MATA KULIAH :MANAJEMEN TERNAK PERAH
DOSEN : DR.SITTI NURANI,S.PT,MSI
“ANALISA USAHA PETERNAKAN
SAPI PERAH”
(SKALA USAHA 12
EKOR SELAMA 1 PERIODE MASA LAKTASI)
NAMA :
RAHMA NINGSI
NIM :I
111 12 295
KELAS :
A (GANJIL)
PROGRAM
STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembangunan
usaha sapi perah dilakukan untuk memenuhi gizi masyarakat dan mengurangi
tingkat ketergantungan nasional terhadap impor susu. Usaha susu diindonesia
sudah lama dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga
permintaan susu semakin meningkat pula. Meningkatnya permintaan susu, terutama
dalam pencapaian ketahanan pangan asal
hewani. Hal ini disebabkan antara lain dengan adanya pertumbuhan penduduk,
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gizi berimbang, serta perbaikan
sistem pendidikan nasional.
Setiap usaha yang
bergerak di bidang produksi, selalu berupaya untuk mencapai keuntungan ataupun
pendapatan yang optimal. Usaha pemeliharaan sapi perah pun tidak terlepas dari
keinginan tersebut. Usaha pemeliharaan sapi perah dewasa ini sudah begitu
berkembang dan sudah dapat dijadikan sebagai salah satu mata pencaharian. Hal
ini disebabkan masyarakat yang semakin sadar akan kebutuhan zat gizi. Pada
dasarnya, antara persediaan dan permintaan susu di Indonesia terjadi
kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar dari
pada ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah
untuk menghasilkan susu segar sangat perspektif.
Oleh sebab itu
peternakan sapi perah memiliki potensi pengembangan yang sangat baik untuk
memenuhi kebutuhan susu yang masih impor terutama di Sulawesi Selatan yang
memiliki potensi yang cukup bagus karena memiliki daerah yang potensial seperti
di daerah di Cakkela, Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, yang cocok untuk
pengembangan usaha sapi perah.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dijalankannya usaha
peternakan sapi perah adalah untuk mengetahui layak tidaknya usaha peternakan
yang dijalankan dilihat dari aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek
keuangan, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial budaya.
BAB
II
PROFIL
USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH
A.
Pofil
Usaha
CV.
Cow’s Milk merupakan peternakan sapi
perah skala kecil yang berdiri sejak tahun 2012. Usaha ini bergerak pada bidang
produksi susu dari sapi perah. Bangsa ternak sapi perah yang akan diusahakan
yaitu bangsa sapi perah Fries Holland
(FH) dan peranakannya. Bangsa sapi FH merupakan bangsa sapi perah yang
memiliki tingkat produksi tertinggi dibandingkan dengan bangsa sapi perah
lainnya. Dengan tingkat produksi rata-rata setiap satu masa laktasi (10 bulan)
adalah sekitar 36.000 liter per masa laktasi atau sekitar 10 liter per ekor
perhari. Dalam usaha ini produk yang dihasilkan bukan hanya susu saja tapi juga
dapat mengasikan produk olahan susu seperti dangke dan kripik susu serta anak
sapi. Jumlah ternak yang akan diusahakan
sebesar 12 ekor sapi dewasa betina, 2 ekor sapi jantan dewasa, 9 ekor sapi dara
dan pedet sebanyak 5 ekor. dengan estimasi sapi betina dewasa mampu berproduksi
10 liter/ekor/hari.
Usaha
sapi perah ini akan di lakukan di Cakkela, Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, dimana
lokasi ini memiliki pontensi yang strategis dalam pelaksanaan usaha peternakan
sapi perah. Atas dasar tersebut maka pengembangan sapi perah di kabupaten di
Cakkela, Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, dipertimbangan pemilihan lokasi adalah
berdasarkan kondisi wilayah yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi sapi
perah, ketersediaan lahan untuk mendukung pengembangannya dan ketersediaan
pasar. Atas dasar tersebut maka pengembangan sapi perah perlu dilakukan dengan
peningkatan kemampuan dibidang pengolahan dan pemasaran serta kelembagaan.
B. Pola Pembiayaan
Dalam suatu usaha hal utama yang paling
penting adalah biaya. Pada usaha ini biaya-biaya yang di butuhkan berupa biaya
pemeliharaan, produksi, peralatan, sarana dan prasarana, serta biaya pakan.
Biaya ini diharapkan bersumber dari 80%
pengkreditan dengan bunga yang di sesuaikan dengan yang berlaku sekarang dan 20
% biaya sendiri yang berupa lahan yang di gunakan milik sendiri.
Pola pembiayaan pada usaha ini yaitu
meliputi total kebutuhan modal dengan skala usaha ekor sapi yang terdiri dari biaya penerimaan
yaitu meliputi penjualan susu Rp 324.000.000,00, biaya penjualan pupuk kandang
Rp 177.750.000,00, biaya penjualan pedet Rp 20.000.000,00 serta biaya variable
yang meliputi biaya pakan Rp 150.000.000,00, biaya konsentrat Rp 24.000.000,00,
biaya vaksin Rp 1.000.000,00, biaya Tenaga kerja 4 orang Rp 30.000.000,00,
biaya listrik dan BBM Rp 1.000.000,00 dan biaya lain-lain sebesar Rp
5.000.0000, induk laktasi Rp 120.000.000,00.
BAB
III
ASPEK
PEMASARAN
A.
Permintaan
Dilihat dari pasar
ataupun permintaan susu nasional maupun daerah, produksi susu nasional masih
sangat perlu untuk ditingkatkan. Data tahun 2003 menunjukkan bahwa produksi
susu nasional baru dapat memenuhi sekitar 29,46% dari permintaan konsumen susu
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2003). Permintaan ataupun pasar yang masih
terbuka luas baru merupakan salah satu faktor yang perlu dikaji untuk
mengembangkan usaha sapi perah di suatu daerah.
Pada dasarnya, antara
persediaan dan permintaan susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup
besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar dari pada ketersediaan susu
yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan
susu segar sangat perspektif untuk di usahakan.
B.
Penawaran
Dalam
ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling bertemu
dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah
barang). Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga
dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. penawaran adalah
sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga dan waktu
tertentu.
Dalam
industri peternakan sapi perah peranan peternak dalam memenuhi kebutuhan
kecukupan susu di Indonesia sangat dibutuhkan. Oleh karena itu penawaran
terhadap harga susu secara bertahap terjadi peningkatan. Dalam mengatasi kebutuhan konsumsi susu di
Indonesia terdapat peluang dalam pemasaran produk tersebut, dimana pernmintaan
konsumen terhadap susu meningkat.
C.
Harga
Sumber penerimaan terbesar dan utama
adalah dari penjualan susu, disamping penjualan sapi-sapi yang tidak produktif
lagi, penjualan anak sapi yang tidak akan digunakan sebagai peremajaan dan dari
hasil penjualan pupuk kandang. Besar kecilnya usaha sapi perah akan sangat
tergantung pada jumlah susu yang diproduksi dan harga penjualan susu.
Penerimaan dari hasil penjualan susu
diperoleh dari perkalian antara jumlah susu yang diperoleh selama satu periode
laktasi dengan harga susu selama periode laktasi tersebut. Penerimaan lainnya
berasal dari penjualan pedet, dan pupuk kandang dalam waktu 1 tahun. Harga
susu di tingkat peternak berkisar Rp 9.000/liter, harga pupuk kandang Rp
1.500/Kg dan harga penjualan pedet Rp 4.000.000/ ekor.
D.
Pemasaran
Produk
yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu segar, aspek
pemasaran dari susu ini yaitu meliputi seluruh kalangan lapisan masyarakat,
sehingga pasar dari usaha ini sangat luas karena semua orang mengkonsusmsi
produk susu.
Dalam pemasaran produk ini hal yang menjadi pertimbangan dan sasaran
konsumen tentunya harus menjadi pertimbangan utama. Ada 3 konsep kebutuhan manusia yang paling dasar yang
mempengaruhi sasaran konsumen, sebagai berikut:
§ Kebutuhan,
yaitu kondisi masyarakat akan kebutuhan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi
sehari-hari
§ Keinginan,
yaitu kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian individu
§ Permintaan,
yaitu keinginan yang didukung oleh daya beli masyarakat
Setelah menetukan strategi pemasaran maka hal
berikutnya yang dapat dilakukan adalah merencanakan rincian bauran pemasaran.
Bauran pemasaran itu sendiri adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang
dapat dikendalikan. Bauran pemasaran dapat digolongkan dalam 4 kelompok
variable :
§ Product
(Produk) berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh sebuah usaha
kepada konsumen. Produk yang di tawarkan tidak hanya pada satu jenis produk
susu akan tetapi berbagai macam produk dari olahan susu seperti dangke, kripik,
dodol dll.
§ Price
(harga) berarti jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh
produk yang ditawarkan. Harga yang ditawarkan yaitu terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat.
§ Place
(tempat) meliputi tempat aktivitas usaha untuk menyediakan produk bagi konsumen
yang sangat menunjang adalah tempat yang memiliki tempat pemasaran yang
strategis.
§ Promotion
(promosi) berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan
membujuk pelanggan untuk membelinya. Dalam menjalankan usaha ini akan melakukan
promosi kepada konsumen melaui beberapa media seperti brosur, pamflet dan
lain-lain.
E. Kendala Yang Dihadapi Dalam
Pemasaran
Dengan
semakin berkembangnya dunia pemasaran, persaingan akan
barang dan jasa (produk) juga cukup ketat, hal ini sangat membutuhkan
suatu strategi pemasaran yang tepat guna memasarkan barang (produk)
yang diproduksi dan untuk meningkatkan pangsa pasar yang telah
ditentukan.
barang dan jasa (produk) juga cukup ketat, hal ini sangat membutuhkan
suatu strategi pemasaran yang tepat guna memasarkan barang (produk)
yang diproduksi dan untuk meningkatkan pangsa pasar yang telah
ditentukan.
Kendala
yang dihadapi dalam pemasaran produk (susu) yaitu waktu yang ditempuh dari
tempat produksi ke tempat pemasaran membutuhkan waktu yang cukup lama.
BAB
IV
ASPEK
PRODUKSI
A.
Lokasi
Usaha
Lokasi peternakan sapi perah
ini terletak di Cakkela, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Lokasi peternakan sapi perah ini berada di
daerah dengan curah hujan dan iklim yang
cukup stabil sehingga cukup mendukung untuk pemeliharaan sapi perah khsususnya
bangsa Fries Holland (FH) yang relatif membutuhkan suhu lingkungan yang
rendah. Lahan peternakan ini berada di
sekitar didaerah puncak tetapi usaha
peternakan ini masih merupakan skala
rumah tangga. Pada dasarnya pemilihan lokasi ini sangat baik untuk
kenyamanan hidup ternak sapi perah yang berjenis FH, dimana karakter sapi perah
FH mampu nenyusuaikan diri dengan kondisi lingkungan tropis seperti Indonesia.
B. Fasilitas Produksi
Untuk
memproduksi
susu dalam usaha sapi perah tidak lepas dari fasilitas dalam memproduksi
seperti lahan, perkandangan, serta peralatan penunjang yang di gunakan. Dengan semakin
berkembangnya teknologi maka peralatan yang digunakan juga semakin canggih.
Peralatan yang digunakan berupa tempat penyimpanan susu, alat pemerah susu,
cangkul, sikat dll.
C.
Luas
Lahan
Luas
lahan peternakan sapi perah ini adalah 1000 m2 dimana lahan ini
terbagi menjadi lahan untuk perkandangan, lahan untuk pakan dan hijauan lahan
untuk pembuatan pupuk kompos dan lahan untuk pengolahan hasil produksi.
D. Bangunan dan Peralatan
Untuk usaha pengembangan sapi perah yang
dilakukan secara intensif diperlukan bangunan, peralatan, persyaratan teknis
dan letak kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Bangunan
:
1. Kandang
pejantan
2. Kandang
induk
3. Kandang
anak(pedet) dan dara
4. Gudang
pakan
5. Tempat
penampungan dan pengolahan limbah
b. Peralatan
:
1. Tempat
pakan dan tempat minum
2. Gerobak
3. Alat
pembersih kandang dan pembuatan kompos
4. Peralatan
kesehatan hewan
5. Selang
6. Alat
pemotong dan pengangkut rumput
E. Perkandangan
Perkandangan adalah aspek yang penting dalam peternakan sapi
perah. Perkandangan merupakan kompleks yang meliputi kandang sapi perah, gudang
pakan, tempat penampungan kotoran dan kantor. Perkandangan diharapkan dapat
menunjang dalam proses produksi sapi perah. Persiapan perkandangan perlu
diperhatikan karena berkaitan erat dengan kesuksesan peternakan sapi perah. dan
tipe kandang yang digunakan untuk kandang sapi perah adalah tipe bebas
konvensional, bentuk kandang ini memudahkan dalam penanganan selama
pemeliharaan baik pada saat memerah, memandikan, serta memudahkan dalam
membersihkanan kandang.
F.
Tenaga
Kerja
Tenaga
kerja perlu pula diperhatiakan dalam mencapai efesiensi biaya produksi. Menurut
pemgalaman peternak sapi perah di Indonesia. Satu orang tenaga kerja pria
dewasa akan mampu mengurus sampai dengan 6 ekor sapi perah dewasa. Asal tenaga
kerja itu tidak dibebani lagi untuk mencari ataupun menyabit hijauan. Dalam
analisa usaha, petenakan sapi perah yang tidak menggunakan tenaga kerja upahan,
melainkan menggunakan tenaga peternak itu sendiri atau tenaga keluarganya, maka
tenaga itu harus diperhitungkan sebagaimana layaknya tenaga kerja upahan.
Tenaga
kerja yang digunakan pada peternakan sapi perah bisa berasal dari semua
kalangan masyarakat baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan
kerja dimulai pukul 07.00 sampai 15.30 WITA dengan waktu istirahat pukul 12.00
sampai 13.00 WITA.
Estimasi
tenaga kerja yang digunakan untuk usaha sapi perah 28 ekor sapi perah desawa
yaitu 4 orang.
G.
Teknologi
Seiring dengan kemajuan
ilmu dan teknologi maka muncul alternatif-alternatif dalam menangani usaha sapi
perah di perusahaan ini salah satunya yaitu penanganan dan pengolahan limbah
peternakan menjadi produk yang bermanfaat seperti penggunaan biogas yang
berasal dari kotoran sapi, pembuatan kompos atau, pupuk cair organik dan
lain-lain.
H.
Proses
Produksi
Sebelum melakukan
pemerahan yang harus dilakukan adalah memeriksa kesehatan perah yang sedang
laktasi dan menyediakan peralatan yang akan digunakan dalam pemerahan, kemudian
mencuci lantai kandang dan membersihkan kandang dari bau-bauan, menenangkan
sapi, menyediakan air hangat, mencuci tangan sebelum melakukan pemerahan,
melicinkan puting dengan diolesi minyak kelapa atau Vaseline sehingga
memudahkan proses pemerahan dan tidak terasa sakit.
I.
Kendala
Yang Dihadapi Dalam Produksi
Kendala yang dihadapi dalam
proses produksi yaitu pada
musim kemarau sangat kesulitan
untuk memperoleh hijauan makanan ternak. Tentunya hal ini membutuhkan tenaga
dan waktu yang lebih untuk mencari hijauan. Sedangkan pada musim hujan,
persediaan hijauan makanan ternak tersedia cukup melimpah bahkan banyak yang
rumput yang tua karena tidak dipanen.
BAB V
ASPEK
KEUANGAN
A.
Komponen
Dan Struktur Biaya
v Biaya Investasi
Biaya
investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek
dalam jumlah yang cukup besar. Biaya variable cenderung berubah sesuai dengan
bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan sebagainya.
v Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang pada
umumnya selalu konstan dimana pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada
tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Pengeluaran ini
berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa yang di bayar setiap bulan
dan sering disebut sebagai biaya tambahan.
v Biaya Variabel
Biaya variable
adalah biaya yang pada umumnya berubah-ubah sesuai dengan volume bisnis. Makin
besar volume penjualan, makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
v Penerimaan
Penerimaan
adalah semua hasil penerimaan produsen dari hasil penjualan barang dan
outputnya.
B. Perhitungan
Analisis Kelayakan Usaha
Tabel 1.
Perhitungan analis kelayakan usaha peternakan sapi perah
NO
|
URAIAN
|
SATUAN
|
NILAI(RP)
|
A.
|
Biaya
|
|
|
|
a. Biaya
Variabel
|
|
|
|
1. Pakan (Hijauan)
|
Kg
|
150.000.000,00
|
|
2. Konsentrat
|
Kg
|
24.000.000,00
|
|
3. Vaksin
|
Unit
|
1.000.000,00
|
|
4. Listrik dan BBM
|
|
1.000.000,00
|
|
5. Tenaga Kerja
|
Orang
|
30.000.000,00
|
|
6. Biaya Lain-lain
|
|
5.000.000,00
|
|
7. Induk Laktasi
|
Ekor
|
120.000.000,00
|
|
Total Biaya
Variabel
|
|
326.500.000,00
|
|
b. Biaya
Tetap
|
|
|
|
Penyusutan Kandang
|
20 tahun
|
821.17,81
|
|
Penyusutan Peralatan
|
5 tahun
|
1.643.835,62
|
|
Total Biaya Produksi
|
|
328.965.753,43
|
B.
|
PRODUKSI
|
|
|
|
1. Susu
|
Ekor
|
324.000.000
|
|
2. Pupuk Kompos
|
Kg
|
177.750.000.
|
|
3. Pedet
|
Ekor
|
20.000.000
|
|
Total
Penerimaan
|
|
521.750.000
|
C.
|
Pendapatan (B-A)
|
|
188.284.246,57
|
D.
|
R/C (A/B)
|
|
1,56
|
E.
|
B/C
|
|
0.56
|
F.
|
BEP Harga Produksi
|
|
|
·
Susu
|
Rp
|
37.051
|
|
·
K ompos
|
Rp
|
222.310
|
|
·
Pedet
|
Rp
|
83,36
|
|
BEP Volume
Produksi
|
|
|
|
·
Susu
|
Liter
|
9.262
|
|
·
Kompos
|
Kg
|
1.984
|
|
·
Pedet
|
Ekor
|
18.525
|
A. Laba/ Rugi
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka
dapat dilihat bahwa usaha petenakan sapi perah dengan masa laktasi 300 hari
memperoleh keuntungan sebesar Rp 188.284.246,57 dan biaya
produksinya sebesar Rp 160.620.753,43. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan CV Cow’s
Milk memperoleh keuntungan karena
pendapatannya lebih besar dari pada pengeluaran/biaya produksi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kasmir (2009) yang menyatakan bahwa jika jumlah pendapatan
lebih besar dari jumlah biaya, dikatakan perusahaan dalam kondisi laba
(untung). Namun jika sebaliknya yaitu jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah
biaya, perusahaan dalam kondisi rugi.
B.
Return
Cost Ratio (R/C)
Berdasarkan hasil analisis R/C bahwa usaha peternakan Sapi Perah layak
diusahakan dan menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1,56 yang artinya lebih
dari satu, dimana ketika R/C lebih dari satu maka usaha tersebut dikatakan
untung. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2003), yang menyatakan bahwa jika R/C < 1 maka usaha tersebut dikatakan rugi, jika R/C > 1 maka
usaha tersebut dikatakan untung, sedangkan jika R/C = 1 maka usaha tersebut
dikatakan tidak untung dan juga tidak rugi.
C.
Benefit
Cost Rasio (B/C)
Berdasarkan
hasil analisis B/C bahwa usaha peternakan Sapi Perah menghasilkan keuntungan
dilihat dari hasil analisis B/C rasio dapat diperoleh nilai 0.56 artinya bahwa setiap Rp. 1.000,00
biaya yang dikeluarkan, maka usaha peternakan sapi perah akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 560. dan layak untuk diusahakan hal ini ditunjukkan
karena nilai B/C sebesar Rp 560 lebih dari satu, dimana ketika B/C lebih dari
satu maka suatu usaha layak untuk diusahakan karena menghasilkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sagita (2012), yang menyatakan bahwa B/C adalah perbandingan antara tingkat
keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang
dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan
manfaat apabila nilai B/C>1. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat
yang akan diperoleh dari usaha tersebut.
D.
Break
Event Point
Usaha
peternakan sapi perah CV. Caw’s milk ini tidak akan mengalami kerugian dan
tidak memberikan keuntungan jika jumlah susu yang diusahakan sebanyak 9.262 liter atau harga susu hanya Rp. 37.051 per
liter, sedangkan jumlah feses yang diusahakan sebanyak 1.984 kg atau harga
feses hanya Rp 222.310, dan jumlah pedet 18.525 ekor atau harga pedet hanya Rp
83,36 hal ini menunjukkan bahwa BEP menjadi target produksi minimal
peternak dalam berusaha agar dapat menjalankan usaha dengan optimal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Munawir
(1990) yang menyatakan bahwa nilai BEP dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana operasi perusahaan tidak memperoleh laba
dan juga tidak menderita kerugian atau
dengan kata lain total penghasilan sama dengan total biaya. Lanjut Umar
(2003) menerangkan bahwa titik pulang pokok
adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara beberapa variable didalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi
atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta
pendapatan yang diterima peruusahaan dari kegiatannya.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah skala 28 ekor yang dilaksanakan di Cakkela, Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, diperoleh kesimpulan bahwa Usaha sapi perah dinyatakan layak dijalankan dilihat dari pemilihan lokasi yang baik, tenaga kerja yang digunakan, aspek pemasaran serta peternakan sapi perah ini sudah memberikan keuntungan setiap laktasi bagi peternak dan hampir seluruh produksinya dijual.
Ditinjau dari aspek teknis secara keseluruhan peternakan ini sudah layak karena sisitem pemeliharaannya dilakukan secara intensif sehingga sapi perah dapat memproduksi susu 10 liter/ekor/hari.
B. Saran
Untuk meningkatkan
produksi susu sebaiknya dilakukan penambahan konsentrat pada ransum, Sehingga
mendatangkan banyak keuntungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwi
Sagita. 2012. Studi Kelayakan. http://fpk.unair.ac.id/webo/kuliah-pdf/Bab%20XVI.pdf/
diakses 29 September 2014
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Munawir, S. 1990. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
Umar,
H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
LAMPIRAN
·
Penyusutan Kandang = Total biaya pembangunan kandang
Umur ekonomis kandang
Rp. 20.000.000,00
= (20 tahun/365 hari) x 300
hari
Rp. 20.000.000,00
= 7300 hari x 300 hari
= Rp. 821.917,81
· Penyusutan
Peralatan = Total biaya peralatan
Umur
ekonomis peralatan
Rp. 10.000.000,00 = (5
tahun/365 hari) x 300 hari
Rp. 10.000.000,00
= 1825 hari x 300 hari
= Rp.
1.643.835,62
· Biaya
Tetap = Penyusutan kandang + penyusutan peralatan
= Rp. 821.917,81+
Rp. 1.643.835,62
= Rp. 2.465.753,42
·
Jumlah
ternak = (1ST x 12 sapi betina) + (1ST x 2 sapi jantan) + (0,5ST x 9 sapi dara) + (0,25ST x 5 sapi
pedet) = 19,75 ST
·
Pakan
10% dari berat badan sapi perah
Pakan untuk Betina 60 kg x 300 hari
x 12 ST x Rp.500 = Rp. 108.000.000,00
Pakan untuk jantan 55 kg x 300 hari x 2 ST x Rp.500 = Rp. 16.500.000,00
Pakan untuk Dara 35 kg x 300 hari x 4,5 ST x Rp.500
= Rp. 23.625.000,00
Pakan untuk Pedet 10 kg x 300 hari x 1,25 ST x Rp.500 = Rp. 1.875.000,00 Rp. 150.000.000,00
·
Konsentrat
2 % dari berat sapi
Betina 12 kg x 300 hari x 12 ST x Rp.400
= Rp. 17.280.000,00
Jantan 11 kg x 300 hari x 2 ST x Rp.400
= Rp. 2.640.000,00
Dara 7 kg x 300 hari x 4,5 ST x Rp.400
= Rp.3.780.000,00
Pedet 2 kg x 300 hari x 1,25 ST x Rp.400
= Rp. 300.000,00
Rp. 24.000.000,00
·
Biaya
tenaga kerja 4 orang x Rp. 750.000,00 x
10 bulan = Rp. 30.000.000,00
·
Biaya
Variabel = 1nduk laktasi + Biaya pakan +Biaya konsentrat+biaya
vaksin +
listrik dan BBM + Biaya tenaga kerja + biaya lain
lain
= Rp.
120.000.000 + Rp. 150.000.000,00 + Rp. 24.000.000,00
+ Rp. 1.000.000
+ Rp. 1.000.000 + Rp. 30.000.000,00 + Rp.
5.000.000,00
= Rp. 331.000.000,00
·
Total cost = Biaya Variabel + Biaya Tetap
= Rp. 331.000.000,00+
Rp.
2.465.753,43
= Rp. 333.465.753.43
·
Hasil
PJL susu 12
ekor x 10 liter x 300 hari x Rp 9.000 =
Rp. 324.000.000,00
Pupuk kandang 19,75 ST x
25 kg x 300 hari x Rp 1.500 = Rp. 177.750.000,00
Hasil PJL pedet 5 ekor x Rp.
4.000.000,00 = Rp.
20.000.000,00
·
Total
penerimaan = Hasil PJL susu + Pupuk kandang + Hasil PJL pedet
= Rp.324.000.000,00 + Rp.
177.750.000,00+ Rp.
20.000.000,00
= Rp. 521.750.000,00
·
Total benefit = Total penerimaan
- Total cost
= Rp. 521.750.000,00 - Rp. 333.465.753.43
= Rp. 188.284.246,57
·
Pajak 10% = Total benefit x 10%
= Rp. 188.284.246,57 x 10%
= Rp. 18.828.424,657
·
Benefit= Total benefit - pajak 10%
= Rp. 188.284.246,57- Rp. 18.828.424,657
= Rp. 169.455.821,913
·
Laba/rugi = (Jumlah Produk x Harga Produk) – Total Biaya Produksi
= Total penerimaan – Total cost
=
Rp. 521.750.000,00 - Rp. 333.465.753.43
= Rp. 188.284.246,57
·
R/C
=
=
= 1,56
·
B/C
=
=
= 0.56
· BEP (Break Event Point)
SUSU
Ø Hasil
penjualan susu 1 liter dengan harga Rp. 9.000,00.
Ø Dengan
produksi susu per harinya 10 liter dengan masa laktasi 300 hari
Ø Jadi
jika jumlah sapi yang ada sebanyak 12 ekor maka mampu menghasilkan 36.000 liter
per 1 periode masa laktasi
BEP Harga =
=
=
37.051
BEP Produksi =
=
= 9.262
KOMPOS
Ø Hasil
penjualan kompos 1 kg dengan harga Rp. 1.500,00
Ø Dengan
produksi kompos 20 kg selama 300 hari
Ø Jadi
jika jumlah sapi yang ada sebanyak 13,5 ST maka mampu menghasilkan 168.000 kg
per 1 periode masa laktasi
BEP Harga =
=
=
222.310
BEP Produksi =
=
=
1.984
PEDET
Ø Hasil
penjualan kompos 1 ekor pedet dengan harga Rp. 4.000.000,00
Ø Dengan
produksi sapi pedet sebanyak 5 ekor selama 300 hari
Ø Jadi
jika jumlah sapi yang ada sebanyak 12 maka mampu menghasilkan 18.000 ekor per 1
periode masa laktasi
BEP Harga =
=
=
83,36
BEP Produksi =
=
=
18.525 Ekor
v Biaya investasi
Uraian
|
Jumlah
|
Investasi Awal
|
30,000,000.00
|
Pembelian Tanah 1000 m2
|
|
Pembuatan Kandang 3 m2 x 10 = 300 m2
|
20,000,000.00
|
Peralatan Kandang
|
10,000,000.00
|
Total Investasi
|
60,000,000.00
|
v Biaya Tetap
Biaya Tetap
|
|
Penyusutan kandang untuk 20 tahun
|
821,917.81
|
Penyusutan peralatan untuk 5 tahun
|
1,643,835.62
|
Total Biaya Tetap
|
2,465,753.43
|
v Biaya Variabel
Biaya Variabel
|
Harga(RP)
|
Pakan
|
150.000.000,00
|
Konsentrat
|
24.000.000,00
|
Vaksin
|
1,000,000.00
|
Listrik
dan BBM
|
1,000,000.00
|
Tenaga
kerja 4 orang Rp. 750.000 x 10 bulan
|
30.000.000,00
|
Biaya Lain-lain
|
5.000.000,00
|
Induk laktasi
|
120.000.000
|
Total Biaya Variabel
|
331.000.000,00
|
Total Cost (biaya tetap+ biaya variable)
|
333.465.753.43
|
v Penerimaan
Penerimaan(Benefit)
|
|
Hasil PJL Susu 12 ekor x 10 liter x 300 hari
x Rp 9.000
|
324.000.000
|
Pupuk Kandang 19,75 ST x 20 kg x 300 hari x
Rp 1.500
|
177.750.000
|
Penjualan Pedet 5 ekor x Rp
4.000.000/ekor
|
20.000.000
|
Total
|
521.750.000
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar