TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH : ANALISISIS DAN STUDI
KELAYAKAN PROYEK
Dosen : Dr. ir. Hj. St. Rohani,
M.Si
ANALISIS
USAHA PETERNAKAN KERBAU
NAMA : RAHMA NINGSI
NIM : I 111 12 295
KELAS : GANJIL
PROGRAM
STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kerbau adalah binatang
memamah biak yang masih termasuk
dalam subkeluarga bovinae.
Kerbau liar atau disebut juga Arni
masih dapat ditemukan di daerah-daerah
Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Vietnam, Cina, Filipina, Taiwan, Indonesia, dan Thailand. Penjinakan kerbau sangatlah umum, di Asia, Amerika Selatan, Afrika Utara dan Eropa. Kerbau
liar banyak hidup dan ditemui di Asia Tenggara, sehingga tidak diragukan lagi
bahwa kerb. Saat ini populasi kerbau adalah ternak asli Asia. Kerbau liar di
Asia mulai menurun dan dikhawatirkan bahwa dimasa yang akan datang tidak akan
ada lagi populasi kerbau liar yang dapat ditemukan. Kerbau dewasa dapat
memiliki bobot sekitar 300 – 600 kg. Kerbau liar dapat memiliki berat yang
lebih, kerbau liar betina dapat mencapai berat hingga 800 kg dan kerbau liar
jantan dapat mencapai berat hingga 1200 kg. Berat rata-rata kerbau jantan
adalah 900 kg dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau adalah 1,7 m.
Populasi
ternak kerbau di Indonesia tercatat sekitar 2,2 juta ekor yang tersebar hampir
diseluruh propinsi kecuali hanya sedikit di
Sulawesi Utara dan Gorontalo. Lebih dari 51% populasi kerbau berada di Pulau Sumatera dan sekitar 22% berada di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa populasi terbanyak terletak di Propinsi Jawa Barat (170.568 ekor) menyusul Banten yang populasi kerbaunya sekitar 144.944 ekor (Ditjen Peternakan, 2008).
Sebagian
besar (70 persen) Sistem pemeliharaan kerbau masih diusahakan oleh petani kecil
(peternakan rakyat) yang berada diwilayah pedesaan dengan keterbatasan
penguasaan sumberdaya (lahan, pendapatan, inovasi dan teknologi). Keadaan
demikian menunjukkan bahwa pola usaha ternak kerbau belum merupakan usaha
komersial, yakni merupakan usaha sampingan yang ditandai dengan skala usaha
relatif kecil dan tatalaksana pemeliharaan seadanya.
Usaha
ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan
karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan
sumberdaya alam yang tersedia di Sekitarnya (Kusnadi, 2004; Kusnadi Et Al.,
2005). Ternak kerbau adalah salah satu Komoditas yang berfungsi sebagai sumber
protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai
tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber
keuntungan/pendapatan bagi petani. (Devendra, 1993). Namun demikian, sampai
saat ini usaha ternak kerbau di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek
keuntungan, pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat
berproduksi secara optimal. Hal inilah yang melatarbelakangi dibuatnya analisis
ini.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan pembuatan analisis ini yaitu untuk mengetahui bagaimana struktur biaya
usaha ternak kerbau dan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak kerbau dalam
konteks perbisnisan.
C.
Manfaat
Adapun
manfaat pembuatan analisis ini yaitu agar peternak lebih memahami pentingnya
menganalisis usaha ternak kerbau terlebih dahulu agar peternak tidak mengalami
kerugian.
BAB II
PROFIL
USAHA PETERNAKAN KERBAU
A.
Profil
Usaha
CV.
Bufallo Setya merupakan perusahaan yang
berdiri sejak tahun 2012. Usaha ini bergerak pada bidang peternakan kerbau yang
mendistiribusikan produk hasil utama yakni daging kerbau segar serta daging
olahan yang berkualitas baik didaerah Tana
Toraja. Kerbau yang digemuukan
adalah kerbau jantan dan dipelihara selama 90 hari diberikan konsentrat
1,5% dari bobot badan dan rumput alam
secara ad libitum sehingga dapat tercapai pertambahan berat badan
sekitar 0,7 kg/ekor/hari. Dalam usaha ini produk yang dihasilkan bukan hanya
daging saja tapi juga dapat mengasikan feses. Jumlah
populasi ternak kerbau yang akan digemukkan yaitu 50 ekor dengan berat awal
rata-rata 350 kg.
Usaha
penggemukan kerbau ini akan dilakukan di Tana Toraja dimana lokasi ini memiliki
pontensi yang strategis dalam pelaksanaan usaha penggemukan kerbau karena
didaerah ini memiliki sungai yang dapat digunakan oleh kerbau untuk berkubang. Selain itu ketersediaan
lahan untuk mendukung pengembangannya dan ketersediaan pasar. Atas dasar
tersebut maka penggemukan ternak kerbau ini perlu dilakukan dengan peningkatan
kemampuan dibidang pengolahan dan pemasaran serta kelembagaan.
B. Pola Pembiayaan
Dalam suatu usaha hal utama yang paling
penting adalah biaya. Pada usaha ini biaya-biaya yang di butuhkan berupa biaya
pemeliharaan, produksi, peralatan, sarana dan prasarana, serta biaya pakan yang
dipenuhi dari modal sendiri.
BAB III
ASPEK
PEMASARAN
A.
Permintaan
Perusahaan
CV. Bufallo Setya berusaha mengembangkan industry daging melalui usaha-usaha
yang diterapkan dalam menghadapi pasar global. Usaha penggemukan kerbau ini
merupakan kegiatan ekonomi yang memberikan manfaat yang cukup besar bagi
pengusaha, konsumen dan negara. Perkembangan produksi dan harga daging kerbau
menunjukkan komoditi yang penting, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah
produksi dan fluktuasi harga. Hal tersebut dapat menunjang kehidupan peternak
yang bergerak dalam bidang usaha penggemukan kerbau serta memberikan keuntungan
yang besar kepada peternak hingga akhirnya para peternak semakin antusias untuk
meningkatkan keterampilannya sebagai sumberdaya manusia yang merupakan pelaku
utama meningkatnya produktivitas kerbau.
Dilihat
dari pasar ataupun permintaan daging nasional maupun daerah, produksi daging nasional
masih sangat perlu untuk ditingkatkan. Data tahun 2009 menunjukkan bahwa
produksi daging nasional baru dapat memenuhi sekitar 29,46% dari permintaan
konsumen daging (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Permintaan ataupun
pasar yang masih terbuka luas baru merupakan salah satu faktor yang perlu
dikaji untuk mengembangkan usaha penggemukan kerbau di suatu daerah. Selain
untuk komsumsi kerbau juga digunakan untuk upacara adat sehingga ini juga
meningkatkan permintaan.
Pada dasarnya, antara
persediaan dan permintaan daging dan ternak kerbau di Indonesia terjadi
kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar dari
pada ketersediaan daging dan ternak yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut,
usaha penggemukan kerbau untuk menghasilkan daging segar sangat perspektif
untuk di usahakan.
B.
Penawaran
Dalam
ekonomi terdapat hukum permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling
bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas
(jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan tidak bisa lepas dari permintaan,
penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga
dan waktu tertentu.
Dalam
industri peternakan kerbau peranan peternak sebagai sumber daya manusia yang
sangat mempengaruhi dalam memenuhi kebutuhan kecukupan daging di Indonesia
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu penawaran terhadap harga daging kerbau
secara bertahap terjadi peningkatan.
Dalam mengatasi kebutuhan konsumsi daging kerbau di Indonesia terdapat
peluang dalam pemasaran produk tersebut, dimana permintaan konsumen terhadap
daging meningkat.
C.
Harga
Sumber penerimaan terbesar dan utama
adalah dari penjualan daging dan dari hasil penjualan pupuk kandang. Besar
kecilnya usaha penggemukan kerbau akan sangat tergantung pada jumlah daging
yang diproduksi dan harga penjualan daging kerbau.
Penerimaan dari hasil penjualan
daging diperoleh dari perkalian antara jumlah daging yang diperoleh selama satu
periode masa penggemukan dengan harga daging selama periode penggemukan
tersebut. Penerimaan lainnya berasal pupuk kandang dalam waktu 90 hari. Harga
daging di tingkat peternak berkisar Rp 105.000/kg, harga pupuk kandang Rp
1.500/Kg.
D.
Pemasaran
Produk
yang dihasilkan dari usaha penggemukan ternak kerbau yaitu daging segar, aspek
pemasaran dari daging kerbau segar ini yaitu meliputi seluruh kalangan lapisan
masyarakat, sehingga pasar dari usaha ini sangat luas karena semua orang
mengkonsusmsi produk daging kerbau ini.
Dalam pemasaran produk ini hal yang menjadi pertimbangan dan sasaran
konsumen tentunya harus menjadi pertimbangan utama. Ada 3 konsep kebutuhan manusia yang paling dasar yang mempengaruhi
sasaran konsumen, sebagai berikut:
Ø Kebutuhan,
yaitu kondisi masyarakat akan kebutuhan daging kerbau untuk memenuhi kebutuhan
gizi sehari-hari
Ø Keinginan,
yaitu kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian individu
Ø Permintaan,
yaitu keinginan yang didukung oleh daya beli masyarakat
Setelah menetukan strategi pemasaran maka hal
berikutnya yang dapat dilakukan adalah merencanakan rincian bauran pemasaran.
Bauran pemasaran itu sendiri adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang
dapat dikendalikan. Bauran pemasaran dapat digolongkan dalam 4 kelompok variable
:
Ø Product
(Produk) berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh sebuah usaha
kepada konsumen. Produk yang di tawarkan tidak hanya pada satu jenis produk
daging akan tetapi berbagai macam produk dari olahan daging kerbau.
Ø Price
(harga) berarti jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh
produk yang ditawarkan.
Ø Place
(tempat) meliputi tempat aktivitas usaha untuk menyediakan produk bagi konsumen
yang sangat menunjang adalah tempat yang memiliki tempat pemasaran yang
strategis.
Ø Promotion
(promosi) berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan
membujuk pelanggan untuk membelinya.
E. Kendala yang Dihadapi dalam
Pemasaran
Dalam
menjalankan sebuah usaha, peran strategi pemasaran sangat penting. Untuk
mendukung kesuksesan usaha yang dijalankan. Tak terkecuali dalam menekuni dunia
peternakan contohnya usaha penggemukan kerbau ini. Peternak membutuhkan
strategi-strategi yang baik agar daging hasil produksinya bias terjual
dipasaran dengan harga yang cukup tinggi dan berhasil menembus pasar dalam
negeri maupun luar negeri.
Sampai
saat ini para peternak masih disulitkan dengan beberapa kendala yang menghambat
jalannya system pemasaran produk diantaranya kurangnya informasi dalam
pemasaran. Karena pada dasarnya kebanyakan peternak berasal dari daerah
pedesaan bahkan daerah terpencil yang kurang akan pengetahuan, kemampuan serta
informasi dalam menganalisa pasar. Bahkan sebagian besar dari mereka belum
mendapatkan informasi mengenai calon konsumen yang potensial. Sehingga tidak
mengherankan bila sekarang ini banyak peternak yang masi kebingungan untuk
memasarkan produk hasil produksinya yang harapannya berjalan maksimal meskipun
belum berhasil menembus persaingan pasar internasional.
BAB IV
ASPEK
PRODUKSI
A.
Lokasi
Usaha
Penentuan
lokasi dilakukan di Tana Toraja. Lokasi ini harus berada dekat dengan sungai
atau genangan air dengan cuaca dan kelembapan yang cukup stabil serta iklim
yang kondusif sehingga cukup mendukung untuk system pemeliharaan yang
dilakukan. Selain baik dalam aspek pemeliharaan Tana Toraja juga sangat
strategis dalam aspek pemasaran produk ini karena selain memanfaatkan dagingnya
tana toraja juga menggunakan kerbau sebagai syarat adat istiadat apabila ada
acara tertentu. Serta Tana Toraja juga
dekat dengan pusat pemasaran.
B.
Fasilitas
Produksi
Fasilitas
produksi yang berada dalam lingkup perusahaan CV. Bufallo Setya terbilang cukup
lengkap. Dimana untuk memelihara kerbau dengan jumlah 50 ekor dengan bangunan
kandang yang pada umumnya berupa bangunan permanen sederhana, lahan, serta
peralatan penunjang yang di gunakan selain itu harus ada sungai atau genangan
air yang digunakan untuk berkubang.
C.
Luas
Lahan
Luas
lahan peternakan potong ini adalah 1000
m2 dimana lahan ini terbagi menjadi lahan untuk perkandangan, lahan
untuk pakan dan hijauan lahan untuk pembuatan pupuk kompos dan lahan untuk
pengolahan hasil produksi.
D.
Perkandangan
Perkandangan adalah aspek yang penting dalam penggemukan kerbau.
Perkandangan merupakan kompleks yang meliputi kandang kerbau, gudang pakan,
tempat penampungan kotoran dan kantor. Perkandangan diharapkan dapat menunjang
dalam proses produksi ternak kerbau. Persiapan perkandangan perlu diperhatikan
karena berkaitan erat dengan kesuksesan penggemukan kerbau. dan tipe kandang
yang digunakan untuk kandang
potong adalah tipe bebas konvensional, bentuk kandang
ini memudahkan dalam penanganan selama pemeliharaan dan sanitasi kandang.
E.
Tenaga
Kerja
Tenaga
kerja perlu pula diperhatiakan dalam mencapai efesiensi biaya produksi. Menurut
pemgalaman peternak kerbau di Indonesia. Satu orang tenaga kerja pria dewasa
akan mampu mengurus sampai dengan 6 ekor kerbau dewasa. Asal tenaga kerja itu
tidak dibebani lagi untuk mencari ataupun menyabit hijauan. Tenaga kerja yang
digunakan pada peternakan potong bisa
berasal dari semua kalangan masyarakat baik dalam pendidikan formal maupun non
formal. Kegiatan kerja dimulai pukul 07.00 sampai 15.30 WITA dengan waktu
istirahat pukul 12.00 sampai 13.00 WITA.
Estimasi
tenaga kerja yang digunakan untuk usaha penggemukan kerbau 50 ekor kerbau dewasa
yaitu 10 orang dengan gaji Rp.3.000.000,00/priode penggemukan
F.
Teknologi
Seiring dengan kemajuan
ilmu dan teknologi maka muncul alternatif-alternatif dalam menangani usaha
penggemukan kerbau di perusahaan ini salah satunya yaitu penanganan dan
pengolahan limbah peternakan menjadi produk yang bermanfaat seperti penggunaan
biogas yang berasal dari kotoran ternak, pembuatan kompos atau, pupuk cair
organik dan lain-lain.
BAB V
ASPEK
KEUANGAN (FINANSIAL)
A.
Komponen
Dan Struktur Biaya
v Biaya Investasi
Biaya
investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek
dalam jumlah yang cukup besar. Biaya variable cenderung berubah sesuai dengan
bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan sebagainya.
v Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang pada
umumnya selalu konstan dimana pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada
tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Pengeluaran ini
berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa yang di bayar setiap bulan
dan sering disebut sebagai biaya tambahan.
v Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya yang
pada umumnya berubah-ubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume
penjualan, makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
v Penerimaan
Penerimaan adalah semua hasil penerimaan
produsen dari hasil penjualan barang dan outputnya.
B.
Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha
· Penyusutan
Kandang dan peralatan = Total biaya
pembangunan kandang dan peralatan
Umur ekonomis kandang
Rp. 20.000.000,00
= (10 tahun/365 hari)/90 hari
Rp. 20.000.000,00
= 3650 hari/90 hari
= Rp.1.000.000/periode
(3 bulan)
· Biaya
Tetap = Penyusutan kandang
= Rp.1.000.000.00
·
Jumlah
ternak = (1ST x 100ekor kerbau dewasa) = 100 ST
·
Pakan
hijauan 10% dari berat badan kerbau
Harga
hijauan Rp. 500
Pakan
35 kg x 90 x 50 ekor x Rp.500 = Rp. 78.750.000.00
·
Konsentrat
1.5 % dari berat badan kerbau
Konsentrat 5.25 kg x 90 hari x
50 ekor x Rp.1.500 = Rp. 35.437.500.00
·
Biaya
tenaga kerja
10 orang x Rp. 3.000.000 =
Rp. 30.000.000,00
·
Total biaya Variabel
Pakan Rp.
78.750.000.00
Konsentrat Rp. 35.437.500.00
Vaksin Rp. 2.000.000.00
Listrik dan BBM Rp. 2.000.000.00
Tanaga Kerja (10 orang x Rp. 3.000.000/90 hari) Rp.
30.000.000.00
Biaya
Lain-lain Rp. 4.500.000.00 +
Total Biaya Variabel Rp.152.687.500.00
·
Total cost = Biaya Variabel + Biaya Tetap
= Rp.152.687.500.00 + Rp.
1.000.000.00
= Rp. 153 .687.500.00
·
Penerimaan
Hasil PJL daging (50ekor x 0.7kg x 90hari
x Rp. 100.000.00) = Rp.315.000.000.00
Pupuk kandang 50 ST x
0.5 kg x 90 hari x Rp 1.000 = Rp. 2.250.000.00
Total penerimaan = Hasil PJL daging + Pupuk kandang
= Rp.315.000.000.00+ 2.250.000.00
=
Rp. 317.250.000.00
·
Total benefit = Total penerimaan
- Total cost
= Rp. 317.250.000.00 - Rp. 153 .687.500.00
= Rp. 163.562.500.00
·
Pajak 10% = Total benefit x 10%
= Rp.
163.562.500.00 x 10%
= Rp.
16.356.250.00
·
Benefit= Total benefit - pajak 10%
= Rp. 163.562.500.00 - Rp. 16.356.250.00
= Rp. 147.206.250.00
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisis Kelayakan Usaha penggemukan ternak kerbau skala 50 ekor yang dilaksanakan Tana Toraja diperoleh kesimpulan bahwa Usaha potong dinyatakan layak dijalankan dilihat dari pemilihan lokasi yang baik, tenaga kerja yang digunakan, aspek pemasaran serta peternakan potong ini sudah memberikan keuntungan setiap penggemukan bagi peternak dan hampir seluruh produksinya dijual.
Ditinjau dari aspek teknis secara keseluruhan peternakan ini sudah layak karena sisitem pemeliharaannya dilakukan secara intensif sehingga potong dapat memproduksi daging 0.7kg/ekor/hari.
B. Saran
Untuk meningkatkan
produksi daging sebaiknya dilakukan penambahan konsentrat pada ransum, Sehingga
mendatangkan banyak keuntungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Devendra,
C. 1993. Ternak Ruminansia Di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska, I.M.
Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner Dan T. R. Wiradarya (Eds.). Produksi
Kambing Dan Domba Di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Direktorat
Jenderal Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Direktorat Jenderal Peternakan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Kusnadi,
U., D. A. Kusumaningrum, R. S. G. Sianturi Dan E. Triwulanningsih. 2005. Fungsi
Dan Peranan Kerbau Dalam Sistem Usahatani Di Propinsi Banten. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005. Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar