Kamis, 25 Februari 2016

ANALISIS USAHA PETERNAKAN KERBAU



TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH : ANALISISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK

Dosen : Dr. ir. Hj. St. Rohani, M.Si




ANALISIS USAHA PETERNAKAN KERBAU




NAMA        : RAHMA NINGSI
NIM             : I 111 12 295
KELAS       : GANJIL







Logo_Unhas.jpg






PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kerbau adalah binatang memamah biak yang masih termasuk dalam subkeluarga bovinae. Kerbau liar atau disebut juga Arni masih dapat ditemukan di daerah-daerah Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Vietnam, Cina, Filipina, Taiwan, Indonesia, dan Thailand. Penjinakan kerbau sangatlah umum, di Asia, Amerika Selatan, Afrika Utara dan Eropa. Kerbau liar banyak hidup dan ditemui di Asia Tenggara, sehingga tidak diragukan lagi bahwa kerb. Saat ini populasi kerbau adalah ternak asli Asia. Kerbau liar di Asia mulai menurun dan dikhawatirkan bahwa dimasa yang akan datang tidak akan ada lagi populasi kerbau liar yang dapat ditemukan. Kerbau dewasa dapat memiliki bobot sekitar 300 – 600 kg. Kerbau liar dapat memiliki berat yang lebih, kerbau liar betina dapat mencapai berat hingga 800 kg dan kerbau liar jantan dapat mencapai berat hingga 1200 kg. Berat rata-rata kerbau jantan adalah 900 kg dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau adalah 1,7 m.
Populasi ternak kerbau di Indonesia tercatat sekitar 2,2 juta ekor yang tersebar hampir diseluruh propinsi kecuali hanya sedikit di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Lebih dari 51% populasi kerbau berada di Pulau Sumatera dan sekitar 22% berada di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa populasi terbanyak terletak di Propinsi Jawa Barat (170.568 ekor) menyusul Banten yang populasi kerbaunya sekitar 144.944 ekor (Ditjen Peternakan, 2008).
Sebagian besar (70 persen) Sistem pemeliharaan kerbau masih diusahakan oleh petani kecil (peternakan rakyat) yang berada diwilayah pedesaan dengan keterbatasan penguasaan sumberdaya (lahan, pendapatan, inovasi dan teknologi). Keadaan demikian menunjukkan bahwa pola usaha ternak kerbau belum merupakan usaha komersial, yakni merupakan usaha sampingan yang ditandai dengan skala usaha relatif kecil dan tatalaksana pemeliharaan seadanya.
Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di Sekitarnya (Kusnadi, 2004; Kusnadi Et Al., 2005). Ternak kerbau adalah salah satu Komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber keuntungan/pendapatan bagi petani. (Devendra, 1993). Namun demikian, sampai saat ini usaha ternak kerbau di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek keuntungan, pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat berproduksi secara optimal. Hal inilah yang melatarbelakangi dibuatnya analisis ini.
B.     Tujuan
Adapun tujuan pembuatan analisis ini yaitu untuk mengetahui bagaimana struktur biaya usaha ternak kerbau dan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak kerbau dalam konteks perbisnisan.
C.    Manfaat
Adapun manfaat pembuatan analisis ini yaitu agar peternak lebih memahami pentingnya menganalisis usaha ternak kerbau terlebih dahulu agar peternak tidak mengalami kerugian.

BAB II
PROFIL USAHA PETERNAKAN KERBAU
A.    Profil Usaha
CV. Bufallo Setya merupakan  perusahaan yang berdiri sejak tahun 2012. Usaha ini bergerak pada bidang peternakan kerbau yang mendistiribusikan produk hasil utama yakni daging kerbau segar serta daging olahan yang berkualitas baik didaerah Tana Toraja. Kerbau  yang digemuukan adalah kerbau jantan dan dipelihara selama 90 hari  diberikan konsentrat 1,5% dari bobot badan dan  rumput alam secara ad libitum sehingga dapat tercapai pertambahan berat badan sekitar 0,7 kg/ekor/hari. Dalam usaha ini produk yang dihasilkan bukan hanya daging saja tapi juga dapat mengasikan feses. Jumlah populasi ternak kerbau yang akan digemukkan yaitu 50 ekor dengan berat awal rata-rata 350 kg.
Usaha penggemukan kerbau ini akan dilakukan di Tana Toraja dimana lokasi ini memiliki pontensi yang strategis dalam pelaksanaan usaha penggemukan kerbau karena didaerah ini memiliki sungai yang dapat digunakan  oleh kerbau untuk berkubang. Selain itu ketersediaan lahan untuk mendukung pengembangannya dan ketersediaan pasar. Atas dasar tersebut maka penggemukan ternak kerbau ini perlu dilakukan dengan peningkatan kemampuan dibidang pengolahan dan pemasaran serta kelembagaan.
B.     Pola Pembiayaan
Dalam suatu usaha hal utama yang paling penting adalah biaya. Pada usaha ini biaya-biaya yang di butuhkan berupa biaya pemeliharaan, produksi, peralatan, sarana dan prasarana, serta biaya pakan yang dipenuhi dari modal sendiri.
BAB III
ASPEK PEMASARAN
A.    Permintaan
Perusahaan CV. Bufallo Setya berusaha mengembangkan industry daging melalui usaha-usaha yang diterapkan dalam menghadapi pasar global. Usaha penggemukan kerbau ini merupakan kegiatan ekonomi yang memberikan manfaat yang cukup besar bagi pengusaha, konsumen dan negara. Perkembangan produksi dan harga daging kerbau menunjukkan komoditi yang penting, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah produksi dan fluktuasi harga. Hal tersebut dapat menunjang kehidupan peternak yang bergerak dalam bidang usaha penggemukan kerbau serta memberikan keuntungan yang besar kepada peternak hingga akhirnya para peternak semakin antusias untuk meningkatkan keterampilannya sebagai sumberdaya manusia yang merupakan pelaku utama meningkatnya produktivitas kerbau.
Dilihat dari pasar ataupun permintaan daging nasional maupun daerah, produksi daging nasional masih sangat perlu untuk ditingkatkan. Data tahun 2009 menunjukkan bahwa produksi daging nasional baru dapat memenuhi sekitar 29,46% dari permintaan konsumen daging (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Permintaan ataupun pasar yang masih terbuka luas baru merupakan salah satu faktor yang perlu dikaji untuk mengembangkan usaha penggemukan kerbau di suatu daerah. Selain untuk komsumsi kerbau juga digunakan untuk upacara adat sehingga ini juga meningkatkan permintaan.
Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan daging dan ternak kerbau di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar dari pada ketersediaan daging dan ternak yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha penggemukan kerbau untuk menghasilkan daging segar sangat perspektif untuk di usahakan.
B.     Penawaran
Dalam ekonomi terdapat hukum permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan tidak bisa lepas dari permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. Penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga dan waktu tertentu.
Dalam industri peternakan kerbau peranan peternak sebagai sumber daya manusia yang sangat mempengaruhi dalam memenuhi kebutuhan kecukupan daging di Indonesia sangat dibutuhkan. Oleh karena itu penawaran terhadap harga daging kerbau secara bertahap terjadi peningkatan.  Dalam mengatasi kebutuhan konsumsi daging kerbau di Indonesia terdapat peluang dalam pemasaran produk tersebut, dimana permintaan konsumen terhadap daging meningkat.
C.    Harga
Sumber penerimaan terbesar dan utama adalah dari penjualan daging dan dari hasil penjualan pupuk kandang. Besar kecilnya usaha penggemukan kerbau akan sangat tergantung pada jumlah daging yang diproduksi dan harga penjualan daging kerbau.
Penerimaan dari hasil penjualan daging diperoleh dari perkalian antara jumlah daging yang diperoleh selama satu periode masa penggemukan dengan harga daging selama periode penggemukan tersebut. Penerimaan lainnya berasal pupuk kandang dalam waktu 90 hari. Harga daging di tingkat peternak berkisar Rp 105.000/kg, harga pupuk kandang Rp 1.500/Kg.
D.    Pemasaran
Produk yang dihasilkan dari usaha penggemukan ternak kerbau yaitu daging segar, aspek pemasaran dari daging kerbau segar ini yaitu meliputi seluruh kalangan lapisan masyarakat, sehingga pasar dari usaha ini sangat luas karena semua orang mengkonsusmsi produk daging kerbau ini.
Dalam pemasaran produk ini  hal yang menjadi pertimbangan dan sasaran konsumen tentunya harus menjadi pertimbangan utama. Ada 3 konsep  kebutuhan manusia yang paling dasar yang mempengaruhi sasaran konsumen, sebagai berikut:
Ø  Kebutuhan, yaitu kondisi masyarakat akan kebutuhan daging kerbau untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari
Ø  Keinginan, yaitu kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian individu
Ø  Permintaan, yaitu keinginan yang didukung oleh daya beli masyarakat
Setelah menetukan strategi pemasaran maka hal berikutnya yang dapat dilakukan adalah merencanakan rincian bauran pemasaran. Bauran pemasaran itu sendiri adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan. Bauran pemasaran dapat digolongkan dalam 4 kelompok variable :
Ø  Product (Produk) berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh sebuah usaha kepada konsumen. Produk yang di tawarkan tidak hanya pada satu jenis produk daging akan tetapi berbagai macam produk dari olahan daging  kerbau.
Ø  Price (harga) berarti jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk yang ditawarkan.
Ø  Place (tempat) meliputi tempat aktivitas usaha untuk menyediakan produk bagi konsumen yang sangat menunjang adalah tempat yang memiliki tempat pemasaran yang strategis.
Ø  Promotion (promosi) berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya.
E.     Kendala yang Dihadapi dalam Pemasaran
Dalam menjalankan sebuah usaha, peran strategi pemasaran sangat penting. Untuk mendukung kesuksesan usaha yang dijalankan. Tak terkecuali dalam menekuni dunia peternakan contohnya usaha penggemukan kerbau ini. Peternak membutuhkan strategi-strategi yang baik agar daging hasil produksinya bias terjual dipasaran dengan harga yang cukup tinggi dan berhasil menembus pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Sampai saat ini para peternak masih disulitkan dengan beberapa kendala yang menghambat jalannya system pemasaran produk diantaranya kurangnya informasi dalam pemasaran. Karena pada dasarnya kebanyakan peternak berasal dari daerah pedesaan bahkan daerah terpencil yang kurang akan pengetahuan, kemampuan serta informasi dalam menganalisa pasar. Bahkan sebagian besar dari mereka belum mendapatkan informasi mengenai calon konsumen yang potensial. Sehingga tidak mengherankan bila sekarang ini banyak peternak yang masi kebingungan untuk memasarkan produk hasil produksinya yang harapannya berjalan maksimal meskipun belum berhasil menembus persaingan pasar internasional.
BAB IV
ASPEK PRODUKSI
A.    Lokasi Usaha
Penentuan lokasi dilakukan di Tana Toraja. Lokasi ini harus berada dekat dengan sungai atau genangan air dengan cuaca dan kelembapan yang cukup stabil serta iklim yang kondusif sehingga cukup mendukung untuk system pemeliharaan yang dilakukan. Selain baik dalam aspek pemeliharaan Tana Toraja juga sangat strategis dalam aspek pemasaran produk ini karena selain memanfaatkan dagingnya tana toraja juga menggunakan kerbau sebagai syarat adat istiadat apabila ada acara tertentu. Serta Tana Toraja  juga dekat dengan pusat pemasaran.
B.     Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi yang berada dalam lingkup perusahaan CV. Bufallo Setya terbilang cukup lengkap. Dimana untuk memelihara kerbau dengan jumlah 50 ekor dengan bangunan kandang yang pada umumnya berupa bangunan permanen sederhana, lahan, serta peralatan penunjang yang di gunakan selain itu harus ada sungai atau genangan air yang digunakan untuk berkubang.
C.    Luas Lahan
Luas lahan peternakan  potong ini adalah 1000 m2 dimana lahan ini terbagi menjadi lahan untuk perkandangan, lahan untuk pakan dan hijauan lahan untuk pembuatan pupuk kompos dan lahan untuk pengolahan hasil produksi.
D.    Perkandangan
Perkandangan adalah aspek yang penting dalam penggemukan kerbau. Perkandangan merupakan kompleks yang meliputi kandang kerbau, gudang pakan, tempat penampungan kotoran dan kantor. Perkandangan diharapkan dapat menunjang dalam proses produksi ternak kerbau. Persiapan perkandangan perlu diperhatikan karena berkaitan erat dengan kesuksesan penggemukan kerbau. dan tipe kandang  yang digunakan untuk kandang  potong adalah tipe bebas konvensional, bentuk kandang ini memudahkan dalam penanganan selama pemeliharaan dan sanitasi kandang.
E.     Tenaga Kerja
Tenaga kerja perlu pula diperhatiakan dalam mencapai efesiensi biaya produksi. Menurut pemgalaman peternak kerbau di Indonesia. Satu orang tenaga kerja pria dewasa akan mampu mengurus sampai dengan 6 ekor kerbau dewasa. Asal tenaga kerja itu tidak dibebani lagi untuk mencari ataupun menyabit hijauan. Tenaga kerja yang digunakan pada peternakan  potong bisa berasal dari semua kalangan masyarakat baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan kerja dimulai pukul 07.00 sampai 15.30 WITA dengan waktu istirahat pukul 12.00 sampai 13.00 WITA.
Estimasi tenaga kerja yang digunakan untuk usaha penggemukan kerbau 50 ekor kerbau dewasa yaitu 10 orang dengan gaji Rp.3.000.000,00/priode penggemukan
F.     Teknologi
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi maka muncul alternatif-alternatif dalam menangani usaha penggemukan kerbau di perusahaan ini salah satunya yaitu penanganan dan pengolahan limbah peternakan menjadi produk yang bermanfaat seperti penggunaan biogas yang berasal dari kotoran ternak, pembuatan kompos atau, pupuk cair organik dan lain-lain.

BAB V
ASPEK KEUANGAN (FINANSIAL)
A.    Komponen Dan Struktur Biaya
v  Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar. Biaya variable cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan sebagainya.
v  Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang pada umumnya selalu konstan dimana pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa yang di bayar setiap bulan dan sering disebut sebagai biaya tambahan.
v  Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya yang pada umumnya berubah-ubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
v  Penerimaan
Penerimaan adalah semua hasil penerimaan produsen dari hasil penjualan barang dan outputnya.



B.     Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha
·      Penyusutan Kandang dan peralatan =  Total biaya pembangunan kandang dan peralatan
                                                                  Umur ekonomis kandang
    Rp. 20.000.000,00                                                                           =         (10 tahun/365 hari)/90 hari
          Rp. 20.000.000,00                                                                                  =     3650 hari/90 hari
=    Rp.1.000.000/periode (3 bulan)
·      Biaya Tetap = Penyusutan kandang
                        = Rp.1.000.000.00
·         Jumlah ternak = (1ST x 100ekor kerbau dewasa) = 100 ST
·         Pakan hijauan 10% dari berat badan kerbau
Harga hijauan Rp. 500
Pakan 35 kg x  90 x 50 ekor x Rp.500 =  Rp. 78.750.000.00
·         Konsentrat 1.5 % dari berat badan kerbau
Konsentrat 5.25 kg x 90 hari x 50 ekor x Rp.1.500  = Rp. 35.437.500.00
·         Biaya tenaga kerja 
10 orang x Rp. 3.000.000 =  Rp. 30.000.000,00
·         Total biaya Variabel
Pakan                                                                                Rp.  78.750.000.00
Konsentrat                                                                                    Rp.  35.437.500.00
Vaksin                                                                               Rp.    2.000.000.00
Listrik dan BBM                                                               Rp.     2.000.000.00
Tanaga Kerja (10 orang x Rp. 3.000.000/90 hari) Rp.  30.000.000.00
Biaya Lain-lain                                                                  Rp.    4.500.000.00 +
Total Biaya Variabel                                                       Rp.152.687.500.00
·         Total cost = Biaya Variabel + Biaya Tetap
                       = Rp.152.687.500.00 +  Rp. 1.000.000.00
                       = Rp. 153 .687.500.00
·         Penerimaan
Hasil PJL daging (50ekor x 0.7kg x 90hari x Rp. 100.000.00) = Rp.315.000.000.00
Pupuk kandang 50 ST x 0.5 kg x 90 hari x Rp 1.000 = Rp. 2.250.000.00
Total penerimaan = Hasil PJL daging + Pupuk kandang
                               = Rp.315.000.000.00+ 2.250.000.00
                         = Rp. 317.250.000.00
·         Total benefit    = Total penerimaan - Total cost
                              = Rp. 317.250.000.00 -  Rp. 153 .687.500.00
                              = Rp. 163.562.500.00
·         Pajak 10% = Total benefit x 10%
= Rp. 163.562.500.00 x 10%
= Rp. 16.356.250.00
·         Benefit= Total benefit - pajak 10%
            = Rp. 163.562.500.00 - Rp. 16.356.250.00
                  = Rp. 147.206.250.00









BAB VI
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil Analisis Kelayakan Usaha penggemukan ternak kerbau skala 50 ekor yang dilaksanakan Tana Toraja diperoleh kesimpulan bahwa Usaha  potong dinyatakan layak dijalankan dilihat dari pemilihan lokasi yang baik, tenaga kerja yang digunakan, aspek pemasaran serta peternakan  potong ini sudah memberikan keuntungan setiap penggemukan bagi peternak dan hampir seluruh produksinya dijual.

Ditinjau dari aspek teknis secara keseluruhan peternakan ini sudah layak karena sisitem pemeliharaannya dilakukan secara intensif sehingga  potong dapat memproduksi daging 0.7kg/ekor/hari.

B.     Saran

Untuk meningkatkan produksi daging sebaiknya dilakukan penambahan konsentrat pada ransum, Sehingga mendatangkan banyak keuntungan.








                                                                                                         
DAFTAR PUSTAKA
Devendra, C. 1993. Ternak Ruminansia Di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska, I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner Dan T. R. Wiradarya (Eds.). Produksi Kambing Dan Domba Di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Kusnadi, U., D. A. Kusumaningrum, R. S. G. Sianturi Dan E. Triwulanningsih. 2005. Fungsi Dan Peranan Kerbau Dalam Sistem Usahatani Di Propinsi Banten. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Tidak ada komentar: