TUGAS
INDIVIDU
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN LIMBAH DAN SISA HASIL TERNAK
Dosen
: Dr. Hikmah M. Ali, S.Pt, M.Si
Model
Zero Waste (Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah Sayuran Sebagai Pakan Ternak, Pupuk
Cair dan Kompos)
OLEH
:
RAHMA NINGSI
I 111 12 295
KELAS A (GANJIL)
PROGRAM STUDI
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
MODEL ZERO WASTE
Buah dan sayuran sebagai
sumber gizi bagi makhluk hidup Buah dan Sayuran
menjadi limbah karena tidak dapat dikomsumsi lagi
Limbah Sayuran diolah menjadi
wafer pakan sebagai pakan untuk
ternak ruminansia Limbah sayuran dimanfaatkan
dalam Pembuatan pupuk cair
Sapi mengkomsumsi wafer
pakan
Memanfaatkan
pupuk cair untuk menanam tanaman, sapi mengomsumsi tanaman dalam tentuk hijauan
kering
Hasil
buangan akhir dari ternak
sapi berupa feses dapat dimanfaatkan
Kompos berfungsi untuk
menyuburkan tanaman
Pemanfaatan tepung limbah sayuran sebagai bahan
pakan dalam ransum harus bebas dari efek antinutrisi, terlebih toksik yang
dapat menghambat pertumbuhan ternak yang bersangkutan. Limbah sayuran
mengandung anti nutrisi berupa alkaloid dan rentan oleh pembusukan sehingga
perlu dilakukan pengolahan ke dalam bentuk lain agar dapat dimanfaatkan secara
optimal dalam susunan ransum ternak ruminansia. Dapat dilihat pada bagan metode
zero waste dimana buah – buahan dan sayuran yang sudah tidak dapat dikomsumsi
lagi oleh manusia akan menjadi limbah yang dapat mencemari lingkungan.
Cara-cara pengawetan limbah sayuran yang paling
sederhana adalah dengan pengeringan. Pemasakan yang dalam pengolahan dikenal
dengan istilah “blansing”, juga merupakan langkah pengawetan. Pemasakan
merupakan salah satu proses pengolahan panas yang sederhana dan mudah, dapat
dilakukan dengan media air panas yang disebut dengan perebusan maupun dengan
uap panas atau yang disebut pengukusan. Perbedaan keduanya hanyalah media yang
dimanfaatkan yaitu melalui air dan uap panas dengan suhu + 100 C.
Pada metode zero waste diatas, limbah sayuran dimanfaatkan
untuk pembuatan wafer pakan, dimana penggunaan wafer limbah sayuran pasar
sebagai hijaun dalam ransum memberikan pengaruh baik terhadap performa ternak
ruminansia contohnya kambing. Pemberian 50% wafer + 50% konsentrat menunjukkan
nilai konsumsi bahan kering sebesar 1078.70 gr/ekor/hari dan nilai pertambahan
bobot badan harian kambing sebesar 129.76 gram/hari/hari serta nilai
konversi pakan yang paling rendah sebesar 2.27±0,38.
Selain wafer pakan, pada metode zero waste limbah
sayuran dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk cair alami dimana dalam proses
pembuatannya memakan waktu enam bulan hingga setahun (tergantung bahan yang
digunakan). Oleh karena itulah saat ini telah banyak dikembangkan produk
bioaktifator / agen delkomposer yang diproduksi secara komersial untuk
meningkatkan kecepatan dekomposisi, meningkatkan penguraian materi organik,dan
dapat meningkatkan kualitas produk akhir. Salah satu bioaktifator yang
digunakan adalah EM4 (Effective Microorganisme 4). Larutan EM4 ini berisi
mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM4 sangat
banyak, sekitar 80 genus. Agen decomposer komersial lainya adalah Biosca
yang berisi mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah
organik hingga dapat menjadi pupuk. Sehingaa penambahan EM4 pada pembuatan
pupuk cair dapat mempercepat proses fermentasi, sehingga proses
pembentukan pupuk lebih cepat. Wafer pakan tersebut kemudian dapat diberikan
pada ternak ruminansia seperti sapi yang pada hasil buangan akhirnya menghasilkan
feses yang nantinya feses ini dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk kompos
yang dapat menyuburkan tanaman seperti tanaman palawija yang mana dapat
dimanfaatkan sebagai pakan hijauan segar dimana sapid an tanaman palawija ini
berhubungan atau saling keterkaitan satu sama lain.
Pada hasil buangan akhir ternak berupa feses yang
dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan
organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang
sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos ini
adalah kotoran sapi dan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi
dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah
(misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk
memperkaya kandungan kompos, selain ditambah serbuk gergaji, atau sekam, jerami
padi dapat juga ditambahkan abu dan kalsit/kapur. Kotoran sapi dipilih karena
selain tersedia banyak di petani/peternak juga memiliki kandungan nitrogen dan
potassium, di samping itu kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk
kompos.
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah
proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas
biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan yang diperlukan adalah kotoran
sapi : 80 – 83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) : 5%, bahan
pemacu mikroorganisame : 0.25%, abu sekam : 10% dan kalsit/kapur : 2%, dan juga
boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta
kotoran ayam 25 %.
Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas
tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar
matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing pembuatannya adalah pertama
kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu
minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai ± 60 %, kemudian kotoran sapi yang
sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan kompos dan
diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll,
serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan
campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu di lokasi 1, tumpukan dipindahkan
ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai
oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi
peningkatan suhu hingga mencapai 700 C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar