalah denaturasi, agregasi, koagulasi dan flokulasi (Pomeranz,  1985). Garam merupakan salah satu faktor yang inenyebabkan denaturasi dan mempengaruhi pembentukan gel pada  kuning  telur. Hal tersebut  terjadi karena adanya aktivitas kation dan anion dari garam yaitu Na+  dan C1- yang meningkat (Stadelman dan Cotterill, 1977).
4.      Proses kemasiran telur
            Kemasiran kuning telur dipengaruhi oleh adanya garam yang masuk ke dalam kuning telur. Suatu emulsi dapat dipecahkan dengan pemanasan dan penambahan NaCl yaitu dengan merusak keseimbangan fase polar (protein) dan fase non polar. (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) Tekstur masir yang ditimbulkan dari kuning telur berhubungan erat dengan granula yang terdapat di dalam kuning telur (Wulandari, 2002).
            Rasa asin telur asin yang dihasilkan sangat bergantung kepada lama penyimpanan. Bagi yang menyukai telur asin sebagai teman dari nasi, maka penyimpanan selama 15 hari cukup maksimal. Selain asinnya kental, kuning telurnya pun kuning tua dan berminyak, dan untuk sekedar sebagai camilan maka disimpan maksimal 10 hari sudah cukup (Sudaryani, 1996).
Tekstur masir disebabkan oleh membesarnya granula yang ada dalam kuning telur. Membesarnya granula pada kuning  telur dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kadar garam dan kadar air. Garam akan masuk ke dalam kuning telur dan akan merusak ikatan-ikatan yang terdapat dalam granula sehingga dapat memperbesar diameter granula. Masuknya air akan semakin memperbesar diameter granula. Semakin banyak air dan garam yang masuk menyebabkan semakin banyak granula yang membesar, sehingga persentase kemasiran semakin besar. Kemasiran merupakan salah satu hal yang paling penting pada telur asin. Hal ini sesuai dengan pendapat Chi  dan Tseng,  (1998) yang menyatakan bahwa kemasiran merupakan  salah satu  karakteristik  kuning telur  asin.  Tekstur masir pada kuning telur akan mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen. Ukuran  granul  diakibatkan oleh  adanya  air  garam  yang masuk  ke &lam  granul  dan  reaksi  garam  dengan  low  density  lipoprotein  (LDL). Menurut Chang, Powrie  dan  Fennema  (1997) menambahkan  garam yang masuk  ke  dalam kuning telur akan bereaksi  dengan lipoprotein (yang sebagian besar dalam bentuk fraksi low densiw). Hal diatas akan membentuk tekstur masir pada kuning telur.
Menurut Belitz dan Grosch (1999), kuning  telur merupakan suatu emulsi lemak dalam  air dengan kandungan bahan kering  sekitar 50% yang terdiri dari 213  lemak dan  1/3 protein. Menurut Muchtadi (1992),  suatu emulsi dapat dipecahkan dengan pemanasan dan penambahan NaCl yaitu dengan merusak keseim            bangan fase polar (protein) dan fase non polar (lipid). Rasa masir yang ditimbulkan dari kuning  telur berhubungan erat dengan  granula yang  terdapat di dalam  kuning telur (Wulandari, 2002). Hal  ini  juga  didukung oleh Chi dan Tseng (1998), yang menyebutkan bahwa tekstur masir disebabkan oleh adanya pembesaran granula. Menurut Chang, Powrie dan Fennema  (1977),  granula  merupakan  butiran-butiran lipoprotein.  Proses pembesaran granula dimulai dari kuning telur  bagian  luar ke bagian dalam, karena bagian  luar telur  terlebih  dahulu  bereaksi dengan  garam.  Granula di  dalam kuning telur terdiri  dari  phosvitin  (12%), high  density lipoprotein  (8%),  low  density lipoprotein (1%) dan very density lipoprotein  (sekitar 1%) (Stadelman dan Cotterill, 1995).
            Menurut penelitian Indriani (2008) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari sifat fisik, kimia dan organoleptik telur asin, tekanan konsentrasi larutan garam yang dapat digunakan untuk menghasilkan telur asin yang disukai adalah dengan menggunakan larutan garam 1:4. Pada konsentrasi larutan garam tersebut dihasilkan rasa asin putih telur yang tidak terlalu asin, tetapi kuning telurnya berada pada kisaran kuning telur masir. Sedangkan menurut penelitian Gumay (2009) menyatakan bahwa proses pembuatan telur asin menurunkan kadar air pada perlakuan hingga 45% lebih rendah. Penurunan kadar air dari telur itik segar disebabkan oleh proses pemanasan pada saat perebusan telur asin.
F.     Tinjauan Umum Kerupuk Kulit
Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sampai matang, kemudian dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado. Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia (Yudhie, 2010).
Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan, dan vetsin. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng. Kerupuk kulit atau kerupuk ikan yang sulit mengembang perlu digoreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih dulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan berisi minyak goreng panas. Kerupuk kulit (kerupuk jangek) adalah kerupuk yang tidak dibuat adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi atau kerbau yang dikeringkan (Yudhie, 2010).
Kerupuk jangek adalah salah satu makanan ringan yang bersumber dari kulit kerbau pilihan yang telah diolah secara tradisional untuk dapat langsung di konsumsi. Kerupuk Kulit ini juga sangat baik untuk mereka yang mengalami gejala penyakit mag. Kerupuk Jangek ini juga dapat di masak dalam aneka masakan sayur dan lain-lain.Teksturnya agak keras dan aromanya masih berbau agak amis. perlu diketahui, bahwa mengkonsumsi kerupuk jangek ini sangat baik. Karena begitu banyak serat dan vitamin yang terkandung didalamnya (Suprayitno, 2010).
Untuk menghasilkan Kerupuk Kulit yang bekualitas, maka dibutuhkan kulit yang baik.  proses yang di lakukan dengan cara "Rebus" maka Kulit Kerbau yang baik adalah kulit yang berasal dari Kerbau Jantan Muda. Namun demikian, jika proses pembuatan yang dilakukan dengan cara pembakaran, maka kulit dari kerbau tua, muda, jantan atau betina dapat dijadikan bahan baku (Suprayitno, 2010).
Langkah awal dalam proses pembuatan kerupuk kulit dengan cara rebus ini adalah memilih kulit yang berasal dari kerbau jantan muda. Kulit Kerbau tersebut di potong menjadi 4 s/d 6 bagian untuk memudahkan dalam proses pembersihan. Setelah kulit kerbau di potong, kemudian di rendam dalam air panas beberapa saat sampai bulu pada kulit dapat dengan mudah di kelupas dengan tangan. Kemudian kulit kerbau dikeluarkan dari air panas dan selanjutnya membuang semua bulu pada kulit kerbau dengan menggunakan parang. Setelah proses pembersihan, selanjutnya kulit kerbau kembali di potong dengan ukuran kartu pos atau 5 cm x 20 cm untuk memudahkan proses masak selanjutnya. Kulit kerbau yang telah dipotong-potong dimasak dalam wadah masak selama 15 menit atau sampai warna kulit kerbau tersebut berubah mendekati putih bening (tidak pucat) (Padaga, 2005).
Proses Cincang Kulit Kerbau yang telah masak, kulit bagian dalam dibersihkan dan selanjutnya dipotong-potong dengan ukuran 1cm x 5cm atau sesuai selera.
Sebelum kulit kerbau ini di jemur, terlebih dahulu kulit ini di cuci bersih dan di beri garam secukupnya. Jika cuaca cukup panas, maka waktu penjemuran cukup membutuhkan waktu 3 hari. Salah satu tanda kulit kerbau sudah cukup kering adalah kulit kerbau sudah sangat keras (Padaga, 2005).
Proses penggorengan Kerupuk Jangek ini dilakukan 2 (dua) kali untuk dapat dikonsumsi. Penggorengan awal dengan cara merendam dalam minyak goreng dengan api kompor kecil, setelah beberapa waktu dan kerupuk mulai mengembang, api kompor dapat di besarkan untuk memercepat kerupuk mengembang. Kerupuk yang telah mengembang dapat di angkat dan di tiriskan, kerupuk akan kembali mengecil. Langkah selanjutnya adalah menggoreng kerupuk untuk dapat dikonsumsi, penggorengan ke-2 ini dapat dilakukan seperti menggoreng kerupuk pada umumnya (Padaga, 2005).



METODOLOGI PRAKTIUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai pembuatan Es Krim, Telur Asin dan Kerupuk Kulit dilaksanakan pada hari selasa 09 April 2014 pada pukul 14.00 WITA sampai selesai bertermpat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Pembuatan Es Krim yaitu mixser, panci, kompor, gelas ukur, freezer, sendok, dan pengaduk. Pada pembuatan telur asin alat yang digunakan yaitu baskom, ayakan, timbangan, piring dan talang. Sedangkan pada pembuatan kerupuk kulit yaitu Kompor, Panci, Oven, timbangan, talang, baskom, dan pisau.
Bahan yang digunakan pada praktikum es krim yaitu susu full cream 20 % (100 gr), creamer 7% (35 gr), gula 15% (75 gr), kuning telur 1 butir, essence, dan jelly 0.5% (2.5 gr). Pada pembuatan telur asisn bahan yang digunakan yaitu telur bebek, abu gosok, batu bata halus yang telah diayak, air, dan garam. Sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk kulit yaitu kulit kerbau, air, garam, bawang putih dan merica.
Prosedur Kerja
·         Es Krim
Pertama-tama bahan dicampur dengan baik dan di pasteurisasi dengan teknik LTLT (Low Temperature Long Time) dan HTST (Hight Temperature Short Time), mencampurkan adonan hingga homogenisasi,  mengaging pada suhu 40C selama 24 jam, memmbuih dan memutar dengan alat pemutar es krim dengan menambahkan kuning telur dan essence, mengukur oveeran, dan memasukkan adonan dalam cetakan dan membekukannya dalam freezer.
·         Telur Asin
Syarat telur yang diawetkan adalah telur segar dan tidak retak, terlebih dahulu membersihkan telur, merendam (mebuat larutan karam jenuh dengan perbandingan 1kg garam dan 3 liter air, menuang larutan kedalam baskom/wadah yang berisi telur sampai terendam,vmenyimpan selama 3 hari, setelah menyimpan 3 hari membersihkan telur kemudian merebusnya) membalut (membuat adonan dengan mencampur 150 gr garam dan 500 gram abu gosok dan 350gram batu bata, menambahkan air dengan adonan mudah dikepal, membalut telur dengan ketebalan 0.5cm, menyimpan selama 3 hari, metelah menyimpan selama 3 hari membersihkan telur kemudian merebusnya).
·         Kerupuk Kulit
Membersihkan kulit kerbau dari kotoran, kemudian merebusnya selama 2 jam hingga kulit lembek, mengiris-iris hingga potongan kecil dan tipis, merendam dengan bumbu yang telah disiapkan selama 30 menit dan memasukkan kedalam oven selama 2 hari, setelah itu kerupuk kulit siap untuk digoreng.
Uji Organoleptik
·         Es krim
Tekstur                                                    



1                  2                     3                           4                      5                     6

Keterangan :
1.      Kasar
2.      Agak kasar
3.      Sedikit kasar
4.      Agak halus
5.      Sedikit halus
6.      Halus

Kesukaan




1                    2                     3                         4                      5                     6
Keterangan :
1.      Tidak suka
2.      Agak suka
3.      Sedikit suka
4.      Agak suka
5.      Sedikit suka
6.      Suka

Rasa



1                   2                         3                          4                      5                  6
Keterangan :
1.      Tidak Manis
2.      Agak Manis
3.      Sedikit Manis
4.      Agak Manis
5.      Sedikit Manis
6.      Manis

 Uji Titik Leleh
Waktu (Menit)
A
B
5


10


15







HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Telur Asin
Pada praktikum mengenai Pembuatan Telur Asin, dari hasil uji organoleptik yang dilakukan dengan parameter warna yolk, kemasiran, dan kesukaan didapatkan hasil pada table berikut ini.
Tabel 4. Hasil Uji Organoleptik Pembuatan Telur Asin
Parameter
Kelompok 1 dan 3
Warna Yolk
4
Kemasiran
3
Kesukaan
3
Sumber : Data Hasil Praktikum Teknik Pengolahan Hasil Ternak, 2014

Berdasarkan data dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa parameter warna yolk pada pembuatan telur asin yaitu 4 yang berarti warna kuning. Hal tersebut menunjukkan bahwa warna kuning telur pada telur asin berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurwantoro dan Sri Mulyani (2003), yang menyatakan bahwa telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna kuning, jingga terang hingga kemerahan.
Parameter kemasiran pada pembuatan telur asin yaitu di peroleh angka 3 yang menunjukkan kurang masir. Hal tersebut dipengaruhi karena adanya penambahan adonan pengasin seperti garam. Hal ini sesuai dengan pendapat Aritonang (1993), yang menyatakan bahwa menambahkan garam yang masuk ke dalam kuning telur akan bereaksi dengan lipoprotein dan akan membentuk tekstur masir pada kuning telur.
Parameter kesukaan pada pembuatan telur asin yaitu di peroleh angka  yang menunjukkan kurang suka dari panelis. Hal tersebut dipengaruhi oleh rasa dari telur asin dengan penambahan garam yang sesuai sehingga telur asin yang dihasilkan tidak terlalu asin. Hal ini sesuai dengan pendapat Samosir (1993), yang menyatakan bahwa lama perendaman telur dalam adonan dan banyaknya garam yang digunakan akan mempengaruhi kualitas telur asin.
Pembuatan Es Krim
Pada praktikum mengenai Pembuatan Es Krim, dari hasil uji organoleptik yang dilakukan dengan parameter tekstur, cita rasa, dan kesukaan didapatkan hasil pada tabel.2 berikut ini.
Tabel 5. Hasil Uji Organoleptik Pembuatan Es Krim
Parameter
Kelompok 2
Tekstur
3
Cita Rasa
5
Kesukaan
5
Sumber : Data Hasil Praktikum Teknik Pengolahan Hasil Ternak, 2014

Berdasarkan data dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa parameter tekstur pada pembuatan es krim yaitu 3 yang menunjukkan es krim tersebut teksturnya kurang lembut. Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak susu yang di peroleh dari susu segar yang digunakan pada pembuatan es krim. Hal ini sesuai dengan pendapat Padaga (2005), yang menyatakan bahwa lemak susu berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi es krim, menambah citarasa, menghasilkan karakteristik tekstur yang lembut, membantu memberikan bentuk dan kepadatan, serta memberikan sifat meleleh yang baik.
Parameter cita rasa pada pembuatan es krim yaitu di peroleh angka 5 yang menunjukkan bahwa manis. Hal tersebut dipengaruhi karena adanya penambahan bahan pemanis ke dalam adonan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arbuckle (1986), yang menyatakan bahwa bahan pemanis selain berfungsi memberikan rasa manis, juga dapat meningkatkan cita rasa, menurunkan titik beku yang dapat membentuk kristal-kristal es krim yang halus sehingga meningkatkan penerimaan dan kesukaan konsumen.
Parameter kesukaan pada pembuatan es krim dapat diperoleh angka 5 yaitu suka. Hal tersebut dipengaruhi oleh cita rasa pada pembuatan es krim dengan adanya penambahan bahan – bahan yang terdiri dari susu dan produk susu, pemanis, penstabil, pengemulsi, dan canpuran Ice Cream Mix (ICM), serta penambah citarasa (flavor). Hal ini sesuai dengan pendapat Samosir (1993), yang menyatakan bahwa prinsip pembuatan es krim adalah membentuk rongga udara pada campuran  bahan  es  krim atau Ice Cream Mix (ICM) sehingga diperoleh pengembangan volume yang membuat es krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat, dan mempunyai tekstur yang lembut, serta menarik kesukaan konsumen.
Pembuatan Kerupuk Kulit
Pada praktikum mengenai Pembuatan Kerupuk Kulit, dari hasil uji organoleptik didapatkan hasil pada tabel.3 berikut ini.
Tabel 6. Hasil Uji Organoleptik Pembuatan Kerupuk Kulit
Parameter
Kelompok 4
Kerenyahan
4
Rasa
4
Kesukaan
4
Sumber : Data Hasil Praktikum Teknik Pengolahan Hasil Ternak, 2014.

Berdasarkan data dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa parameter kerenyahan pada pembuatan kerupuk kulit di peroleh angka 4 yaitu sedikit renyah. Hal tersebut dipengaruhi oleh penggorengan  sebagai penentu mengembang  dan renyahnya kerupuk kulit yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1994), yang menyatakan bahwa proses  penggorengan  dan  pemberian bumbu akan  menentukan kerupuk  yang  mengembang  dan renyah sedangkan  pemberian  bumbu  (bawang putih dan garam) akan menentukan merata atau  tidaknya  bumbu.
Parameter rasa pada pembuatan kerupuk kulit yaitu di peroleh angka 4 yang menunjukkan bahwa rasa kerupuk kulit. Hal tersebut di pengaruhi oleh pemberian bumbu yang merata. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihombing (1996), yang menyatakan bahwa pemberian  bumbu  (bawang putih dan garam) akan menentukan merata atau  tidaknya  bumbu pada kerupuk kulit, dan pemberian  bumbu dilakukan  pada  saat  kerupuk  sudah mulai mengembang, dengan mengurangi minyak goreng  hingga  setengahnya dan menurunkan  suhu  penggorengan,  supaya tidak  terjadi  letupan  yang diakibatkan adanya  bumbu  sehingga  tidak membahayakan  penggoreng  serta  supaya kerupuk  tidak  rusak.
 Parameter kesukaan pada pembuatan kerupuk kulit yaitu di peroleh angka 54 yang menunjukkan bahwa rasa suka dari panelis. Hal tersebut dipengaruhi oleh lama pengapuran dan kerupuk yang dihasilkan sedikit renyah sehingga menambah daya suka/tarik konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Girisonta (1995) ,yang menyatakan bahwa lama pengapuran selama  96  jam  (4  hari)  akan memberikan nilai  daya kembang  dan  kerenyahan  yang tinggi  serta  mutu  organoleptik  rasa  yang disukai.



PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum Pembuatan Telur Asin, Es Krim, dan Kerupuk Kulit yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Hasil uji organoleptik pada pembuatan telur asin dari berbagai panelis yaitu warna yolk kuning, kemasiran sedikit masir, dan kesukaan panelis terhadap telur asin yang dihasilkan suka.
2.      Hasil uji organoleptik pada pembuatan es krim dari berbagai panelis yaitu teksturnya lembut, rasanya manis, dan kesukaan panelis suka terhadap es krim yang dihasilkan.
3.      Hasil uji organoleptik pada pembuatan kerupuk kulit yaitu sedikit renyah, dan panelis suka pada kerupuk kulit yang dihasilkan.
Saran
            Sebaiknya dalam praktikum susu dan kulit kerbau tidak dimasak secara berdampingan agar uap kerbau tidak mempengaruhi aroma susu.







DAFTAR PUSTAKA
Akoso. 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.

Arbuckle, W.S., 1986. Ice Cream. The AVI Publishing Company, Inc., London.

Aritonang. 1993. Aneka Olahan Telur. Agro Media. Bogor.

Astawan, W. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan Tepat Guna. Jakarta: CV Akademika Pressindo.

Belitz. Grosch. 1999. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Bogor: Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, Institut Pertaian Bogor.

Bylund. 1995. Produk Olahan Ice Krim. Agro Media. Bogor.

Chang. Powrie. Fennema.1997. Petunjuk Praktis Beternak Sapi. Cetakan pertama. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Halaman. 14, 102 &105.

Chi. Tseng. 1998. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Fennema, 1985. Akumulasi Kadmium pada Otot Ikan Belanak (Mugil cephalus) di Perairan Pantai Utara Surabaya. Laporan Tugas Akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Gaman. 1994. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Bogor : PT Penebar Swadaya.

Gazali. 2011.Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Girisonta. 1995. Technologies For The Production Of Restructured Meat : A Review . Indonesian Food and Nutrision Progress.

Gumay. 2009. Produk Telur Asin. Agro Media.Surabaya.

Hadiwiyoto. 1994. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Petelur. Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Julianti. 2011. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Bogor: Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, Institut Pertaian Bogor.

Kanagy. 1977. Sukses Berternak Ayam Petelur. PT.Agromedia Pustaka:. Cianjur.

Khomsan. 2004. Food Processin Technology, Principles and Practise. 2 nd ed.Woodhead Pub. Lim., Cambridge. England.

Muchtadi, Tien R. Prof. Dr. Ir. M.S, 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: Alfabeta, CV.

Nurwantoro. Sri Mulyani. 2003.Teknologi Pangan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Padaga. 2005.  Beternak Ayam pedaging Super.  CV. Gunung Mas, Pekalongan.

Padaga. Sawitri, 2005. Kajian Mutu Es Krim Beserta Cara Pembuatan Yang Aman Menurut Standar Nasional Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pomeranz,  1985. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Bogor : PT Penebar Swadaya.

Purnomo. 1992. Maillard Reaction in Food. Physical Chemical and Biological Changes in Food Cause by Thermal Processing. Applied Science Inc., London.

Rasyaf. M. 1990. Pengelolaan Penetasan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Romanoff,  A.L.  dan A.J.  ROMANOFF. 1963. The Avian Egg. 2nd Ed. John Wiley and Sons, New York.

Sakurai. Kubota. Hakamata. Yoshida. 1996. Kuliah Dasar Teknologi Hasil Ternak. Jurnal Kimia Pangan.

Saleh. 2004. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Samosir. 1993. Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem dan Stnadar Pengelolaan SMK. Direktorart Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

Sediaotama. 1985.Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu beternak babi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sirait, 1986. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soeparno. 1998. Egg and Poultry Meat Processing. Ellis Haewood Ltd.

Standar Industri Indonesia. 1955. Mutu dan Cara Uji Gelatin 1617. Jakarta: SII.

Stadelman. Cotteril1973. Flu Burung : Fungsi Ekonomi, Sosialisasi, dam Pendidikan Keluarga di Sunggal dan Hamparan Perak Sumatera Utara. Disampaikan  pada Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.  Balai Besar  Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Cimanggu tanggal 29 Januari 2006. Bogor.

Sudaryani, 1996. Mengatasi Permasalahan Beternak Ayam II. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudaryani dan Samosir, 1997. UJi Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suhardjo. 2000. Histologi Dasar. (Alih bahasa: Adji Dharma) Jakarta: CV EGC. Penerbit Buku Kedokteran.

Sukendra, 1976. Memilih dan Menyimpan Sayur Mayur, Buah Buahan dan Bahan Makanan, Bumi Aksara. Jakarta.

Sunarto. 2001. Petunjuk Praktis Beternak Sapi. Cetakan pertama. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Halaman. 14, 102 &105.

Suprayitno. 2010. Petunjuk Praktis Beternak Sapi. Cetakan pertama. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Halaman. 14, 102 &105.

Suprapti, L. 2002. Pengawetan Telur, Telur Asin, Tepung Telur, dan Telur Beku. Penerbit kanisius. Yogyakarta.

Syahputra. 2008. Technologies For The Production Of Restructured Meat : A Review . Indonesian Food and Nutrision Progress.

Winarno. 1997. Telur: Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya II. M-Brio Press, Bogor.

Winarno.  Koswara. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor.

Worthington. 2000. Text Book on Egg and Poultry Technology. Vikas Publishing House. Delhi (India). Halaman 18-20.

Wulandari, 2002. Perlindungan Masyarakat Veteriner dan Pengembangan Produk Hewani. In Rapat Koordinasi dan Konsultasi. Penyusunan Program Proyek T.A 2000. Jakarta.

Yudhie. 2010. Telur.Pustaka Media. Jakarta.
LAMPIRAN