BAB I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Potensi kekayaan alam
yang dimiliki di Indonesia sangatlah belimpah. Mulai dari sumber daya alam yang
diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah yang
berbeda kandungannya serta lahan yang luas, memberikan tanaman bisa tumbuh di
berbagai tempat dan kondisi yang berbeda-beda pula. Tetapi dengan kondisi yang
sekarang ini, lahan di Indonesia sebagian besar tidak diolah dengan baik
sehingga kebutuhan konsumsi pakan untuk ternak di Indonesia sangatlah minim dan
bahkan lebih memilih mengimpor pakan untuk ternak. Termasuk di dalamnya lahan
sebagai padang penggembalaan yang tidak terawat dengan baik.
Padang penggembalaan
adalah suatu bentuk penggunaan lahan yang semata-mata untuk pengembangan
peternakan. Biasanya lapisan tanah pada
lahan ini relatif dangkal, berbatu dengan lereng yang cukup besar dan tidak
cocok untuk tanaman semusim. Vegetasi
yang dominan adalah rumput alam yang sering mengalami overgrazing sehingga ancaman
bahaya erosi cukup tinggi.
Untuk menjaga
kelestarian dan produktivitas padang penggembalaan, menjamin tersedianya pakan
ternak bergizi tinggi dan merata sepanjang tahun, kita perlu melakukan Strip
Grazing agar jumlah
hijauan yang tersedia bagi ternak terbatas, kesempatan seleksi ternak ditekan
serendah mungkin dan penggunaan padangan merata serta kerusakan karena injakan
dan pencemaran oleh kotoran ternak lebih terkendali/merata. Hal inilah yang
melatarbelakangi dibuatnya makalah yang berjudul “ Strip Grazing “.
II.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan
masalah yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan
penggembalaan berjalur ?
b. Bagaimana sistem penggembalaan
berjalur (strip grazing) ?
c. Bagaimana
cara mengoptimalkan padang penggembalaan berjalur ?
II.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat ditarik tujuan
penulisan yaitu :
a. Untuk mengetahui tentang
penggembalaan berjalur.
b. Untuk mengetahui sistem
penggembalaan berjalur (strip grazing).
c. Untuk
mengetahui cara mengoptimalkan padang penggembalaan berjalur.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I
Defenisi Penggembalaan
Menurut Reksohadiprodjo
(1994) padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman
makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut
kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan
yang ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan
terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus,
1997). Sistem penggembalaan adalah pemeliharaan ternak sapi yang dilaksanakan
dengan cara ternak digembalakan di suatu padang penggembalaan yang luas,
terdiri dari padang penggembalaan rumput dan leguminosa (Tandi, 2010). Hadi et
al (2002) menyebutkan sistem padang penggembalaan merupakan kombinasi antara
pelepasan ternak di padang penggembalaan bebas dengan pemberian pakan.
Padang penggembalaan tersebut bisa terdiri dari rumput atau
leguminosa. Tetapi suatu padang rumputnya yang baik dan ekonomis adalah yang
terdiri dari campuran rumput dan leguminosa.
II.2
Penggembalaan Berjalur (Strip Grazing)
Penggembalaan jalur ini merupakan sistem penggembalaan
bergilir yang intensif dengan menggunakan pagar llistrik yang dapat
dipindah-pindah melintasi petak penggembalaan. Dengan cara ini jumlah hijauan
yang tersedia bagi ternak terbatas, kesempatan seleksi ternak ditekan serendah
mungkin dan penggunaan padangan merata serta kerusakan karena injakan dan
pencemaran oleh kotoran ternak lebih terkendali/merata. Untuk mencegah agar
ternak tidak merenggut tanaman yang sedang tumbuh kembali, maka dipasang pagar
kedua di belakang ternak. Pelaksanaan penggembalaan jalur ini akan mendapatkan
hasil yang baik apabila dilaksanakan pada pastura yang berproduksi tinggi
(kuantitas dan kualitasnya).
Penggembalaan bergilir adalah cara penggembalaan ternak
dengan cara membagi areal pastura menjadi beberapa bagian (paddock) kemudian ternak digembalakan secara bergantian dari satu
bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari sistem ini adalah memberikan kesempatan
pada ternak untuk mendapatkan hijauan pada saat nilai nutrisi hijauan tinggi,
serta memberikan waktu istirahat yang cukup bagi tanaman untuk dapat tumbuh
kembali. Dengan cara penggembalaan seperti ini ternak dibatasi ruang geraknya
sehingga pemanfaatan hijauan efisien dan ternak tidak mengeluarkan energi yang
banyak untuk mencari hijauan. Cara ini juga menekan seleksi ternak terhadap
hijauan, sehingga pemanfaatan hijauan dalam suatu areal merata.
Penggembalaan bergilir juga juga dapat dijumpai pada pastura
alam, yaitu dengan cara memindahkan ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain
yang lebih banyak hijauannya, hal ini sering ditemui di daerah Sulawesi
Tenggara pada peternak yang memilki sapi dalam jumlah besar. Namun karena
produksi hijauan pada pastura alam rendah, maka mobilitas peternak sangat
tinggi dan hal ini akan berpengaruh pada biaya transportasi untuk pemindahan
ternak.
Pada pastura buatan umumnya cara penggembalaan ini dilakukan
pengelompokan ternak berdasarkan umur dan tingkat produksi, misalnya kelompok
ternak berproduksi tinggi (sapi perah dan penggemukan) dan ternak berproduksi
rendah (sapi kering dan ternak yang dipelihara sekadarnya). Ternak-ternak
berproduksi tinggi diberi kesempatan pertama untuk merenggut hijauan yang
berkualitas baik, kemudian diikuti oleh kelompok ternak yang lain. Fluktuasi
produksi hijauan akibat musim akan menyebabkan perubahan jumlah ternak yang
digembalakan, sehingga untuk menjaga agar pemasokan hijauan tetap kontinyu
sepanjang waktu, diperlukan pertimbangan dalam hal usaha pengawetan hijauan
pada saat produksi berlimpah.
II.3 Macam-macam padang
penggembalaan
Berdasarkan vegetasinya padang
penggembalaan digolongkan dalam beberapa macam diantaranya :
A. Padang
Penggembalaan Alam
Padang penggembalaan
yang terdiri dari tanaman yang berupa rumput Perennial, produktivitas rendah,
floranya relative belum tersentuh oleh manusia (McLlroy, 1976). Menurut
Reksohadiprojo (1994) padang penggembalaan alam tidak ada pohon, belum terjadi
campur tanagan manusia, manusia hanaya mengawasi ternak yang digembalakan,
sedit masih terdapat gulma, daya tampung rendah.
B. Padang
Penggembalaan Buatan
Padangan yang
vegetasinya sudah dipilih/ditentukan dari varietas tanaman yang unggul. Menurut
Reksohadiprodjo (1994) Padang penggembalaan adalah tanaman makanan ternak dalam
pandangan telah ditanam, disebar, dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat
menjadi padangan permanen atau diseling dengan tanaman pertanian.
C. Padang
Penggembalaan yang Telah Diperbaiki
Spesies-spesies hijauan
makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah
mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies yang produktif dan
menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan (defoliasi) (Reksohadiprodjo,
1994)
D. Padang
penggembalaan dengan irigasi
Padang penggembalaan
ini biasanya terdapat di daerah sepanjang aliran sungai atau dekat dengan
sumber air. Penggembalaan ternak dijalankan setelah padang penggembalaan
menerima pengairan selama 2-4 hari (Reksohadiprodjo, 1994).
II.4 Sistem Padang
Penggembalaan
Teknis pengembangan
usaha sapi potong memakai sistem padang penggembalaan :
a. Jenis padang penggembalaan adalah padang rumput
buatan atau temporer dimana hijauan makanan ternak telah disebar atau ditanam.
b. Sistem pertanaman. Sistem pertanaman campuran
antara rumput dan leguminosa, keuntungannya dibandingkan sistem pertanaman murni,
yaitu leguminosa ditanam bersama rumput-rumput untuk keuntungan rumput-rumput
tersebut, karena leguminosa lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium
(kapur) dibandingkan dengan rumput-rumput, dan menaikkan gizi pada
penggembalaan.
c. Tata laksana padang penggembalaan. Penggembalaan
bergilir, dimana padang penggembalaan dibagi dalam beberapa petakan, tujuan
cara penggembalaan bergilir adalah untuk menggunakan padang penggembalaan pada
waktu hijauan masih muda dan bernilai gizi tinggi serta memberikan waktu yang
cukup untuk tumbuh kembali. Jenis rumput yang akan berada pada padang
penggembalaan yaitu yang tahan diinjak-injak dan dan leguminosa herba
Centrosema. Tata laksana pemeliharaan ternak sapi adalah sistem semi intensif,
dimana dilakukan pada pagi hari (jam 10.00 – 16.00) ternak digiring ke padang
penggembalaan dengan sistem penggembalaan bergilir. Pada sore hari ternak
digiring kembali ke kandang dan diberi pakan hijauan rumput potong (rumput
gajah). Kegiatan pembersihan kandang dilakukan pada pagi hari, kotoran ternak
ditampung pada lubang yang telah disediakan sebagai tempat penampungan kotoran.
Usaha pengembangnan sapi potong ini dapat diintegrasikan dengan usaha
pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk organic (Rusmadi, 2007). Pemanfaatan pupuk
yang berasal dari kotoran sapi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
II.5 . Faktor Yang
Mempengaruhi Padang Penggembalaan
Faktor yang mempengaruhi padang
penggembalaan yaitu :
A. Air
Air yang terbatas
mempengaruhi fotosintesis dan perluasan daun pada tanaman karena tekanan air
mempengaruhi pembukaan pada stomata perluasan sel (Setyati, 1991). Air
berfungsi untuk fotosintesis, penguapan, pelarut zat hara dari atas ke daun.
Jika ketersediaan air terpenuhi maka seluruh proses metabolisme tubuh
tanaman berlangsung, berakibat produksitanaman tinggi.
B. Intensitas
Sinar
Intensitas sinar di
bawah pohon atau tanaman pertanian tergantung pada bermacam-macam tanaman,
umur, dan jarak tanam, selain waktu penyinaran. Keadaan musim dan cuaca juga
berpengaruh terhadap intensitas sinar yang jatuh pada tanaman selain yang ada
di bawah tanman utama (Susetyo et.al, 1981).
C. Spesies
Kemampuan suatu tanaman
untuk beradaptasi dengan lingkungan dan faktor genetik berpengaruh pada
produktivitas tanaman tersebut. Tanaman satu dengan tanaman lain mempunyai
tingkat adaptasi dan genetik yang berbeda-beda.
D. Temperatur
Tanaman memerlukan
temperatur yang optimum untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Temperatur
tanah berpengaruh terhadap proses biokimia dimana terjadi pelepasan nutrien
tanaman dan berpengaruh juga pada absorbsi air dan nutrien.
E. Curah
hujan
Curah hujan
bverpengaruh pada produksi bahan kering yang dihasilkan oleh hijauan pakan.
Semakin tinggi curahn hujan maka produksi bahan keringnya akan semakin rendah.
F. Tanah
Tanah berufngsi sebagai mendukung
pertumbuhan tanaman sebagai sumber hara dan mineral, kesuburan tanah juga
ditentukan oleh kelarutan zat hara, PH, kapasitas pertukaran kalori, tekstur
tanah dan jumlah zat organiknya.
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Padang pengembalaan sangat besar peranannya terhadap penyediaan hijauan makanan ternak bagi ternak ruminansia, terutama bagi sistem peternakan ekstensif. Untuk menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas, efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang tahun
maka perlu dilakukan strip grazing (penggembalaan berjalur) yang intensif dengan menggunakan
pagar llistrik yang dapat dipindah-pindah melintasi petak penggembalaan. Dengan
cara ini jumlah hijauan yang tersedia bagi ternak terbatas, kesempatan seleksi
ternak ditekan serendah mungkin dan penggunaan padangan merata serta kerusakan
karena injakan dan pencemaran oleh kotoran ternak lebih terkendali/merata dan untuk
mencegah agar ternak tidak merenggut tanaman yang sedang tumbuh kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi,
P.U. et al., 2002. Improving Indonesia’s Beef Industry. ACIAR Monograph Series
Mc
Llroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang rumput Tropika. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Reksohadiprojo,
S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BFFE, Yogyakarta.
Setyati,
S .H.M. 1991 . Peangantar Agronomi, Cetakan ke 10 . Gramedia, Jakarta.
Susetyo,
I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Jendral
Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.
Tandi,
Ismail. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan
Sistem Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi
Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal Agrisistem,
Juni 2010, Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar