Jumat, 07 Maret 2014

TUGAS BAHAN MAKANAN TERNAK




BAB I
PENDAHULUAN
Untuk dapat melakukan aktivitas pokok dan produksi, ternak memerlukan pakan. Bahan-bahan yang dapat dipergunakan sebagai pakan terdapat bermacam-macam, bersumber dari nabati ataupun hewani. Bagaimana cara pemberian dan berapa jumlah yang diberikan tergantung antara lain pada :
Species
Umur 
Status fisiologi
Tujuan dan tingkat produksi
Kondisi lingkungan
Faktor utama yang menjadi pertimbangan pada pemberian pakan adalahspecies atau jenis ternak. Setiap species mempunyai karakteristik pada anatomidan fisiologi, terutama fisiologi pencernaan. Dengan pemahaman terhadapfisiologi pencernaan akan terdapat kesesuaian antara pakan yang dapat diberikandan pemenuhan zat nutrisi yang dibutuhkan ternak. Untuk ternak monogastrik,tentunya akan dibutuhkan pakan dimana jenis dan komposisinya yang sesuaidengan anatomi dan fisiologi pencernaan yang dimiliki.Seperti ternak pada umumnya, pada ternak monogastrik akanmembutuhkan bahan pakan yang memiliki komposisi zat nutrisi yang bergunauntuk menunjang kehidupan dan berproduksi. Sebagai dasar utama bagi ternak monogastrik, beberapa sifat bahan pakan yang dibutuhkan ternak monogastrik adalah :
Kandungan Serat Kasar rendah
Merupakan bahan pakan sumber protein yang tinggi
Merupakan bahan pakan sumber energi tinggi
Selain persyaratan di atas, tentunya komposisi tersebut harus dilengkapi dengan terpenuhinaya sumber mineral dan vitamin yang cukup. Dengan semakin tingginya tuntutan terhadap peningkatan, stabilitas serta kontinyuitas dalam berproduksi; maka pada perkembangan teknologi pakan tidak hanya diperlukan ketepatan komposisi bahan baku tetapi diperlukan juga ketelitian dalam komposisi dan keseimbangan zat nutrisi.Sehingga untuk menyusun suatu komposisi pakan yang tepat diperlukan juga pengetahuan dalam mengevaluasi suatu bahan pakan, tidak hanya dalam hal kondisi fisik tetapi juga kondisi zat nutrisi yang terkandung. Dengan evaluasi yang tepat terhadap bahan pakan maka akan dapat tercapai tujuan untuk membuat pakan/ransum yang sesuaidengan kebutuhan ternak dan memberikan keuntungan yang maksimal melaluikonversi pakan yang serendah-rendahnya.Sebelum masuk pada tahapan evaluasi, perlu diketahui terlebih dahulu pembagian/fraksi pakan dan bahan pakan, dengan tujuan untuk memberikan dasar  pemahaman dalam melakukan kegiatan evaluasi.










BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS DAN EVALUASI. Keberhasilan usaha peternakan tidak akan terlepas dari ketersedian ransum yang berkualitas baik. Untuk memperoleh ransum yang berkualitas baik, harus disusun dari bahan makanan yang berkualitas baik juga. Disinilah letak pentingnya pengetahuan tentang pakan ternak, karena pengenalan dan pengujian bahan pakan menjadi sangat penting. Evaluasi bahan pakan dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis. Hal sangat berperan dalam pengujian dan evaluasi pakan yaitu PREPARASI SAMPEL, baik sampel pakan maupun sampel biologis.

v  PENGUJIAN BAHAN PAKAN SECARA FISIK  merupakan analisis pakan dengan cara melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan pakan dapat dilakukan baik secara langsung (makroskopis) maupun dengan alat bantu (mikroskopis). Pengujian secara fisik disamping dilakukan untuk mengenali bahan pakan secara fisik juga dapat untuk mengevaluasi bahan pakan secara kualitatitif. Sebenarnya analisis secara fisik saja tidak cukup, karena adanya variasi antara bahan sehingga diperlukan analisis lebih lanjut, seperti analisis secara kimia atau secara biologis atau kombinasinya.

Evaluasi Fisik dari Makanan Ternak
Dengan tujuan untuk menghasilkan atau membeli makanan yang superior perlu untuk diketahui apa yang merupakan kualitas makanan dan bagaimana untuk mengenali atau mereka perlu untuk menjadi familiar dengan karakteristik yang dikenali dari makanan yang menunjukan kandungan nutrisi dan kelezatan yang tinggi. Jika diragukan, observasi pada binatang yang memakan makanan ternak akan menunjukannya, bagi peternakan memilih dan mengembangkan makanan yang berkualitas tinggi.
Evaluasi fisik dari makanan hewan, terutama makanan ternak adalah berdasarkan pada penampilan visual dan baunya. Apakah terlihat bagus dan berbau enak?

Karakteristik dari jerami yang baik – karakteristik yang mudah diamati dari jerami yang mempunyai nilai makanan yang tinggi adalah:
1. Jerami yang berasal dari tanaman pada awal kematangan yang menjamin kandungan maksiumum dari protein, mineral dan vitamin dan kelezatan yang tertinggi.
2. Jeraminya berdaun, yang memberikan kepastian kandungan yang tinggi dari protein dan nutrisi lain
3. Jeraminya berwarna hijau cerah, menunjukan perawatan yang baik, kaya akan karotin dan provitamin A dan kelezatan.
4. Jerami bebas dari material asing, seperti rumput-rumput liar, kotoran dan lainnya
5. Jerami bebas dari jamur dan debu
6. Jeraminya mempunyai batang yang bagus dan lunak – tidak mentah, tidak keras, berkayu. Hal ini benar terutama ketika membandingkan potongan pertama dengan potongan selanjutnya. Pemotongan selanjutnya cenderung kurang
7. Mempunyai aroma yang menyenangkan dan harum; harumnya cukup baik untuk dimakan.

Karakteristik dari makanan ternak yang baik .
Karakteristik yang mudah diamati dari makanan ternak yang bernilai tinggi adalah:
1. Telah bersih, bau asam laktat yang cukup menyenangkan, jelasnya kurang kotor atau bau asam butyric dari makanan ternak yang tidak baik.
2. Mempunyai bau yang menyenangkan – tidak pahit atau asam.
3. Tidak berjamur, apek atau berlumpur.
Sama dalam kelembaban dan warna. Umumnya, makanannya berwarna hijau kecoklat-coklatan adalah baik; makanan ternak yang berwarna tembakau coklat atau coklat gelap menunjukan panas yang berlebihan; dan makanan ternak hitam

Karakteistik dari padi-padian yang bagus dan konsentrat lainnya – karakteristik fisik yang mudah dikenali dari padi-padian yang baik dan konsentrat lainnya adalah:
1. Bijinya tidak potong atau retak
2. Bijinya rendah kandungan kelembabannya – umumnya mengandung sekitar 88% bahan kering.
3. Biji mempunyai warna yang bagus, karakteristik dari spesies.
4. Konsentrat dan biji bebas dari jamur
5. Konsentrat dan biji adalah bebas dari kerusakan oleh binatang mengerat (tikus) dan serangga
6. konsentrat dan biji adalah bebas dari material asing seperti iron filings (kerikil, besi)
7. Konsentrat dan biji adalah bebas dari bau tengik.

Tujuan dari Evaluasi Pakan Secara Fisik
Untuk menghasilkan atau membeli makanan yang superior perlu untuk diketahui apa yang merupakan kualitas makanan dan bagaimana untuk mengenali atau mereka perlu untuk menjadi familiar dengan karakteristik yang dikenali dari makanan yang menunjukan kandungan nutrisi dan kelezatan yang tinggi. Jika diragukan, observasi pada binatang yang memakan makanan ternak akan menunjukannya, bagi peternakan memilih dan mengembangkan makanan yang berkualitas tinggi.




Keuntungan secara Fisik
Keuntungan dari sistem ini tidak boleh diperkecil mereka adalah:
1. Kebanyakan laboratorium adalah dilengkapi untuk menggunakan jenis dari analisi ini. Peralatan yang mahal dan rumit adalah tidak diperlukan
2. Memberikan evaluasi umum yang baik dari kegunaan makanan untuk binatang. Makanan yang tinggi akan serat kasar mungkin akan menjadi inferior dalam nilai makanan pada salah satu yang mempunyai serat kasar yang sangat rendah. Jika tidak, makanan yang mempunyai kuantitas eter yang besar adalah kemungkinan besar menjadi makanan kaya energi.
3. Total digestible nutrient (TDN) sistem standar makanan adalah berdasarkan pada sistem analisis perkiraan. Sekarang, banyak para ahli nutrisi memfokuskan pada sistem energi bersih dari standar makanan, tetapi sistem TDN kemungkinan besar akan tetap digunakan, menurun, untuk beberapa waktu ke depan.
4. Kebanyakan data yang ada dari komposis makanan untuk didatakan adalah dilaporkan dalam istiah analisis perkiraan.
Kerugian secara fisik
1. Sistem tidak menentukan nutrisi individual dari makanan. Daripada, fraksi yang mewakili campuran dari beragam nutrisi.
2. Tidak terlalu akurat. Penilaian yang digunakan dalam kalkulasi dari beberapa komponen. Protein kasar dan serat kasar adalah perkiraan kasar dari fraksi masing – masing mereka.
3. Prosedurnya memakan waktu lama. Ada sedikit penyesuaian pada otomatisasi dalam analisis perkiraan. Banyak dari para ahli fraksi melibatkan beberapa berat sampel dan prosedur lainnya yang harus diselesaikan oleh ahli teknis laboratorium.
4. Tidak memberikan berapa material yang tidak dapat dicerna dalam makanan. Sayangnya, perawatan asam – alkali melarutkan banyak dari tanaman lignin, zat skeletal tanaman yang mana tidak ada binatang manapun yang dapat mencerna, yang membuatnya tidak mungkin untuk memperkirakan secara akurat berapa bahan yang tidak dapat dicerna ada dalam makanan. Metoda yang meremehkan nilai nutritif dari sedikit makanan, meremehkan yang lainnya, dan gagal untuk menunjukan bagaimana unsur pokok dari residu yang tidak dapat dicerna adalah berhubungan dengan yang lainnya atau fungsi apa dari mereka yang menunjukan dapat dicerna.
Tidak terlalu baik. Analisis perkiraan tidak memberikan informasi relatif dari dari kelezatan, tekstur, toksitas, gangguan pencernaan, efek asosiatif dari makanan ternak atau ketersediaan nutrisi. Baik hal tersebut memberitahu tentang tanah dimana makanan tumbuh, walaupun fakta bahwa tanah kaya akan molybdenum dan selenium mempengaruhi komposisi dari makanan yang dihasilkan. Jadi, tahap-tahap selanjutnya harus diambil untuk mengevaluasi makanan.

v  ANALISIS SECARA KIMIA dapat digunakan untuk mengetahui potensi bahan pakan yang dicerminkan dari komposisi kimia bahan pakan itu. Komposisi kimia bahan pakan secara umum terdiri dari air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan abu. Analisis secara kimia dapat dilakukan dengan analisis proksimat. Pada awalnya, analisis proksimat merupakan titik awal untuk evaluasi pakan namun karena terdapat kelemahan terutama pada bahan berserat lalu dikembangkan metode yang lebih baik yaitu analisis serat atau Van Soest.

Evaluasi Kimia dari Makanan Ternak
a.        Colorimetry dan Spectrophotometry
Colorimetry dan spectrophotometry adalah analisis kimia dimana cahaya melewati larutan untuk menghasilkan informasi tentang konsentrasi dari beberapa senyawa. Panjang gelombang tertentu dari cahaya melewati sampel dan jumlah dari cahaya yang diserap oleh sampel memberikan sebuah indikasi dari konsentrasi senyawa yang sedang diuji. Colorimetry berbeda dengan spectrophotometry dimana colorimetry adalah berguna dalam mengukur panjang gelombang dalam wilayah yang terlihat dari spektrum cahaya sedangkan spectrophotometry menggunakan panjang gelombang dalam ultraviolet, terlihat dan wilayah infrared dalam spektrum.  Prosedur analitis bagi banyak para ahli nutris dan obat – obatan melibatkan keduanya baik colorimetry atau spectrophotometry. Vitamin A adalah contoh baik dari prosedur colorimetric. Uji standar untuk vitamin A adalah pembedaan melibatkan perawatan sampel dengan antimony trichloride. Larutan yang berwarna biru tua dihasikan, intensitas yang tergantung pada sejumlah Vitamin A dalam Sampel. Solusi dari konsentrasi yang tidak diketahui adalah diukur dalam colorimeter dan dibandingkan pada serangkaian standar dari konsentrasi yang diketahui. Specthrophotometric uji adalah sama pentingnya dengan colorimetric uji kecuali peneliti mempunyai mesin yang lebih berguna untuk mengerjakannya.  Penyerapan atomik spectrophotometer adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk analisis material, mempunyai kemampuan untuk mendeteksi banyak mineral pada konsentrasi kurang dari 1 bagian per milyar (1 mcg/kg sampel). Sebagai tambahan pada sensitivitas yang tinggi, mesin ini siap disesuaikan dengan otomatisasi, jadi menunjukan ahli kimia metoda yang cepat dan akurat dari analisis makanan. Penyerapan atomik spectrophotometer bekerja dengan prinsip yang sedikit berbeda dari spectrophotometer biasa. Prinsip utama dalam mesin ini adalah ketika senyawa tertentu (sebagai contoh, mineral) diuapkan, mereka memancarkan cahaya dari sebuah karakteristik panjang gelombang. Mesin disesuaikan untuk mendeteksi cahaya ini.

b. Metode Van Soest
Meskipun sistem Weende tentang analisis pakan selama bertahun-tahun telah dan terus menjadi sebuah perangkat yang berguna untuk memprediksi nilai kandungan nutrisi dalam pakan, namun bukan berarti sistem ini tak memiliki kekurangan atau tak butuh beberapa perbaikan. Faktanya, sistem ini memiliki beberapa keterbatasan nyata, khususnya dalam kaitannya dengan serat mentah (crude fiber) dan pecahan-pecahan ekstraksi yang bebas nitrogen.

A. Yang pertama: serat mentah ketika diteliti bukanlah zat yang seragam secara kimiawi namun sebuah campuran berbagai unsur, unsur-unsur utamanya adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Meskipun selulosa dan hemiselulosa memiliki nilai kandungan nutrisi yang hampir sama, keduanya memiliki nilai pakan yang jauh lebih tinggi untuk hewan pemamah biak dibandingkan untuk hewan non-pemamah biak. Di sisi lain, ligin sebagian besar mudah dicerna oleh semua ternak. Yang lebih memperumit situasinya adalah fakta bahwa hanya sebuah bagian hemiselulosa dan ligin yang dihasilkan dalam pecahan serat mentahnya, dengan bagian-bagian sisanya yang muncul sebagai NFE, yang biasanya dianggap sebagian besar tersusun dari gula dan kanji yang sangat mudah dicerna. Akibatnya, sampai pada taraf dimana hemiselulosa – dengan digestibilitas yang rendah – dan lignin – yang mudah dicerna – terdapat di dalam pecahan NFEnya, pecahan ini akan lebih besar dan memiliki digestibilitas rata-rata yang lebih rendah dibandingkan jika pecahan tersebut tersusun dari gula dan kanji. Pada saat yang sama, nilai serat mentahnya tidak akan mencerminkan semua bagian pakan yang dapat dicerna.

B. Banyak para pekerja: selama beberapa tahun terakhir telah menguji berbagai prosedur yang mungkin dapat memberikan pemisahan karbohidrat dalam pakan secara lebih pasti daripada apa yang dihasilkan sistem Weende tentang analisis kurang lebih. Hal ini berlaku khususnya dari sudut pandang pengevaluasian kumpulan pakan.

II. Sebuah prosedur yang mendapatkan banyak perhatian
sebagai sebuah pengganti penentuan serat mentah konvensional dikembangkan oleh Van Soest dan rekan-rekannya, yang bekerja di laboratorium riset ARS miliki USDA di Beltsville, Maryland. Proses ini mengharuskan pemisahan bahan kering pakan ke dalam dua pecahan (fraction) – pecahan yang pertama yang memiliki daya cerna (digestibilitas) yang baik dan yang kedua yang memiliki digestibilitas yang buruk – dengan mendidihkan 0,5-1,0 g sampel pakan di dalam sebuah larutan deterjen netral (3% sodium lautrl sulfate yang dibufferkan ke pH 7,0) selama satu jam dan dilakukan penyaringan.

A. Larutan deterjen netral yang mudah larut (NDS) adalah bagian terbesar kandungan sel, yang utamanya terdiri dari lipid, gula, kanji dan protein dan semuanya memiliki digestibilitas yang tinggi, yang memiliki digestibilitas rata-rata sekitar 98%. Digestibilitas tersebut tampaknya tidak dipengaruhi oleh banyaknya larutan-larutan deterjen netral yang tak dapat larut yang ada. Larutan-larutan deterjen yang sulit larut tersebut biasanya disebut sebagai serat deterjen netral (NDF). Larutan ini merupakan bagian terbesar dinding sel tanaman dan kadang-kadang disebut sebagai unsur-unsur dinding sel atau unsur pembentuk dinding sel, yang banyak tersusun dari selulosa, lignin, silika, hemiselulosa dan beberapa protein. Dalam prosedur Van Soest, semua lignin dan hemiselulosa dimasukkan di dalam pecahan NDF, sementara pada metode Weende, dua unsur tersebut dihilangkan dari serat mentah ke NFEnya. Sebagai akibatnya, NDF ketika ditentukan dengan prosedur Van Soest jauh lebih tinggi daripada nilai serat mentah konvensional untuk beberapa pakan.
B. Untuk menentukan ligin dalam sebuah sampel hijauan, Van Soest mengedepankan penggunaan apa yang dikenal sebagai prosedur liginin deterjen asam. Dalam metode ini, prosedur tersebut digunakan sebagai langkah persiapan. Proses ini mengharuskan perebusan 1,0 sampel bahan yang dikeringkan-udara dalam sebuah larutan deterjen asam (49,04 g solutic acid dan 20 g cetyl trimethylammonium bromide per liter) selama satu jam dan dilakukan penyaringan. Larutan-larutan yang tak dapat larut atau residu-residunya membentuk apa yang dikenal sebagai serat deterjen asam (ADF) dan terdiri dari selulosa, lignin dan silika dalam beragam jumlah. ADF berbeda dari NDF karena NDF mengandung sebagian besar hemiselulosa pakan dan di dalam ADF tidak terdapat protein. Perbedaan jumlah NDF dan ADF adalah sebuah penghitungan hemiselulosa dalam pakan.  Untuk menentukan banyaknya lignin yang ada, ADF kemudian dicerna di dalam 72% H¬¬2SO4 pada suhu 15oC selama 3 jam dan disaring. Residu yang tersisa setelah pencucian dan pengeringan ditimbang dan dibuat jadi serbuk. Serbuk yang tersisia memperlihatkan silika yang ada, sementara berkurangnya berat selama pembentukan serbuk memperlihatkan lignin dan disebut sebagai lignin deterjen asam (ADL) dan secara lebih spesifik sebagai lignin yang tak dapat larut dalam asam.
C. Sebagai sebuah metode alternatif untuk mengetahui kadar lignin yang memiliki beberapa kelebihan untuk bahan-bahan tertentu mengharuskan dilakukannya oksidasi lignin ADF yang memiliki kelebihan larutan potassium permanganate yang dibufferkan asam acetik. Lignin yang ditentukan kadarnya seperti ini disebut lignin permanganate. Variasi metode ini dapat digunakan menyisihkan kutin yang terdapat di banyak kulit benih, yang jika tidak, akan diukur kembali.
D. Suhu pemrosesan hijauan di atas 50oC cenderung meningkatkan produksi lignin pada kedua metode di atas khususnya lewat produksi lignin artifak melalui reaksi pencoklatan non-enzimatik. Kandungan nitrogen ADF dianggap sebagai ukuran yang sensitif untuk tingkat kerusakan tersebut dan berperan sebagai dasar untuk memperkirakan lignin artifak.
E. Segera sesudah NDS, NDF, ADF, dan ADL telah ditentukan untuk sebuah hijauan, digestibilitas sesungguhnya bahan kering hijauan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:  0,98 NDS + (1,473 – 0,789 log10 lignin) NDF dimana di dalamnya NDS dan NDF dinyatakan sebagai persentase bahan kering hijauannya, dan lignin adalah persentase lignin yang dapat dapat larut dalam asam di dalam pecahan ADFnya.
F. Sehingga, digestibilitas bahan kering hijauan dapat dihitung dengan mengurangi angka digestibilitas sesungguhnya, sebuah pengurangan bahan kering metabolik yang ada dalam feces, yang menurut Van Soest pada jumlah rata-rata 12,9% konsumsi bahan keringnya.

c. Analisis Proksimat
Analisis Proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan / pangan.
Istilah proksimat mengandung arti bahwa hasil analisisnya tidak menunjukkan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai Mendekati. Hal ini disebabkan komponen dari suatu fraksi masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisi kimia ini adalah yang paling ekonomis (relaif) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Prinsip Kerja Prosedur Analisis Proksimat
1. Analisis Air
* Prinsip
Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100-100 oC dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak lagi berubah.
% = Berat awal bahan – Berat akhit bahan setelah di oven X 100%
Berat awal bahan
*Kelemahan
1) Tidak hany air yang menguap tetapi senyawa-senyawa asam-basa organik sederhana yang ikut menguap ( misalnya : asm asetat, asam butirat, asam propionat, ester,dll)
2) Air yang terikat dalam senyawa sukar untuk menguap sehingga mengurangi total air yang sebenarnya.
* Komponen air
Air dan asam-basa organik yang mudah menguap.
2. Analisis Abu
* Prinsip
Membakan bahan dalam Tanur dengan suhu 600oC selama beberapa waktu (3-8 jam) sehingga seluruh unsur utama pembentuk senyawa organik (C, H, O, N) habis terbakar dan berubah menjadi gas, sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan, dengan kata lain abu merupakan total mineral bahan.
%= Berat abu Berat Bahan
*Kelemahan
1) Tidak selurunya unsur utama pembentuk senyawa organik dapat terbakar dan berubah menjadi gas, oksigen ada yang masih tinggal dalm abu sebagai senyawa oksida (misal CaO) dan karbon sebagai karbonat.
2) Sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas( misal sulfur sebagai H2S)
Komponen abu : Mineral-mineral oksida dan karbonat.
3. Analisis Protein
* Prinsip
Penerapan niali protein kasar dilakukan secara tidak langsung karena analisis ini didasarkan kepada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen ( perbandingan protein dan nitrogen = 100 : 16 = 6.25:1). Pnentuan nitrogen dalam analisa ini melalui 3 tahap analisis kimia.
1) Digesti /destruksi
Menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana sehingga N dalam bahan terurai dari bahan organiknya kemudian di ikat oleh H2SO4 menjadi (NH4)2SO4
2) Destilasi
• Pengikatan komponen organik tidak hanya pada nitrogen saja tetapi juga pada komponen lain, oleh karena itu nitrogen harus diisolasi.
• Untuk melepaskan nitrogen dalam larutan hasil destruksi adalah dengan membentuk gas NH3
• Pemberian NaOH 40% bila dipanaskan akan berubah menjadi gas NH3 dan air yang kemudian dikondensasi 
• NH3 akhirnya ditangkap oleh larutan asam borat 5% membentuk (NH4)3 BO3
3) Titrasi
Nitrogen dalam (NH4)3 BO3 ditentukan jumlahnya dengan cara titrasi dengan HCl
* Kelemahan
1) Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga terdapat dalam senyawa organik lain yang bukan protein, senyawa protein yang bukan berasal dari senyawa protein disebut NPN (Non Protein Nitrogen), sehingga terhitung sebagai protein kasar.
2) Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung yang dianalisis umumnya protein nabati kurang dari 6.25 sedangkan protein hewani lebih dari 6.25. bilamana anda mendapat data mengenai angka yang tepat untuk bahan yang anda analisis maka pakailah data anda tersebut.
Komponen Protein kasar
Protein, asam amino bebas, amine nitrat, glukosida mengandung glikolipid, vitamin B, asam nukleat, HCN.
4. Analisis Lemak Kasar
* Prinsip
Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelarut lemak (ether) selama beberapa waktu (3-8 jam) ekstraksi mengunakan alat gold fisch. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah: kloroform proteleum benzena, aseton, heksana. Lemak yang terekstraksi oleh larutan lemakterakumulasi dalam wadajh pelarut (labu socklet dan gold fisch) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengancara dipanaskan dalam oven suhu 105 oC, pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik didh lemak lebih dari 105oC) sehinga tidak menguap dan tinggal dalam wadah, lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya.
Lemak kasar % = Berat lemak x100%
Berat awal bahan
* Kelemahan
1) tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut lemak tetapi terdapat pula komponen senyawa organik lain yang bukan lemak larut dalam pelarut lemak misalnya : pigmen, asam organik, klorofil, sterol, vitamin A,D, E, K) sehingga terhitung sebagai lemak.
2) Lemak dengan bobot molekul besar serta kompleks sulit larut dalam pelarut lemak sehingga bahan yang demikian umumnya dari hewan dan cara untuk mengatasi terlebih dahulu hharus didekstruksi agar larut dalam pelarut lemak misalkan dengan HCl.
Komponen Lemak kasar
Lemak, minyak, malam, pigmen, asam organik, klorofil, streol, vitamin A,D,E,K)
5. Analisis Serat Kasar
* Prinsip
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemamasan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar maka bagian yang tidak larut tersebut residu) dibakar sesuai denga prosedur analisis abu selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.
Serat kasar % = Berat residu – berat abu x 100%
Berat bahan
* Kelemahan
1) Terdapat sebagian kecil senyawa organik yang tergolong serat kasar dapat larut dalam asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan komponen serat miasalnya selulosa, hemiselulosa, lignin
Komponen serat kasar
Selulosa, hemiselulosa, lignin
2. Tujuan dari Masing-Masing Evaluasi Pakan
1) Secara Fisik
Untuk menghasilkan atau membeli makanan yang superior perlu untuk diketahui apa yang merupakan kualitas makanan dan bagaimana untuk mengenali atau mereka perlu untuk menjadi familiar dengan karakteristik yang dikenali dari makanan yang menunjukan kandungan nutrisi dan kelezatan yang tinggi. Jika diragukan, observasi pada binatang yang memakan makanan ternak akan menunjukannya, bagi peternakan memilih dan mengembangkan makanan yang berkualitas tinggi.
2) Secara Biologis
a. Untuk mengetahui kecernaan pakan
b. Untuk mengetahui palatabilitas
3) Secara Kimiawi
Untuk mengetahui persetase kandungan suatu zat yang terdapat pada suatu bahan pakan
Keuntungan secara Kimiawi
1. Dapat mengetahui kandungan zat-zat apa saja yang terdapat pada bahan pakan dan berapa persentasenya.
2. Cara analisisnya mudah
3. Biayanya ekonomis
Kerugian Secara Kimiawi
1. Data yang dihasilkan bukan merupakan data yang sebenarnya namun mendekati
2. Menggunakan peralatan yang sangat rumit penggunaanya
3. Waktu yang digunakan cukup lama
4. Keabsahan apabila hanya menggunakan salah satu cara saja.
Apabila hanya menggunakan evaluasi pakan secara kimia saja hasil dari evaluasi pakanya bisa diterima karena meskipun hasil yang didapat bukan merupakan hasil yang sebenarnya, tetapi mempunyai nilai mendekati, yang sesuai dengan analisis proksimat yang datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Apabila hanya menggunakan evaluasi pakan secara biologis saja hasil dari evaluasinya dapat diterima karena merupakan cara yang terbaik sebagai analisis pakan dan pangan namun cara ini sangat memerlukan biaya yang tinggi dan waktu yang cukup lama untuk menentukan hasil dari evaluasi pakan tersebut.
Dan apabila hanya menggunakan evaluasi pakan secara fisik saja hasil dari evaluasi ini tidak dapat sepenuhnya diterima sebagai hasil evaluasi pakan untuk kepentingan data dalam penelitian karena sistem ini tidak dapat mengetahui kandungan suatu bahan pakan secara spesifik.

v  PENGUJIAN BAHAN PAKAN SECARA BIOLOGI
Evaluasi Biologis dari Makanan Ternak
Cukup sering, uji biologis digunakan dalam analisis dari mikronutrient pada makanan. ada dua jenis dasar dari uji biologis – (1) uji mikrobiologis, dan (2) penggunaan binatang yang kekurangan – nutrient.  Uji biologis cenderung sulit dan memakan waktu. Sejumlah besar sampel diperlukan untuk menghasilkan hasil statistik yang dapat dipercaya dan cukup sering data yang didapatkan dari uji ini adalah sangat bervariasi. Uji menggunakan binatang yang kekurangan nutrient adalah terutama tidak praktis karena (1) binatang harus mempunyai jenis kelamin yang sama dan diperkirakan usia dan beratnya sama dan (2) waktu yang dibutuhkan untuk memasukan kondisi yang kurang baik pada binatang – binatang ini.

Uji mikrobiologis
Dalam uji mikrobiologis, sebuah mikroorganisme dipilih yang dikenal untuk menentukan nutrient dalam pertanyaan. Karena itu, jika nutrient tidak ada, mikroorganisme yang dipilih tidak akan tumbuh. Pertumbuhan medium adalah dipersiapkan sehingga secara nutrisi melengkapi kecuali untuk nutrient yang akan diuji. Level – level yang ditingkatkan dari nutrient kemudian ditambahkan pada media dan kurva respon pertumbuhan dipersiapkan. Sampel untuk di uji kemudian dapat dites dan dibandingkan dengan kurva respon pertumbuhan untuk menentukan konsentrasi nutrient. Banyak dari mikronutrient, seperti vitamin B kompleks, adalah diuji dengan cara ini.

Kekurangan nutrisi binatang
Pada jenis pengujian ini, experimental binatang, seperti tikus dan anak ayam, diberikan makanan yang kurang dalam sebuah nutrient tertentu. Kurva respon pertumbuhan adalah dikembangkan dengan memberi makan sejumlah nutrisi pada beberapa binatang yang kekurangan nutrisi. Binatang lainnya yang kurang baik memberkan produk untuk diuji dan respon mereka dibandingkan dengan kurva pertumbuhan. Sebagai tambahan, evaluator dapat mengamati perubahan dalam jaringan khusus sebagai level yang beragam dari nutrient khusus yang di supplay.
Contoh yang istimewa dari jenis assay ini adalah bioassay untuk vitamin A. Tikus betina muda diawali diberikan vitamin A – makanan kurang baik untuk mengosongkan cadangan makanan. Makanan yang akan diuji dan level yang ditingkatkan dengan konsentrasi yang diketahui dari vitamin A adalah untuk memberi makan tikus yang kekurangan vitamin A. Tiga parameter kemudian diukur untuk menentukan kandungan vitamin A dari makanan;
1. Respon pertumbuhan
2. Konsentrasi vitamin A di liver tikus dari beragam perawatan.  pengujian tingkat cornification dari vaginal epithelium. Pada kekurangan vitamin A, lapisan dari vagina mengalami cornification.
Penentuan Pencernaan In Vitro
Banyak peneliti menggunakan tekhnik pencernaan in vitro untuk memperkirakan kadar cerna dari berbagai makanan. Bebrapa peneliti menyebutnya sebagai evaluasi rumen buatan. Cairan ruminal diperoleh baik dari pemompaan perut atau koleksi melaui rumen fistula dan disaring melalui kain kartun tipis. Pipa uji mengandung buffer dan sampel makanan disuntik dengan cairan yang mendung, secara teori, sebuah sampel representatif dari mikroflora rumen. Sampel tersebut kemudian dijaga pada suhu tubuh hewan dalam suatu lingkungan karbondioksida (anaerobik). Dalam lingkungan ini, mikroba mencerna sampel makanan.
Tujuan Secara Biologis
a. Untuk mengetahui kecernaan pakan
b. Untuk mengetahui palatabilitas
Keuntungan secara biologis
1. Dapat mengetahui Kecernaan dari suatu pakan oleh suatu hewan ternak
2. Dapat mengetahui palatabilitas dari suatu pakan
3. Hanya sejumlah kecil materi sampel yang diperlukan untuk evaluasi. Jika seekor ternak baru diteliti, peneliti dapat sepenuhnya menggunakan apa yang mungkin jumlah materi terbatas yang akan dikerjakan.
4. Sejumlah besar sampel dapat diselesaikan dalam satu waktu. Peningkatan jumlah replikasi tiap percobaan ini, dengan cara demikian meningkatkan akurasi hasil secara statistik
5. Sangat sedikit peralatan yang diperlukan; dan peralatan yang digunkan dapat diperoleh dengan harga yang murah. Metode ini mengurangi biaya analisis
6. Hasil dri pengujian in vitro snagat berkaitan dengan hasil in vivo. Ada pengecualian, tapi, secara umum, analisis in vitro akan memberi hasil yang dapat diandalkan juga pada nilai relatif dari makanan.
Kerugian secara biologis
1. Prosedur uji biologis cenderung sulit
2. Memakan waktu yang cukup lama
3. Uji menggunakan binatang yang kekurangan nutrient adalah terutama tidak praktis karena (1) binatang harus mempunyai jenis kelamin yang sama dan diperkirakan usia dan beratnya sama dan (2) waktu yang dibutuhkan untuk memasukan kondisi yang kurang baik pada binatang – binatang ini.
3) Keuntungan secara Kimiawi
1. Dapat mengetahui kandungan zat-zat apa saja yang terdapat pada bahan pakan dan berapa persentasenya.
2. Cara analisisnya mudah
3. Biayanya ekonomis


v  PENGUJIAN BAHAN PAKAN SECARA EKONOMIS
Pakan merupakan hal yang penting dalam sebuah kegiatan usaha peternakan, bahkan pakan menempati porsi terbesar dalam biaya produksi sebuah usaha peternakan. Pakan yang berkualitas tentunya akan menghasilkan ternak dan produk hasil ternak yang berkualitas. Evaluasi bahan pakan menjadi penting dilakukan untuk menjamin kualitas dari bahan pakan tersebut. Evaluasi fisik atau organoleptik merupakan langkah awal dari tahapan evaluasi pakan. Uji organoleptik menitikberatkan pada penampakan fisik yang bisa dibedakan dengan menggunakan alat indra seperti tekstur, warna, bau dan rasa.
Teknik evaluasi pakan secara kimiawi umumnya menggunakan metoda pendugaan yang disebut dengan analisa proksimat untuk menduga kandungan nutrient dari suatu bahan pakan. Jika suatu bahan pakan memiliki nilai yang lebih rendah atau lebih tinggi dari standart yang telah ditentukan maka perlu diwaspadai adanya tindak pemalsuan  yang terjadi. Evaluasi lainnya adalah evaluasi secara biologis, evaluasi ini menunjukkan seberapa besar bahan pakan ini bisa dimanfaatkan langsung oleh ternak. Komposisi nutrient dari suatu bahan pakan sangat menentukan mutu bahan pakan tersebut. Hal ini sangat terkait dengan bagaimana bahan tersebut dapat dipergunakan oleh ternak untuk berproduksi. Bahan pakan yang berkualitas tentunya akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Harga yang terlalu tinggi sering menjadi keluhan para peternak terutama para peternak rakyat. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya daya serap masyarakat terhadap produk peternakan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut muncul gagasan untuk mencari sumber bahan pakan baru yang berbasis pada produk lokal yang potensial.
Pengembangan bahan pakan konvensional terkendala pada ketersediaan dan kontinuitas bahan pakan tersebut. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemakaian bahan pakan konvensional adalah kandungan zat anti nutrisi yang menyebabkan penggunaannya tidak dapat menggantikan atau mensubstitusi penggunaan bahan pakan non-konvensional. Masalah lain adalah tingginya biaya pengolahan untuk bahan-bahan pakan konvensional tersebut supaya bisa dipergunakan secara maksimal. Untuk menjamin mutu pakan yang beredar di masyarakat perlu dibuat suatu standart baku yang dapat menjadi acuan jika terjadi ketidaksesuaian mutu bahan pakan yang dipergunakan. Standart tersebut dapat bersifat secara regional, nasional maupun internasional. Standart yang dibuat dalam skala regional dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur lalu lintas perdagangan dan tata perniagaan suatu bahan pakan. Standart tersebut dibuat untuk melindungi bahan pakan lokal potensial dari eksploitasi yang berlebihan.
Standar dengan skala nasional di Indonesia diterbitkan oleh suatu badan indipenden yaitu Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang dituangkan dalam bentuk Standar Nasional Indonesia atau SNI. Tujuan utama penerbitan SNI untuk menjamin kualitas bahan pakan yang beredar terkait dengan keamanan pakan yang menjadi pangkal dari keamanan pangan. Standart dalam skala internasional diterbitkan oleh suatu badan indipenden seperti Codex. Hal-hal penting yang diatur dalam standar internasional hampir sama seperti yang tertuang dalam SNI bahkan beberapa standar internasional tersebut diadopsi oleh Badan Standart Nasional.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.    Bahan pakan dapat dililihat dari segi kualitas dan kuantitasnya. kualitas bahan pakan identik dengan kualitas yang bisa ditinjau dari 3 macam diantaranya adalah secara fisik, kimiawi dan biologis.
2.    Secara kimia  yaitu mengetahui keseimbangan komposisi asam amino, karena denganmengetahui komposisi yang lebih tepat pada kandungan asam-asam amino
3.    Metode lain yang tak kalah pentingnya ialah evaluasi pakan secara biologis. Evaluasi tersebut dapat dilakukan baik di lapangan seperti evaluasi pakan secara in vivo,
4.    Secara fisik ini dilakukan dengan mengukur tingkat kehalusan bahan penyusunnya, kekerasan dan daya tahan hasil cetakan didalam air (water stability)
5.    Secara ekonomi pakan merupakan hal yang penting dalam sebuah kegiatan usaha peternakan, bahkan pakan menempati porsi terbesar dalam biaya produksi sebuah usaha peternakan. Pakan yang berkualitas tentunya akan menghasilkan ternak dan produk hasil ternak yang berkualitas





DAFTAR PUSTAKA
Anangsutir. 2012. Evpakan.http://Evpakan htm. Diakses pada tanggal 5 november 2012.
Jajo.2008. Evaluasi Pakan.http:// Jajo66′s Weblog.htm. Diakses pada tanggal 5 november 2012.
Lina. 2009. Evaluasi Pakan. http://www.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 november 2012.
Nursiam. 2011. Pengantar Pengawasan Mutu Pakan. http://wordpress.com. Diakses pada tanggal 5 november 2012.



















TUGAS INDIVIDU
ILMU BAHAN PAKAN TERNAK

EVALUASI BAHAN PAKAN
(FISIK, KIMIA, BIOLOGIS DAN EKONOMIS)

NAMA                        : RAHMA NINGSI
NIM                            : I 111 12 295
KELAS                       : GANJIL




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

Tidak ada komentar: