TUGAS MAKALAH INDIVIDU
ILMU
KESEHATAN TERNAK
Sindroma Kepala
Bengkak/Swollen Head Syndrome (SHS)
NAMA : RAHMA NINGSI
NIM : I 111 12 295
KELAS : GANJIL
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Puji
syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah, karena atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nylah sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Mengenai “Sindroma Kepala Bengkak/Swollen Head Syndrome (SHS)” sebagai
salah satu syarat untuk lulus mata kuliah Ilmu
Kesehatan Ternak.
Pada
kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini. Serta terima kasih kepada teman-teman atas
kerja samanya dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah
ini, tentu masih terdapat beberapa kesalahan dan masih jauh dari yang
diharapkan. Maka dari itu, saya
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar kedepannya dapat mencapai kesempurnaan.
Akhir
kata, semoga Makalah ini dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi kita semua.
Amin.
Makassar, 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha perunggasan, khususnya ayam (broiller maupun
layer) mempunyai arti ekonomis yang sangat penting dibandingkan dengan jenis usaha
peternakan lainnya. Alasan yang pertama, teknik beternak ayam relative lebih mudah
sehingga dapat dilakukan oleh banyak orang. Kedua, harga produknya murah dan nilai
gizinya tinggi. Ketiga, produk utama dan sampingannya dapat dimanfaatkan
(Tabbu, 1996). Perkembangan usaha tersebut cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari
populasinya yang cukup tinggi. Namun usaha peternakan ayam ini merupakan suatu usaha
yang mempunyai resiko tinggi, karena sewaktu-waktu dapat terjadi wabah penyakit
menular. Oleh sebab itu, pengelolaannya perlu dilakukan secara efisien dan profesional.
Besar
kepala, ungkapan yang sudah tidak asing lagi terdengar dalam kehidupan
sehari-hari, ungkapan tersebut menunjuk kepada sifat sulit dinasihati atau
cenderung suka melawan. Lebih gawatnya, besar kepala tidak hanya bisa menjadi
sifat manusia, tapi juga bisa terjadi pada unggas, baik pada ayam petelur
maupun ayam broiler.Penyakit tersebut biasa dibilang sindrom kepala bengkak (swollen
head syndrome), atau sindroma kepala besar.
Masih lemahnya praktek manajemen
pola pemeliharaan ayam dengan banyak variasi umur dalam satu lokasi peternakan dan
upaya pengamanan biologis di tingkat peternak serta lingkungan peternakan yang
kurang memadai, seperti sirkulasi udara yang kurang baik, kepadatan ayam cukup tinggi,
kandang yang pengap, serta tingginya kadar ammonia dalam kandang dapat menjadi pemicu
ayam menjadi “besar kepala” pada umur 2 – 6 minggu. Faktor-faktor tadi harus dihindari
oleh peternak, agar ayam terhindar dari penyakit “besar kepala”.Gejala klinis
yang biasanya terlihat adalah ayam mengalami bengkakkepala, bengkak mata,
dan bengkak leher.
Swollen Head Syndrome (SHS)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Avian Pneumovirus. Penyakit ini pada
mulanya ditemukan di Afrika Selatan, tetapi sekarang diketahui telah berjangkit
di berbagai negara. Akhir-akhir ini kejadian penyakit SHS di Indonesia, baik pada
peternakan komersial broiler maupun layer serta pada beberapa breeding farm,
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Virus ini dapat menyebabkan penyakit
serupa pada kalkun yaitu Turkey Rhino Tracheitis (TRT) yang hanya menyerang
kalkun. Dasarnya virus itu sendiri tidak menimbulkan adanya gejala kebengkakan pada
daerah kepala dari ayam yang terinfeksi, akan tetapi adanya kebengkakan disebabkan
oleh adanya infeksi sekunder dari bakteri lain, seperti : Pasteurella, E.coli, Mycoplasma atau Haemophillus.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
a.
Apa itu Sindroma Kepala Bengkak/Swollen Head Syndrome (SHS)?
b.
Bagaimana penularan
penyakit Sindroma Kepala Bengkak/Swollen
HeadSyndrome (SHS)?
c.
Bagaimana cara pencegahan penyakit Sindroma Kepala Bengkak/Swollen Head Syndrome (SHS)?
d.
Bagaimana pengobatan
penyakit Sindroma Kepala Bengkak/Swollen
Head Syndrome (SHS)?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian penyakit Sindroma Kepala
Bengkak/Swollen Head Syndrome (SHS)
Swollen head syndrome (SDS) adalah suatu penyakit menular yang menyerang alat
pernapasan unggas terutama ditemukan pada ayam pedaging (broiler) berumur 4-6
minggu. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi gabungan antara Coronavirus,
Escherichia coli dan Pneumovirus serta Staphylococcus. E. coli
bertindak sebagai infeksi sekunder. Penyakit ini pada mulanya ditemukan di
Afrika Selatan, tetapi sekarang diketahui telah berjangkit di berbagai negara.
SHS disebut juga Avian Pneumovirus yang disebabkan oleh Pneumovirus single
stranded yang berukuran 80-200 nm RNA virus. Pneumovirus termasuk subfamily
Pneumovirinae dan family Paramyxoviridae.
Penyakit
dengan gejala kepala membesar dan muka bengkak dikenal dengan nama swollen head
syndrome (SHS), disebabkan oleh Pneumo virus (ALEXANDER,1991). Kejadian pertama
kali dilaporkan pada peternakan kalkun, dan sekarang kejadiannya sudah mulai dilaporkan
pada peternakan ayam, terutama peternakan pembibit (PATTISON et al., 1989; GOUGH
et al., 1994). Ayam segala umur dapat terserang penyakit ini, terutama pada minggu-minggu
pertama produksi, sehingga produksi telur menurun sampai 30% tanpa memperlihatkan
perubahan bentuk dan kualitas telur. Morbiditas dapat mencapai 100%, walaupun angka
kematiannya rendah.
2.2 Penyebab Terjadinya
Sindroma Kepala Bengkak/Swollen Head Syndrome (SHS)
Swollen
Head Syndrome, penyebabnya belum jelas dan masih diperdebatkan. Menurut GOODWIN
danWALTMAN (1994), SHS disebut juga "oculofacial respiratory disease"
karena menyebabkan kelainan Patologia Anatomi (PA) yang dominan pada saluran pernafasan
ayam dan juga kelainan pada matanya yang disebabkan oleh infeksi campuran
virus, bakteri dan parasite Cryptosporidium baileyi. Penyakit ini menyerang ayam
yang berumur 21-35 hari .
Sedangkan
TRi AKOSO (1993) menyebutkan bahwa SHS disebabkan oleh infeksi gabungan antara
virus corona, E.coli dan Staphylococcus.
Tetapi
ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa SHS disebabkan oleh
Banyak faktor
(multi faktor), yaitu akibat penyakit imuno supresif (1BD, IB, CAV) yang
diikuti oleh virus Turkey Rhinotracheitis (TRT) dan diakhiri dengan infeksi E.
coli (celulitis) pada jaringan di sekitar mata. Galur E. coli yang biasanya masuk
melalui air minum, sebagai penyebab cellulitis facial sub kutan yang karakteristik
untuk SHS (SHANE, 1998) . Adanya infeksi sekunder E. coli sering terjadi di
lapangan yang dapat menimbulkan kepala ayam membengkak dan matanya tertutup. Kasus
semacam ini pernah dijumpai di laboratorium Patologi Balitvet (tahun 2002), 21
ekor ayam broiler (umur 22-32 hari) yang berasal dari peternakan ayam di
sekitar Bogor, secara PA dan HP (histopatologi) didiagnosis SHS danumumnya disertai
infeksi sekunder E. coli. Hal ini menunjukkan bahwa,
Bakteri tersebut
ikut berperan untuk menimbulkan gejala SHS dan memperparah keadaan penyakitnya
.
Secara
PA dapat diketahui bahwa ciri-ciri ternak yang terserang penyakit ini yaitu terdapat
timbunan cairan nanah pada jaringan kulit kepala, celah rongga mulut bagian atas
(choane) melebar dan terjadi kerusakan ringan pada sinus hidung(TABBU, 2000) .
Unggas yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala bersin diikuti
oleh kemerah-merahan dan pembengkakan kelenjar lakrimalis. Kebengkakan juga
terjadi pada tepi mata yang melanjut ke kepala dan menurun sampai gelambir
bawah dalam waktu 24-36 jam. Unggas yang terserang penyakit ini biasanya
menggaruk mukanya dengan kaki. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian dalam
waktu 5-10 hari. Virus yang sama dapat menyerang ayam dewasa dan mengakibatkan
penurunan produksi telur.
PERUBAHAN PASCAMATI
Unggas yang terserang mengalami perdarahan titik dan bendung pada
selaput lendir sekat rongga hidung. Apabila kulit bagian muka dibuka, akan
terlihat busung dan bernanah.
DIAGNOSIS
Kepastian diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan mengidentifikasi
virus Corona dari sekat hidung. Gejala klinis dapat dikacaukan oleh Newcastle
disease (ND) dan snot. Untuk pemeriksaan laboratorium sebaiknya dikirimkan
ayam sakit yang masih hidup.
2.3 PenularanPenyakitSindromaKepalaBengkak/SwollenHeadSyndrome (SHS)
Penyakit ini
mudah menyebar secara cepat dari ayam ke ayam lain dalam satu flok, demikian
juga dari satu flok ke flok lain. Menyebar melalui udara dan rute mekanik
(makanan, minuman dan peralatan). Penularan secara langsung dapat terjadi
melalui kontak antara ayam sakit dengan ayam peka. Penularan secara tidak
langsung melalui kontak dengan berbegai bahan di peternakan, alat peternakan
ataupun pekerja yang tercemar virus SHS. Penularan melalui udara mungkin juga
terjadi jika kandang ayam berdekatan dan udara tercemar oleh debu/kotoran yang
mengandung virus SHS. Transmisi lateral pada infeksi berlangsung cepat melalui
aerosol yaitu rute pernafasan, sedangkan transmisi vertikal belum banyak
diketahui. Pada banyak infeksi, fomit/muntahan merupakan penularan yang penting
diantara ayam. Periode inkubasi adalah 5-7 hari, angka morbiditas yaitu 10-100%
dan angka mortalitas antara1-10%.
2.4 Pencegahan Penyakit Sindroma Kepala Bengkak/Swollen Head Syndrome (SHS)
Pencegahan
dilakukan dengan program vaksinasi menggunakan vaksin aktif dan diulang dengan vaksin
in aktif. Di samping uji serum netralisasi atau imunofluoresen yang dapat digunakan
pada uji serologik, saat ini teknik enzimatik mulai disukai dan berkembang sangat
cepat untuk membuat alat bantu diagnostik di segala bidang biologi, karena berbagai
pertimbangan praktis (NICHOLAS dan THORNTON, 1986).
2.5 Pengobatan Penyakit Sindroma Kepala Bengkak/Swollen Head Syndrome (SHS)
Pengobatan dapat dilakukan dengan preparat sulfa, nitrofuran atau
oksitetrasiklin untuk menurunkan kejadian infeksi.Ayam penderita dapat
dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi. Sisa pemotongan harus dimusnahkan
dengan cara dibakar atau dibakar. Lesi bagian kepala yang sudah melanjut harus
dibuang dan dimusnahkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Swollen head syndrome (SDS) adalah suatu penyakit menular yang
menyerang alat pernapasan unggas terutama ditemukan pada ayam pedaging
(broiler) berumur 4-6 minggu. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi gabungan
antara Coronavirus, Escherichia coli dan Pneumovirus serta Staphylococcus.
E. coli bertindak sebagai infeksi sekunder. Ada juga yang menyebutkan bahwa
penyakit ini disebabkan oleh Avian Pneumovirus.
B. SARAN
Berdasarkan pembahasan
diatas maka dapat disarankan kepada peternak unggas agar memperhatikan
kebersihan dan sanitasi kandang agar tidak mudah terserang penyakit
DAFTAR
PUSTAKA
ALEXANDER,
D.J. 1991 .Pneumo virus
infections (Turkey rhinotracheitis
and
swollen head syndrome of chickens) . In: Diseases of Poultry; 9th ed; eds: B.W.
Calnek et al. Iowa State Univ . Press, Ames, Iowa, USA. pp .669-673.
GOODWIN
and W.D. WALTMAN.1994. Clinical and
pathological
finding in young Georgia broiler
chickens
with oculofacial respiratory disease
GOUGH,
R.E., R.J. MANwELL., S .E.N . DRURY, and D.B .PEARsoN .1994. Isolation of an avian
pneumovirus from broiler chickens. Vet. Rec. 134:353-354.
NICHOLAS R.A .J., and D.H .
THORNTON. 1986 . The use of the enzymelinked
immunosorbent
assay in detecting antibodies to avian viruses. A review . Vet. Bull. 56 :
337-343 .
PATnsoN, M., N. CHumLE, C.J.
RANDmL, and P.J. WYETH.
1989. Observations on swollen
head syndrome in broiler and broiler
breeder
chickens. Vet. Rec. 125 : 229-231.
SHANE,
S.M. 1998. Buku Pedoman Penyakit Unggas. American Soybean Association.
Singapore. United Soybean
Board.
TABBU,
C .R. 1996. Dampak ekonomis dari penyakit unggas. Pros. Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan . Ciawi-Bogor, 9-Il
Januari1996. Puslit bangnak . Badan Litbang Pertanian. him. 49-58 .
TABBU,
C .R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bacterial,
Mikal dan Viral, Vol. 1 .Penerbit
Kanisius,
Yogyakarta . 405 him .
TRiAKoso,
B. 1993. Manual
Kesehatan Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. him. 102-104.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar