TUGAS INDIVIDU
MAKALAH
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK
“MAKANAN KHAS INDONESIA (SATE) SERTA TEKNIK PEMBUATAN”
NAMA : RAHMA NINGSI
NIM : I 111 12 295
KELAS : GANJIL

FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
بِسْــــــــــــــمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Puji
syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah, karena atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nylah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Mengenai “Makanan
Khas Indonesia (Sate)”
sebagai salah satu syarat untuk lulus
mata TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK.
Pada kesempatan kali
ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah meluangkan waktunya
untuk membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Serta terima kasih kepada
teman-teman atas kerja samanya dlam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan Makalah ini, tentu masih terdapat beberapa kesalahan dan amsih
jauh dari yang diharapkan. Maka dari itu, kami membutuhkan kritik dan saran
yang bersifa membangun, agar kedepannya dapat mencapai kesempurnaan.
Akhir kata, semoga
Makalah ini dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi kita semua. Amin.
Makassar, Maret
2014
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan paska
panen daging diikuti dengan pemasaran produk di sektor hilir dari subsistem
agribisnis peternakan, biasanya disebut agroindustri. Merupakan suatu penerapan
industri pada hasil ternak khususnya daging dalam rangka peningkatan mutu
produk daging segar maupun olahannnya yang pada akhirnya akan memberikan nilai
jual yang tinggi. Harga jual yang lebih tinggi tiada lain adalah konsekuensi
dari penambahan biaya produksi yang timbul akibat penerapan teknologi dalam
proses memproduksi produk tersebut.
Masakan
Indonesia seperti kondro bakar dan sate sangat mencerminkan Negara kita yaitu Negara
Indonesia. Mungkin sebenarnya tidak ada satu
bentuk terkhusus "masakan khas Indonesia",
tetapi lebih kepada, keanekaragaman
masakan khas daerah yang dipengaruhi
secara lokal oleh Kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. Teknik
memasak
dan bahan makanan asli
Indonesia berkembang dan kemudian dipengaruhi oleh seni kuliner India, Timur Tengah,
China, dan akhirnya Eropa. "Kepulauan Rempah-rempah", juga menyumbangkan tanaman rempah asli Indonesia kepada seni kuliner
dunia. Seni kuliner kawasan bagian timur
Indonesia mirip dengan seni memasak
Polinesia dan Melanesia.
Sate adalah masakan dimana daging
di tusuk ke tusukan sate setelah
dipotong kecil-kecil, lalu dibakar diatas batu arang kayu. Setelah selesai,
sate akan disajikan dengan bumbu kacang kecap atau bumbu lainnya. Makanan ini
sangat popular di Malaysia, Singapura, Philipin, Thailand dan Belanda khususnya di Indonesia sebagai asal dari makanan ini.
Hal inilah yang melatar belakangi tentang pembuatan makalah Teknologi
Pengolahan Hasil Ternak yang berjudul “Teknik Pemasakan Masakan Tradisional
Sate).
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan masakan tradisioanal?
2.
Apakah
yang dimaksud dengan teknik pemasakan grilling?
3.
Apakah
yang dimaksud dengan sate?
4.
Bagaimana
proses pemasakan grilling itu sendiri?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui bagimana resep dan teknik-teknik yang dilakukan pada pembuatan sate.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makanan Tradisional
Makanan tradisional merupakan makanan yang paling banyak
memiliki ciri-ciri dimana seseorang dilahirkan dan tumbuh (Winarno, 1994). Secara lebih
spesifik,kepekatan tradisi-tradisi itu dicirikan antara lain : Makanan
tradisional dikonsumsi oleh
golongan
etnik dalam wilayah tertentu.
Makanan tradisional pada umumnya lebih banyak
dikonsumsi
oleh
masyarakat yang menjadi daerah
asal
tersebut yang kemudian
diperkenalkan kepada orang lain atau orang pendatang. Makanan tradisional diolah mengikuti ketentuan (resep) yang diberikan secara turun-temurun.
Pada umumnya resep dalam makanan
tradisional
yang dibuat oleh penduduk asli
tersebut merupakan hasil resep turun-temurun
dan
biasanya lebih banyak diturunkan didalam keluarga. Hal
ini
dilakukan dengan tujuan supaya citarasa khas makanan
tersebut dapat tetap
terjaga (Anonim, 2012).
Makanan
tradisional
terbuat dari bahan-bahan
yang diperoleh secara lokal dan
disajikan sesuai
selera dan tradisi setempat. Bahan-bahan untuk membuat makanan tradisional bisa dikatakan dapat mudah untuk diperoleh karena pada dasarnya
bahan-bahan tersebut dapat dengan
mudah dibeli di pasar-pasar daerah penghasil
makanan tradisional
tersebut dan biasanya disesuaikan
dengan selera yang diinginkan
sehingga ada makanan tradisional
yang terasa
pedas, manis, dan lain-lain (Anonim, 2012).
Tradisional itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu
proses yang menggambarkan tidak berubah, namun
juga bisa menggambarkan
dinamika dalam cara berbagi pengetahuan dan belajar. Receveur dan Kuhlen (1996) mendefinisikan sistem pangan
masyarakat adat menyiratkan proses sosial budaya berbagi: “sistem makanan tradisional
masyarakat adat dapat didefinisikan
ke
sistem yang
berasal dari
lokal,
lingkungan alam yang secara kultural dapat diterima dan juga mencakup makna
sosiokultural, akuisisi/ teknik pemrosesan, penggunaan,
komposisi, dan sizi konsekuensi bagi
orang yang menggunakan makanan.
Makanan tradisional adalah makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta
bahan
campuran
yang digunakan
secara tradisional dan
telah lama berkembang secara spesifik di
daerah atau masyarakat Indonesia. Biasanya makanan tradisional diolah dari
resep
yang sudah dikenal masyarakat
setempat dengan
bahan-bahan yang diperoleh dari sumber lokal
yang
memiliki citarasa
yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat.
Disadari atau
tidak banyak makanan tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan.
Dilihat dari
sifatnya yaitu mempunyai karakteristik sensori, bergizi, dan
mempunyai sifat fisiologis berkhasiat bagi kesehatan,
maka
seharusnya
banyak makanan tradisional
yang dapat dikategorikan sebagai makanan fungsional.
B. Teknik Pemasakan Grilling
Memasak adalah sebuah cara
menstanformasi bahan makanan menjadi sesuatu yang berbeda. Tranformasi makanan pada umumnya memerlukan pemanas yang diperoleh dengan cara memindahkan energi dari sumber-sumber panas ke
makanan, sehingga molekul yang terdapat pada makanan berubah cepat dan bereaksi ke bentuk dan struktur
baru. Metode
memasak dengan teknik merebus,
mengukus dan
menggoreng menunjukkan ada perbedaan bentuk cara pemindahan panas yaitu melalui perantara air,
uap air dan minyak goreng (Mulyatiningsih, 2007).
Ada
beberapa istilah pemindahan energi panas yang digunakan dalam metode memasak yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Istilah konduksi digunakan apabila antara bahan makanan dengan medium penghasil panas terjadi kontak
langsung. Konveksi digunakan apabila selama proses pengolahan terjadi pemindahan panas yang
disebabkan oleh perubahan dalam cairan yang menjadi sumber panas. Selama konveksi, panas dihantarkan oleh
perubahan molekul dalam cairan seperti air, uap udara
dan
gas. Radiasi digunakan apabila proses pematangan bahan makanan diperoleh dari energi murni yang
memancarkan panas
dan mikrowave (Mulyatiningsih, 2007).
Grilling
adalah proses memasak bahan makanan dengan menggunakan panas api yang tinggi
dan langsung. Sumber panas/api biasanya berada di bawah bahan makanan yang
sedang dimasak/panggang, bila sumber panas/api berasal di atas bahan makanan
yang sedang dimasak proses tersebut disebut “gratinating”. Istilah
grilling banyak dikenal di Eropa, sedangkan di Amerika istilah ini lebih
dikenal dengan istilah “broilling”. Alat yang digunakan memasak disebut
grill dan dilengkapi dengan jeruji kawat. Jeruji ini berfungsi sebagai penahan
bahan makanan yang sedang dimasak/dipanggang, selain itu fungsi lainnya juga
untuk membuat bagian yang matang dan gosong berbentuk jeruji pula. Kegosongan
inilah yang menjadi ciri khas dan yang menunjukkan bahwa makanan tersebut
adalah di grilled. Bila jeruji kawat diganti dengan lempengan besi yang rata
maka alat tersebut disebut grindle (Rochyati, 2012)
Kata grill berasal dari grid of wire (panggangan kawat) yang disiapkan
untuk membakar makanan.
Bahan-bahan yang
dimasak dengan grilling ditempatkan
±10 cm di atas sumber panas langsung.
Lama pembakaran tergantung pada besar potongan bahan. Makanan yang dimatangkan hanya dengan teknik grilling terbatas
pada makanan yang bentuk dan potongannya kecil-kecil supaya semua bagian dalam makanan teraliri
panas
dan
matang.
Contoh di negara Inggris dan negara-negara persemakmurannya, grilling
secara umum mengacu pada proses memasak makanan yang langsung
berhubungan dengan sumber
panas (api) dan panas kering. Di Amerika utara, proses ini lebih dikenal dengan istilah broiling. Oven elektrik biasanya dilengkapi dengan grilling dengan
menempatkan makanan
di
dekat
elemen
pemanas.
Grilling
dengan oven elektrik
dapat menyebabkan asap mengepul dari makanan yang sedang dibakar ke sekitar oven dan menyebabkan
percikan-percikan. Oven gas pada umumnya
memiliki komponen grilling yang terpisah
dengan komponen baking (Mulyatiningsih, 2007).
Barbecuing merupakan teknik memasak di luar ruangan yang
sangat terkenal. Barbecueing
(BBQ)
termasuk teknik grilling yang
dapat menggunakan panas
langsung atau dengan panas tidak langsung yaitu melalui teknik membakar (grilling)
atau mengasap (smooking). Proses pembakaran (grilling) berlangsung
lebih cepat
karena makanan yang
dibakar berdekatan dengan sumber api tetapi makanan yang
diasap, proses matangnya
berjalan lambat karena bahan makanan mempunyai jarak
dengan sumber panas. Grilling
digunakan untuk memasak makanan yang bentuk dan
ukurannya kecil sedangkan smooking digunakan untuk memasak makanan
yang berukuran lebih besar. BBQ smoking
berjalan lambat supaya flavor asap dapat masuk
lebih dalam ke makanan yang diasap. Untuk
mendapat flavor asap tanpa proses
pengasapan, bahan makanan yang akan dibakar
dapat direndam dalam asap cair (propane). Grilling dapat juga dilakukan dengan menggunakan "grill pans,"
yang dilapisi dengan metal, dan makanan yang akan dibakar dapat ditaruh langsung di atas permukaan pan (Mulyatiningsih, 2007).
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Grilling adalah bentuk memasak makanan yang
melibatkan panas langsung.
Sumber panas yang dapat digunakan untuk griling ada tiga yaitu arang kayu, listrik
dan
gas. Sumber panas grilling berada di bawah makanan. Salah satu contoh pemasakan dengan metode grilling
adalah pembuatan sate.
C. Sate
Sate
diketahui berasal dari Jawa, Indonesia, tetapi sate juga populer di
negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan
Thailand. Sate juga populer di Belanda yang dipengaruhi masakan Indonesia yang
dulu merupakan koloninya. Versi Jepang disebut yakitori (Randy, 2012)
Sate
atau kadangkala ditulis satay atau sate
adalah makanan yang terbuat dari potongan daging (ayam, kambing, domba, sapi,
babi, ikan, dan lain-lain) yang dipotong kecil-kecil,dan ditusuki dengan
tusukan sate yang biasanya dibuat dari bambu, kemudian dibakar menggunakan bara
arang kayu. Sate kemudian disajikan dengan berbagai macam bumbu (bergantung
pada variasi resep sate)
(Agus, 2012).
Biasanya
sate diberi saus. Saus ini bisa berupa sambal kecap, sambal kacang, atau yang
lainnya. Untuk sate bebek Tambak menu lengkapnya adalah sate, saus bumbu manis
kacang tanah atau bumbu pedas (menurut selera) dan irisan tomat serta mentimun.
Lalu sate dimakan dengan nasi hangat atau, kalau di beberapa daerah disajikan
dengan lontong. Kadang-kadang sate dimakan dengan ketupat (Agus, 2012).
Semakin
berkembangnya zaman, semakin banyak sate yang bermunculan di Indonesia seperti (Minata,2012).
Ø Sate
Madura (Madura)
Ø Sate
padang (Sumatra Barat)
Ø Sate
Ponorogo (Jawa Timur)
Ø Sate
Tegal
Ø Sate
Ambal (Jawa Tengah)
Ø Sate
Blora (Jawa Tengah)
Ø Sate
Banjar (Kalimantan Selatan)
Ø Sate
Makassar (Sulawesi Selatan)
Ø Sate
Buntel (Solo dan Surakarta)
Ø Sate
Lilit (Bali)
Ø Sate
Ampet (Lombok)
Ø Sate
Maranggi (Jawa Barat, Bandung, Purwakarta dan Cianjur)
Ø Sate
Lembut (Betawi, Jakarta Pusat)
Ø Sate
Manis (Betawi, Jakarta Pusat)
Ø Sate
Kambing (Jawa)
Ø Sate
Kerbau(Kudus)
Ø Sate
Kelinci (Yogyakarta, Jawa Tengah dan Timur)
Ø Sate
Burung Ayam-Ayaman
Ø Sate
Bandeng (Banten)
Ø Sate
Belut (Lombok)
Ø Sate
Kuda (Yogyakarta)
Ø Sate
Bulus (Yogyakarta)
Ø Sate
Ular (Surabaya, Pontianak dan Jakarta)
Ø Sate
Babi (Jakarta dan Bali)
Ø Sate
Kulit (Sumatra)
Ø Sate
Ati (Jakarta)
Ø Sate
usus (Jakarta)
Ø Sate
Babat
Ø Sate
Kerang (Jakarta)
Ø Sate
Telur puyuh
Ø Sate
Telur Muda(Jakarta)
Ø Sate
Susu (Jawa dan Bali)
Ø Sate
Kere (Solo)
BAB III
METODE
Bahan Utama Sate Ayam
- 450 gram daging ayam yang sudah potong dadu
- tusuk sate
- satu (1) sdm minyak
- satu (1) sdt air jeruk lemon
- 3 sdm kecap manis
- 1/2 sdt garam
Bahan Bumbu Pedas
- 200
gram kacang tanah yang sudah digoreng dan
dihaluskan - 350 ml air
- dua (2) lembar daun jeruk dan dibuang tulang daunnya
- dua (2) siung bawang putih goreng
- 3 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit merah
- satu (1) sdm gula merah
- dua (2) cm kencur
- dua (2) sdt garam
Bahan Pelengkap Sate Ayam
- 5 buah cabai rawit lalu dipotong-potong
- satu (1) sdm air jeruk limau
- 3 sdm kecap manis
- 3 butir bawang merah dan diiris
- 3 buah lontong
Cara Membuat Sate Ayam
- Semua bahan bumbu yang ada, direbus dipancai sampai berminyak dan matang.
- Daging ayam tadi dilumuri air jeruk, garam dan juga kecap manis, lalu lumuri juga dengan bumbu yang direbus tadi.
- Siapkan tusuk satenya, lalu ditusuk dagingnya dan dipanggang dengan sambil di olesi sesekali dengan bumbu tadi. Sampai matang. Sate Ayam siap dihidangkan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang
diperoleh dari beberapa sumber maka dapat disimpulkan bahwa Grilling adalah bentuk memasak makanan yang
melibatkan panas langsung.
Salah satu contoh pemasakan
dengan teknik grilling yang telah dibahas dalam makalah ini yaitu dan sate. Di
mana pada metode pemasakan sate ini daging dipanggang/dibakar di atas sumber
panas dengan kawat.
B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan sate
yang baik digunakan daging yang berkualitas sehingga dapat meng.hasilkan sate
yang empuk dan nikmat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Bahan Ajar
Krida Pemandu Wisata, Penyuluh Wisata dan Kuliner Wisata. pdf
Agus. 2012. Sejarah Sate.http://warnainfo.blogspot.com/12/04/sejarah
-sate.html. Diakses tanggal 25 Maret 2014.
Minata, H. 2010. Sejarah dan
Jenis sate. http://mirrorforest.blogspot.
com/2012/01/sejarah-jenis-masakan-sate.html. Diakses tanggal 25 Maret 2014.
Mulyatiningsih, E. 2007.
Diktat Teknik-teknik Dasar Memasak.. Fakultas Teknik. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Receveur O., M. Boulay, H.V. Kuhnlein. 1997.
Decreasing Traditional Food Use Affects Diet Quality for Adult Dene/Metis in 16
Communities of the Canadian Northwest Territories. Journal of Nutrition 127:2179-2186.
Randy. 2012. Sejarah Sate. http://www.sejarahkita.web.id/2010/10/
sejarah-sate-di-indonesia.html. Diakses tanggal 25 Maret 2014.
Rochyati, I. 2012. Metode Memasak. http://metodemasak.blogspot.com/ 2012/11/metode-masak.html. Diakses
tanggal 25 Maret 2014.
Winarno,F.G dan T.S Rahayu,1994 Bahan Makanan Tambahan Untuk
Makanan dan Kontaminasi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar