Kamis, 25 Februari 2016

TIME VALUE OF MONEY



TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH : ANALISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK






TIME VALUE OF MONEY





RAHMA NINGSI
I 111 12 295









Logo_Unhas.jpg








FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
NILAI WAKTU UANG
Nilai waktu uang merupakan konsep sentral dalam manajemen keuangan. Pemahaman nilai waktu uang sangat penting dalam studi manajemen keuangan. Banyak keputusan dan teknik dalam manajemen keuangan yang memerlukan pemahaman nilai waktu uang. Biaya modal, analisis keputusan investasi (penganggaran modal), analisis alternatif dana, penilaiansurat berharga, merupakan contoh-contoh teknik dan analisis yang memerlukan pemahaman konsep nilai waktu uang.
Coba dengarkan para ibu tatkala mengobrol. Pasti ada yang mengeluh harga pangan naikterus. Dari hari ke hari, semuanya menjadi lebih mahal. Hampir tidak ada yang mengatakan harga barang turun, kecuali harga BBM yang naik-turun setahun belakangan.
Lalu apa masalahnya? Apakah itu terjadi karena pendapatan tidak meningkat?
Jika dicermati lebih jauh, para ibu itu sesungguhnya tidak mengalami penurunan pendapatan. Uang gaji yang diserahkan para suami untuk dikelola sebagai anggaran belanja rumah tangga umumnya tidak berkurang. Tetapi, daya beli uang itu yang menurun.
Ada yang mengatakan naiknya harga disebabkan pasokan barang mulai langka. Di sisi lain, permintaan terhadap barang relatif tetap sehingga harga pun meningkat. Inilah yang disebut inflasi berkategori demand pull, atau naiknya permintaan terhadap barang, sementara pasokan tetap.
Memang ada juga penyebab harga barang itu sendiri yang meningkat karena biaya produksi membesar. Ini disebut cost push inflation. Masalahnya, bagaimana caranya agar daya beli masyarakat tetap ada, mampu membeli barang dan daya beli uang tidak merosot?
Sebagian kalangan mengatakan, dana yang belum dibelanjakan sebaiknya ditabung, jangan dipegang tunai, dan untuk berbelanja cukup membawa kartu debit yang otomatis akan mengurangi nilai tabungan di bank. Ini benar.
Apakah menempatkan uang sepenuhnya dalam bentuk tabungan merupakan jalan keluar? Tidak juga. Kalau tujuan penempatan dana tabungan di bank semata-mata untuk berjaga-jaga dan memudahkan pengelolaan likuiditas, pilihan itu benar. Tetapi, kalau penempatan dana dimaksudkan sebagai investasi, agaknya perlu direnungkan lagi karena uang Anda tidak akanbertambah.
Nilai uang yang ada dalam bentuk tabungan malah akan tergerus dimakan inflasi jika tingkat bunganya di bawah laju inflasi. Jadi, kalau tahun lalu dana yang ada di bank, katakanlah Rp 100 juta, lalu tabungan tersebut diberikan bunga 5% dan kemudian laju inflasi 8%, maka nilai riil uang di tabungan sebenarnya sudah turun 3%. Dengan kata lain, daya beli uang tersebut juga menurun sebesar itu. Padahal, dana Anda tetap Rp 100 juta, bahkan ditambah bunga 5 persen, maka dana plus bunga menjadi Rp 105 juta, tetapi nilai riilnya sudah turun menjadi Rp 97 juta. Inilah yang disebut nilai waktu uang. Konkretnya, jika pendapatan Anda tetap, tetapi ketika digunakan membeli barang harga barang terasa semakin mahal, maka itu bukanlah karena barangnya mahal, melainkan karenanilai uang Anda semakin menurun. Lantas bagaimana solusinya.



Konsep nilai waktu uang
(time value of money concept) merupakan konsep yang dipahami sebagian besar orang di dunia. Teorinya: uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dibandingkan jumlah yang sama dimasa depan. Sebagai contoh: uang sejumlah Rp 6.000,00 sekarang dapat membeli satuliter beras kualitas sedang. Namun, uang sejumlah tersebut diatas tidak dapat membeli satu liter beras pada tahun depan, mungkin 0,9 liter. Disini terlihat bahwa secara kualitas, nilaiuang tergerus seiring dengan jalannya waktu. Tergerusnya nilai uang tersebut disebut sebagai inflasi.
Inflasi muncul melalui banyak sebab. Dari sudut makro ekonomi, inflasi bisa berarti kabar yang baik (pada batasan tertentu). Jika pengangguran menurun, artinya banyak orang menerima penghasilan, artinya pula ada banyak uang yang beredar di pasar. Selaras dengan hukum penawaran dan permintaan, maka saat daya beli meningkat (karena orang-orang menerima penghasilan) maka harga-harga biasanya ikut naik. Kenaikan harga tersebut sudah kita pahami sebelumnya sebagai inflasi. Maka jelas inflasi (sekali lagi pada batas tertentu) merupakan salahsatu indikator menurunnya pengangguran.
Inflasi merupakan salahsatu konsekuensi dari perkembangan perekonomian. Yang harus diperhatikan dari inflasi adalah: apakah kenaikan harga (inflasi) tersebut didukung oleh daya beli seseorang (secara kualitatif)? Mari kita biarkan dahulu tentang masalah ini kepada penentu kebijakan
Tujuan dari rencana keuangan adalah untuk mencapai keadaan perekonomian seseorang seperti yang ditargetkan sebelumnya. Maka dalam merencanakan keuangan penting kita ketahui bahwa inflasi merupakan bagian yang inheren pula dari setiap tindakan/keputusan keuangan yang diambil. Misalnya dalam keputusan memilih investasi : jangan sampai pengorbanan sekarang yang kita lakukan, alih-alih mendapat nilai tambah, akhirnya justru menurun.
Pemahaman konsep nilai waktu uang diperlukan oleh manajer keuangan dalam mengambil keputusan ketika akan melakukan investasi pada suatu aktiva dan pengambilan keputusan ketika akan menentukan sumber dana pinjaman yang akan dipilih.
Suatu jumlah uang tertentu yang diterima waktu yang akan datang jika dinilai sekarang makajumlah uang tersebut harus didiskon dengan tingkat bunga tertentu (discount factor).
Suatu jumlah uang tertentu saat ini dinilai untuk waktu yang akan datang maka jumlah uang tersebut harus digandakan dengan tingkat bunga tertentu ( Compound factor)
Cara mengatasi penurunan nilai uang
Mengatasi penurunan nilai uang karena tergerus inflasi dan dimakan waktu adalah dengan membuat uang tersebut produktif dan atau memberi imbal hasil melebihi laju inflasi.
Cara paling efektif adalah menginvestasikan dana tersebut agar menghasilkan imbal hasil di atas laju inflasi sehingga nilai uang Anda relatif tetap atau bahkan bisa bertambah.
Kalau semua dana dimasukkan dalam investasi yang memberi imbal hasil lebih besar dari lajuinflasi, bagaimana dengan dana kebutuhan sehari-hari?Tentu saja, kebutuhan dana sehari-hari bisa ditempatkan di bank yang besarnya sekadar untuk berjaga-jaga, sementara untuk belanja bulanan bisa menggunakan kartu kredit yang ketika tagihannya jatuh tempo Anda bayar penuh sehingga tidak dibebani bunga kredit.
Dengan pola semacam ini, dana Anda bisa ditempatkan pada deposito berjangka 1 bulan yang bunganya lebih tinggi dari bunga tabungan. Dana Anda akan mendapat imbal hasil cukup tinggi dan bisa di atas laju inflasi. Di sisi lain,  pengaturan uang tunai Anda juga akan bagus sebab belanja rumah tangga bisa dilakukan sekali sebulan, pakai kartu kredit, dan dibayar lunas pada awal bulan berikutnya.
Itu baru dalam konteks nilai waktu uang dikaitkan dengan belanja sehari-hari yang notabene bersifat jangka pendek.
Jangka panjang
Bagaimana jika nilai waktu uang dilihat dalam perspektif jangka panjang? Di sinilah makna nilai waktu uang akan sangat terasa. Umpamakan 10 tahun lalu Anda berinvestasi Rp 1 juta rupiah per bulan. Lalu teman Anda menginvestasikan Rp 1,1 juta rupiah per bulan. Perbedaan nilai uangnya hanya 10 persen, tetapi dampak terhadap hasil bisa sangat luar biasa. Tidak percaya? Lihat hitungan berikut.
Katakanlah uang Rp 1 juta itu ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka dan mendapat bunga 10% per tahun. Maka, pada tahun kedua, total dana menjadi Rp 1,1 juta dan tahun berikutnya menjadi Rp 1,21 juta.
Sementara itu, teman Anda dengan dana awal Rp 1,1 juta, pada tahun kedua dananya menjadi Rp 1,21 juta dan tahun berikutnya menjadi Rp 1,33 juta.
Bayangkan jika pokok yang ditambah bunga tersebut kemudian diinvestasikan terus-menerus dalam waktu 10 tahun. Awalnya, perbedaan dana Anda dengan teman hanya Rp 100.000, tetapi dalam 10 tahun kemudian perbedaannya sudah sangat besar.
Ringkasnya, nilai waktu akan uang menjadi berarti jika Anda menginvestasikan dana Anda lebih besar dalam dalam kurun waktu panjang.
Investasi dan biaya-biaya dalam investasi
Nilai uang yang sekarang tidak akan sama dengan nilai di masa depan. Ya, Ini berarti uang yang saat ini kita pegang lebih berharga nilainya dibandingkan dengan nilainya nanti di masa mendatang.
Coba bayangkan ketika anda memiliki uang satu juta rupiah di tahun 1970. Dengan uang sebesar itu anda sudah bisa hidup mewah bagaikan milyuner di masa kini. Tahun 1990 uang satu juta sudah mengalami penurunan namun nilai wah dari  uang satu juta masih termasuk lumayan dan dapat menghidupi keluarga secara wajar.
Namun uang satu juta di masa sekarang jelas sudah tidak ada apa-apanya. Orang yang kaya di jaman dulu disebut juga dengan sebutan jutawan, namun kini sebutan tersebut perlahan menghilang dan digantikan dengan sebutan milyuner.
Jika kita melakukan investasi, maka konsep nilai waktu uang harus benar-benar dipahami dan dimengerti sedalam mungkin. Jangan sampai kita tertipu oleh angka-angka yang fantastis,namun di balik angka yang besar itu kenyataannya justru kerugian yang kita dapatkan.
Contoh kasusnya adalah jika kita berinvestasi 10 juta rupiah untuk jangka waktu 20 tahun dengan total pengembalian atau return sebesar 50 juta rupiah. Jika kita lihat dari nilai sekarang 50 juta adalah angka yang fantastis dibandingkan dengan 10 juta. Namun setelah 20 tahun berikutnya belum tentu nilai 50 juta lebih baik dibandingkan dengan nilai 10 juta saat ini.
Selain inflasi kita harus memperhatikan biaya-biaya yang mungkin muncul dalam investasi kita. Seperti yang kita ketahui, sering instrumen yang kita gunakan dalam investasi memerlukan biaya-biaya dalam pengelolaan/penguasaannya. Terhadap biaya-biaya tersebut maka kita harus sedikit meluangkan waktu dalam menghitungnya. Tidaklah rumit dalam menghitungnya, hanya memerlukan sedikit perhatian saja dan hasilnya akan membuat Anda tersenyum.
Terkadang biaya-biaya muncul tidak hanya diawal investasi. Ada beberapa biaya yang muncul selama kita menguasai investasi tersebut, contohnya: Pajak Bumi Bangunan (untuk investasi berupa properti), Zakat (bagi seorang muslim wajib berzakat bila memiliki emas), dll.
Yang ingin dicapai dalam menghitung segala biaya-biaya terkait investasi adalah kita memastikan bahwa tidak terjadi kesulitan pembiayaan dimasa mendatang. Kita tidak menginginkan jika kita sampai kesulitan membayar biaya-biaya yang sifatnya rutin selama investasi tadi kita kuasai.
Selain itu terjadi kemungkinan kita bisa menghilangkan biaya-biaya yang tidak perlu jika kita menaruh perhatian secara komprehensif akan investasi kita. Kita harus mengenal diri kita sendiri dengan baik maka kita akan mampu menghadapi/menyikapi keadaan apapun.



Metode – metode nilai waktu uang :
·         Metode average rate of return
Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan yang diperoleh suatu investasi atau LABA / INVESTASI
Jika average rate of return lebih tinggi dari laba yang diharapkan → layak
Kelemahan metode ARR : Mengabaikan nilai waktu uang
·         Metode payback period
Mengukur seberapa cepat investasi itu kembali
Kriteria penilaian investasi :  Semakin cepat semakin baik
KelemahanMetode payback period :
1.      Mengabaikan nilai waktu uang
2.      Mengabaikan CF setelah investasi kembali
·         Metode net present value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih Jika NPV + → layak
·         Metode profitability index (PI)
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi
Jika PI lebih dari 1 → layak
·         Metode internal rate of return (IRR)
Tingkat discount faktor yang menyamakan nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang
Jika IRR > tk bunga atau laba yang disyaratkan → layak .

Konsep Anuitas
Anuitas adalah merupakan satu arus (stream) kas yang tetap setiap periodenya. Beberapa contoh dari perhitungan anuitas dalam keuangan individu, misalnya cicilan bulanan kredit mobil atau rumah dan pembayaran biaya kontrak rumah bulanan.
Arus kas ini bisa merupakan arus kas masuk sebagai pengembalian atas investasi maupun arus keluar yang dialokasikan sebagai tujuan investasi.
Nilai masa depan anuitas memberikan nilai dari sebuah perencanaan tabungan yang dilakukan secara tetap baik besaran dan waktunya selama jangka waktu tertentu. Misalkan Anda memutuskan untuk menyisihkan atau menabung sebesar Rp 5 juta setiap akhir tahun selama 30 tahun untuk persiapan dana di saat Anda pensiun. Dengan asumsi bunga yang bisa didapat adalah sebesar 12 persen per-tahun, berapa jumlah dana yang terkumpul setelah 30 tahun?
Perhitungan ini dapat dilakukan dengan Rumus dari nilai masa depan Anuitas:
FVA={Ax[(1+i)n-1]}/i
Menghitung dengan rumus diatas maka kita mendapatkan jumlah dana setelah 30 tahunsebesar Rp 1,206,663,422. Perhatikan, bahwa dana yang Anda investasikan selama 30 tahun hanya sejumlah Rp 150 juta (Rp 10 juta x 30 tahun). Selisih nilai sebesar Rp 1,056,663,422 merupakan bunga yang didapat dari hasil perhitungan bunga berbunga selama 30 tahun. Bukan main bukan dampak waktu terhadap uang yang Anda miliki.
Nah kembali ke contoh diatas, dimana Anda membutuhkan dana sebesar Rp 1 miliar untuk kebutuhan masa pensiun dan Anda masih memiliki waktu selama 30 tahun, berapa besar tabungan yang harus disisihkan setiap tahunnya selama 30 tahun? Asumsi bunga adalah 12 %.
Disini tujuan yang ingin kita capai adalah Rp 1 miliar. Nilai ini adalah FVA — nilai masa datang yang ingin dicapai. Kemudian tingkat suku bunganya adalah 12% (i). dan jangka waktu (n) adalah 30 tahun, jadi berapa besar yang harus ditabung ? Anda bias menggunakan rumus seperti diatas,
FVA = {A x [(1+i)n-1]}/i, dimana :
 FVA = nilai masa depan yang ingin dicapai
A = tabungan yang harus dialokasikan
i = bunga yang dipakai sebagai perhitungan
n = jangka waktu investasi atau tabungan.
Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai sebesar Rp 4,143,658 yang harus ditabung selama 30 tahun untuk mencapai target nilai investasi sebesar Rp 1 miliar. Sebenarnya Anda hanya perlu menabung sebesar kurang lebih Rp 345,304 setiap bulannya atau Rp 11,510 perharinya. Tentunya Anda sanggup menabung sebesar Rp 12,000 perharinya dimana nilainya sebanding dengan membeli cappuccino di sebuah kafe terkenal di Jakarta.
Bagaimana apakah Anda masih tidak percaya? Inilah konsep nilai waktu uang yang harus Anda perhatikan. Semakin panjang waktu yang dimiliki semakin kecil besar tabungan yang harus disisihkan bila hal lain dianggap tetap.
Bila target nilai yang ingin dituju adalah Rp 1 miliar untuk kebutuhan masa pensiun nanti maka menabunglah sebasar Rp 4,143,658 setiap tahun selama 30 tahun dengan bunga 12 persen per tahunnya.
Sementara itu, nilai tunai (nilai saat ini) dari sejumlah anuitas (PVA) merupakan kebalikan dari FVA, dimana :
PVA={Ax(1-[1/(1+i)n])}/i.
Dimana i adalah tingkat suku bunga dan n adalah jangka waktu pembayaran. Jika diperhitungkan dari contoh diatas, maka PVA= {Rp 4,143,658 x (1-[1/(1,12)30])}/ 0,12 = Rp 33,377,924. Logikanya seperti ini, dengan jumlah dana sebesar Rp 33,377,924 yang Anda tempatkan saat ini selama 30 tahun kedepan dengan bunga 12 peren per tahun maka nilai investasi ini akan berjumlah Rp 1 miliar (sama dengan perhitungan bila Anda menyisihkan Rp 4,143,658 per tahun selama 30 tahun dengan bunga 12 persen pertahun).
Dengan dimengerti konsep nilai waktu uang ini maka Anda bisa mempraktekkannya kedalam perencanaan keuangan yang Anda kembangkan.
Dengan mengetahui nilai tujuan keuangan masa depan, Anda dapat menghitung berapa besar tabungan yang harus Anda sisihkan guna mencapai tujuan tersebut. Dengan menghitung tabungan yang besarnya tidak terlalu mengagetkan (Rp 12,000 per hari) membuat Anda juga termotivasi untuk mencapai apa yang Anda inginkan.
Konsep bunga berbunga atau bunga majemuk dengan penekanan pada anuitas sangatlah penting untuk dipahami oleh semua individu karena memberikan suatu alternatif perhitungan investasi guna mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.
Penjelasan Annuity
Annuity adalah suatu rangkaian pembayaran uang dalam jumlah yang sama yang terjadi dalam periode waktu tertentu.
Anuitas nilai sekarang adalah sebagai nilai anuitas majemuk saat ini dengan pembayaran atau penerimaan periodik dan sebagai jangka waktu anuitas.
PVAn = A1 [(S (1+i) n ] = A1 [ 1 – {1/ (1+ i)n /i } ]
Anuitas nilai masa datang adalah sebagai nilai anuaitas majemuk masa depan dengan pembayaran atau penerimaan periodik dan n sebagai jangka waktu anuitas.
FVAn = A1 [(S (1+i) n – 1 ] / i
Dimana :
A1 : Pembayaran atau penerimaan setiap periode
Konsep nilai mata uang
A. FUTURE VALUE
1. Nilaimasa mendatang untuk aliran kas tunggal
Jika kita memperoleh uang Rp 1.000,- saat ini dan kemudian menginvestasikan pada tabungan dengan tingkat bunga 10 %, berapa uang kita 1 tahun mendatang ?
Hal ini dapat bisa di hitung dengan rumus :
FV = PO + PO ( r )
= PO + ( 1 + r )
FV = Nilai Masa Mendatang
PO = Nilai Saat Ini
r = Tingkat Bunga
Jadi FV1 = 1.000 ( 1 + 0,1 )
= 1.100
Jika periode investasi tidak hanya 1 tahun tapi beberapa tahun maka rumusnya :
FVn = PVo ( 1 + 0,1 )
FVn = Nilai Masa Mendatang
PVo = Nilai Saat Ini
r = Tingkat Bunga
n = Jangka Waktu
Jadi nilai mata uang yang tadinya 1.000 5 tahun mendatang FV5 = 1000 (1 + 0,1)5 = 1.610,51
Sedangkan proses menanamkan uang ke bank dengan tingkat bunga tertentu selama periode tertentu disebut proses pergandaan. Contoh : kita menabung awal tahun Rp 1.000 dengan tawaran bunga 10% per tahun, dan di gandakan setiap 6 bulan,bisa di hitung dengan rumus
FVn = PVo (1 + n/k )kn
K = frekuensi penggandaan
FV1 = 1.000 (1 + 0,1 / 2)2 .1 = 1.102,5
FV2 = 1.000 ( 1 + 0,1 / 2 ) = 1.215,51
Sedangkan bila kita secara kontinu
FVn = PVo x e r . t
E 2,71828
Jadi misal Rp 1.000 kita gandakan secara kontinu, selama 1 dan 2 tahun maka, nilai padaakhir tahun pertama dan kedua.
FV1 = 1.000 x (2,71828)0,1 .1 = 1.105,7
FV2 = 1.000 (2,71828)0,1x2 = 1.221,4


Future Value Annuity (nilai masa mendatang untuk seni pembayaran)
Misal kita memperoleh Rp 1.000 pertahun selama 4x, uang yang diterima pada akhir tahun, berapa nilai masa mendatang jika tingkat bunga 10% ?
FVn = X [(1 + r)n - 1] /r
X = Jumlah pembayaran kas untuk setiap periode
r = Tingkat bunga
n = Jumlah periode
Jadi uang kita pada akhir tahun
FV4 = 1.000 [ ( 1 + 0,1 )4 – 1 ] / 0,1 = 4.641
Aliran kas juga bisa di bayarkan setiap awal tahun. Contoh : Rp 1.000 yang akan kita terima selama 4x di bayarkan setiap 4 tahun dengan tingkat bunga 10%. Berepa nilai masa mendatang ?
FVna = X [{( 1 + r )n – 1 }/r ] (1 + r)
FVna = Future Value Annuity Due
n = Jumlah Periode
z = Jumlah pembayaran kas untuk setiap periode
FV4 = 1.000 [{(1 + 0,1)4 - 1}/r ] (1 + 0,1 ) = 5.105
B. PRESENT VALUE (Nilai Sekarang)
1. Nilai sekarang untuk aliran kas tunggal.
Nilai sekarang merupakan kebalikan nilai kemudian. Apabila dalam nilai masa mendatangkita melakukan pergandaan, dalam present value kita melakukan proses pendiskontoan.
FVn = PVo ( 1 + r )n
FVn = nilai kemudian
PVo = nilai sekarang
Jadi PVo = FVn / [( 1 + r )n ]
Misalkan kita mempunyai kas Rp 1.000 satu tahun mendatang Rp 1.121 dua tahun mendatang dan 1.610,51 lima tahun mendatang. Berapa nilai sekarang dari masing-masing kas tersebut jika tingkat diskonto 10% ?
PV1 = = 1.000
PV2 = = 1.000
PV5 = = 1.000
Misalkan proses pendiskontoan dilakukan 1 tahun 2x dengan tingkat diskonto 10% per tahun berapa nilai sekarang aliran kas sebesar Rp 1.100 yang akan kita terima 1 tahun mendatang ? berapa nilai sekarang aliran kas sebesar Rp 1.610,5 yang akan kita terima 5 tahun mendatang ?
PVo = FVn [1 + (r/k)]n . k
PV1 = 1.100 / [1 + (0,1 / 2)1 . 2 = 997,73
PV5 = 1.610,5 / [1 + (0,1 / 2)5x2 = 988,71
Dan jika pergandaanya secara kontinu
PVo = (FVn /er x T )
e = 2,71818
PV1 = 1.100 / (2,71828)0,1 x 1 = 904,84
PV5 = 1.1610,5 / (2,71828)0,1 x 5
2. Nilai sekarang untuk seni pembayaran kas (Annuity)
a. Nilai sekarang untuk periode terbatas.
Contoh : kita akan menerima pembayaran sebesar Rp 1.000 per tahun mulai akhir tahun ini tahun ke I ) selama 4x. berapa nilai sekarang dan aliran kas tersebut jika tingkat diskonto 10% ?
PV = [ C – C / (1 + r)n]r
C = aliran kas per periode
r = tingkat diskonto
n = jumlah periode
PV = PV aliran kas mendatang
PV = [1.000 – 1.000 / (1 + 0,1)4] / 0,1
= 1.000 – 683,0135 / 0,1
= 3.169,9
Ketika kas dibayar awal periode dengan perhitungan akan menerima Rp 1.000 per tahun selama 4 tahun maka present value aliran kas tersebut.
PV = [{C – (C / (1 + r)n )} / r ] (1 + r)
PV = [{1.000 –1.000 (1 + 0,1)4 )} / 0,1 ] (1 + 0,1)
= 3.486,9
Jadi nilai kas 3.486,9, yang dibayar pada awal periode.
b. Nilai sekarang untuk kas yang tidak sama besarnya.
Dalam beberapa situasi kita akan menerima kas yang besarnya tidak sama untuk setiap periode. Misalkan kita akan menerima kas selama 4 tahun besarnya Rp 1.000, Rp 1.500, Rp 2.000 dan Rp 3.000 untuk tahun 1,2,3 dan 4. Pembayaran kas Dilakukan pada akhir periode berapa nilai kas tersebut saat ini ?
PV = + + +
= 5.700,4
c. Nilai sekarang untuk periode tidak terbatas.
PV = C / r
C = Aliran Kas
r = Tingkat Diskonto
d. Nilai sekarang yang tidak terbatas, aliran kas tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tertentu.
Contoh : suatu saham membagikan deviden pada awal tahun sebesar Rp 1.000. perusahaan tersebut akan meningkatkan deviden sebesar 5% per tahun untuk periode tidak terhingga dengan tingkat diskonto 5%. Berapa PV ?
PV = dengan asumsi r > 9
PV =
= 21.000
BUNGA SEDERHANA
Bunga yang dibayarkan hanya pada pinjaman atau tabungan atau investasi pokoknya saja.
FVn = Po [ 1 + (i) (n) ]
BUNGA MAJEMUK
Bunga yang dibayarkan (dihasilkan) dari pinjaman (investasi) ditambahkan terhadap pinjaman pokok secara berkala.
FVn = Po ( 1 + i ) n
Dimana : FVn = future value tahun ke-n
Po = pinjaman atau tabungan pokok
i = tingkat suku bunga/ keuntungan disyaratkan
n = jangka waktu
TEKNIK-TEKNIK PENYUSUTAN
Teknik penyusutan pada umumnya dapat dikelompokkan  menjadi 4 bagian, yaitu:
1.      Metode rata-rata.
2.      Metode bunga majemuk.
3.      Metode penurunan.
4.      Metode penyusutan gabungan.
Pemilihan salah satu dan metode diatas, sangat tergantung pada penyusun studi kelayakan bisnis dan jenis aset, di samping keinginan dan pimpinan proyek. Namun demikian, berdasarkan kebiasaan dan proyek yang dikembangkan, apabila kegiatan usaha/proyek dalam skala yang relatif kecil dengan umur ekonomis yang relatif singkat kecenderungan menggunakan metode rata-rata Iebih ralistis dibanding dengan menggunakan metode bnga inajemuk. Demikian pula halnya dengan proyek-proyek yang berskala besar seperti pabnk semen, pabnk pupuk, pabrik besi, dan proyek yang berskala besar lainnya. menggunakan metode bunga majemuk lebih baik daripada menggunakan metode lainnya.
1.      Metode Rata-rata
Metode rata-rata adalah salah satu cara yang dilakukan dalam penyusutan aset dengan cara rata-rata. Metode ini dikelompokkan atas 3 bagian, yaitu metode garis lurus, metode jam kerja mesin, dan metode yang didasarkan pada jumlah produksi.
Contoh 1:
Pimpinan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengangkutan membeli sebuah bus dengan harga 80 juta rupiah. Berdasarkan pada pengalaman sebagai pimpinan perusahaan, bus ini dapat beroperasi secara ekonomis selama 5 tahun dan pada akhir tahun kelima, masih dapat dijual dengan harga 25 juta rupiah (scrap value). Berapakah jumlah penyusutan yang harus dilakukan pada setiap akhir tahun selama 5 tahun dan susunlah jadwal penyusutannya ?
1.1.1        Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Jumlah penyusutan tahunan.
P =
dimana :          P = Jumlah penyusutan per tahun.
B = Harga bell aset (original cost)
S = Nilai sisa (scrap value).
n
= Umur ekonornis asel.
P =
P
= Rp 11.000.000.-
Penyusutan per tahun sebesar Rp 11 juta dan jumlah dana pada akhir tahun kelima sebesãr Rp 80 juta, termasuk nilai sisa aset (scrap value) sebesar Rp 25 juta.
Berdasarkan pada cadangan dana ini, pimpinan perusahaan pada akhir tahun kelima telah dapat mengganti bus lama dengan bus baru dengan menggunakan dana penyusutanldepresiasi sebagai dana pengganti.
Seperti yang telah diuraikan sebeluninya, dana depresiasi merupakan biaya yang dibebankan pada konsumen melalui harga pokok produksi. Demikian pula dalain usaha pengangkutan, dana depresiasi dibebankan melalui harga tiket yang dijual pada konsumen. Jumlah dana depresiasi dalam satu tahun sebesar Rp 11 juta atau setiap bulan sebesar Rp 916.667- daAl bla dihitung per han adalah sebesar Rp 30.556,-.
Apabila bus ini dalam satu hari dapat mengangkut rata-rata sebanyak 80 orang niaka beban biay depresiasi pada setiap tiket yang dijual dipertiltungican sebesar Rp 382,- (lihat Tabel 111-1).
1.1.2        Metode Jam Kerja Mesin (Service Hours Method)
Depresiasi yang dihitung berdasarkan jumlaii jam keija mesin, didasarkan pada jumlah jam kerja yang digunakan dalarn tahun bersangkutan.
Jadwal Penyusutan dengan Menggunakan
Metode Garis Lurus
Akhir
Taliun
(Rp)
Penyusutan
Tahunan
(Rp)
Jumlah
Penyusutan
(Rp)
Nilai
Buku
(Rp)
0
1
2
3
4
5
-
11.000.000
11.000.000
11.000.000
11.000.000
11.000.000
-
11.000.000
22.000.000
33.000.000
44.000.000
55.000.000
80.000.000
69.000.000
58.000.000
47.000.000
36000.000
25.000.000
Contoh 2:
Harga bei sebuah mesin Rp 20.000.000,- dan diperkirakan scrap value (nilai sisa) sebesar Rp 2.000.000.-. Mesin mi secara teknis dapat bekerja secara efektif selama 18.000 jam dengan usia ekonomis selama 5 tahun. Hitunglah jumlah penyusutan tahunan berdasarkan pada jam kerja mesin dan susun pula jadwal penyusutan?
Jumlah Penyusutan perjam ( j ) =
Di mana : j = Jumlah jam kerja ekonomis.
J =
 = Rp. 1000
Jumlah penyusutan tahunan (P) tergantung pada jumlah jam kerja mesin yang digunakan pada setiap tahun. Besar kccilnya jumlah jam kerja dalam satu tahun tergantung pada rencana produksi yang direncanakan pada setiap tahun. Di dalam membuat rencana produksi tahunan ada kecenderungan terhadap produk yang dihasilkan, apabila produk yang dihasilkan belum dikenal konsumen, rencana produksi pada tahun pertama relatif lebih kecil dan tanun-tahun berikutnya. Demikian pula sebaliknya, apabila produk yang dihasilkan telah dikenal oleh konsumen dan mempunyai pasaran yang luas bisa jadi rencana produksi pada tahun pertama lebih besar dan tahun-tahum berikutnya karena mesin masih dalam keadaan baru di samping tingkat kerusakan masih relatif kecil. Berikut merupakan contoh perencanaan produksi terhadap produk yang belum dikenal :
Rencana Produksi :
Tahun I            10%  = 1.800 jam
Tahun II          15%  = 2.700 jam
Tahun III         20%  = 3.600 jam
Tahun IV         25%  = 4.500 jam
Tahun V          30%  = 5.400 jam
Jumlah             l00% = 18.000 jam
Penyusutan per tahun:
Tahun I            = 1.800 x Rp. 1000 = Rp 1.800.000,-
Tahun II          = 2.700 x Rp. 1000 = Rp 2.700.000,-
Tahun III         = 3.600 x Rp. 1000 = Rp 3.600.000,-
Tahun IV         = 4.500 x Rp. 1000 = Rp 4.500.000,-
Tahun V          = 5.400 x Rp. 1000 = Rp 5.400.000,-
Jadwal Penyusutan dengan Menggunakan
Jam Kerja Mesin
(dalam Rp)
Akhir Tahun
Penyusutan
(Rp)
Jumlah
Penyusutan
NiIai
Buku
0


20.000.000
1
1.800.000
1.800.000
18.200.000
2
2.700.000
4.500.000
15.500.000
3
3.600.000
8.100.000
11.900.000
4
4.500.000
12.600.000
7.400.000
5
5.400.000
18.000.000
2.000.000

1.1.3        Metode Jumlah Produk (Product Units Method)
Penyusutan yang dihitung berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan sama dengan penyusutan yang menggunakan metode jam kerja mesin. Besar kecilnya jumlah penyusutan pada Setiap tahun tergantung pada jumlah produk yang diproduksi pada setiap tahun. Jumlahproduksi pada setiap tahun tergantung pada permintaan pasar serta jenis barang yang dihasilkan. Apabila mesin A dapat memproduksi sebanyak 100.000 unit selama umur ekonomis mesin 5 tahun, dengan B = 10 juta dan S = 2 juta, jumlah penyusutan per unit produk dihitung sebagai berikut:
 P =
Dimana: U = Jumlah unit selama umur ekonomis mesin.
Diketahui :      B = 10.000.000
S = 2.000.000,-
n  = 5
U = 100.000 unit
P =  = Rp. 80
Besar kecilnya jumlah penyusutan pada setiap tahun tergantung pada jumlah produk yang diproduksi dalam tahun bersangkutan. Untuk menentukan jurnlah produksi juga tidak terlepas dart permintaan pasar, dikenal atau tidak dikenalnya produk yang dihasilkan, jenis barang yang diproduksi, dan adanya market space serta market share yang dikuasai.
Contoh rencana produksi dengan produk yang telah dikenal.
Tahun I            25.000 unit   = 25.000 x 80 = Rp 2.000.000.-
Tahun II          25.000 unit   = 25.000 x 80 = Rp 2.000.000,-
Tahun III         20.000 unit   = 20.000 x 80 = Rp 1.600.000.-
Tahun IV         15.000 unit   = 15.000 x 80 = Rp 1.200.000,-
Tahun V          15.000 unit   = 15.000 x 80 = Rp 1.200.000,-
Jumlah             100.000 unit                            Rp 8.000.000,-
Jadwal penyusutan selama lima tahun dengan mengunakan metode jumlah produk adalah seperti terlihat dalam Tabel III-3 berikut (lihat halaman 48).
2.      Metode Bunga Majemuk (Compound Interest Method)
Penyusutan yang dilakukan dengan menggunakan metode bunga majemuk didasarkan pada tingkat biinga yang berlaku dalam masyarakat atau sering djsebut depan opportunity cost of capital (0CC) sebagai biaya modal. Apabila tingkat bunga yang berlaku dalam masyarakat
Jadwal Penyusutan dengan Menggunakan
Metode Jumlah Produk (Rp)
Akhir Tahun
Penyusutan
(Rp)
Jumlah
Penyusutan
NiIai
Buku
0
-
-
10.000.000
1
2.000.000
2.000.000
8.000.000
2
2.000.000
4.000.000
6.000.000
3
1.600.000
6.600.000
3.400.000
4
1.200.000
7.800.000
2.200.000
5
1.200.000
8.000.000
2.000.000
Jumlah
8.000.000



Sebesar 18% per tahun maka perhitungan penyusutan tahunan didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku. Metode penyusutan yang didasarkan pada bunga majernuk dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode anuitas dan metode penyisihan dana yang sering disebut dengan sinking fund method.
Metode anuitas sebenarnya identik dengan perhitungan annuity yang didasarkan pada nilai aset atau original cost sebagal present value. Untuk mengatasi harga, balk sebagal akibat kenaikan tingkat inflasi maupun sebagai perubahan teknologi disediakan dana cadangan sebesar 18% dan nilal aset pada setiap tahun. Sebaliknya dengan menggunakan metode penyisihan dana (sinking fund method), sebenamya sama dengan melakukan deposito di bank pada setiap tahun, dan pada akhir umu ekonomis aset dana im digunakan sebagai dana untuk membeli aset baru.
Metode Anuitas
Contoh 3:
Harga beli sebuah mesin 50 juta rupiah dengan scrap value diperkirakan sebesar 10 juta rupiah dan umur ekonomis aset selarna 5 tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar 18% per tahun. Berapa besar penyusutan tahunan yang harus dilakukan dengan menggunakan metode anuitas dan susunlah jadwal penyusutannya ?
Diketahui:       B = Rp 50.000.000     S = Rp 10.000.000
n = 5                            I = 18%
Untuk menentukan nilai aset yang disusut perlu dihitung present value dan scrap value dengan menggunakan formula sebagai benkut:
Present value dati scrap value:
P = S (1 + i) -n                                                              ……………….(2-7)
P = 10.000.000 (1 + 0,18) -5
P
= 10.000.000 (0,43710922)
P
= 4.371.092
Nilai aset yang disusut
An      
= B - P = 50.000.000 - 4.371092
= Rp 45.628.908,-
An = R .                                       …………..…. (2-11)
Penyusutan per tahun dihitung sebagai berikut:
R
= 45.628.908
R = 45.628.908 (0,31977784)
R
= Rp 14.591.114,-
di mana: R
= jumlah penyusutan per tahun.
Nilai discount factor daii perhitungan d atas dapat dilihat pada Lampiran 5 dengan n = 5 dan i = 18%. Jurnlah penyusuUrn dalam saw tahun adalah sebcsar Rp 14.59 1.114.- dengan jumlah nilai aset yang dsusut sebesar Rp 45.628.908,- dan nllai present value dan scrap a1ue seliesar Rp 4.371.092,-. Jadwal penyusutan dengan mengg unakan metode anuitas adalah sebagai berikut (lihat Tabel III-4).
Seperti terlihat dalarn tabel tersebut, jumlah penyusutan bersih selama 5 tahun adalah sebesar Rp 40.000.000,- dan 111141 sisa aset sebesar Rp 10.0O0.000- sehingga nilai depresiasi ditarnhah nilai sisa pada akhir lahun kelirna sebesar Rp 50.000.000,-. lJntuk mengatas kenaikan harga dalam penggantian aset baru sebagai akibat tingkat inflasi telah dicadangkan dana sebesar Rp 32.955.570-.
·         Metode Penyisihan Dana (Sinking Futid Method)
Penyusutan yang dilakukan dcngan metode penyisihan dana, merupakan deposito yang dilakukan oleh pemilik perusahaan pada setiap
Jadwal Penyusutan dengan Men ggunakan
Metode Anuitas (dalam Rp
(1)
Thn
(2)
Penyusutan
Per tahun
(Rp)
(3)
Bunga
18%
(6) x (18%)
(4)
Penyusutan Bersih
(2)-(3)
(5)
Jumlah
Penyusutan
(4)+(5)
(6)
Nilai
Sisa Aset
(6)-(4)
0
1
2
3
4
5
-
14.591.114
14.591.114
14.591.114
14.591.114
14.591.114
-
9.000.000
7.993.599
6.806.047
5.404.735
3.751.188
-
5.591.144
6.597.515
7.785.067
9.186.378
10.839.926
-
5.591.114
12.188.629
19.973.696
29.160.074
40.000.000
50.000.000
44.408.886
37.811.371
30.026.304
20.839.925
10.000.000

72.955.570
32.955.570
40.000.000

Akhir tahun pada lembaga keuangan (bank). Besar kecilnya deposito yang dilakukan tergantung pada besar kecilnya nilai aset, tingkat bunga, dan umur ekonomis dari aset itu sendiri.
Dengan demikian jumlah dana penyusutan yang disetor pemilik aset relatif lebih kecil dan jumlah penyusutan yang seharusnya dan sisa dana penyusutan ditutupi dengan jumlah bunga dan dana yang telah didepositkan.
Perhitungan jumlah penyusutan yang hams dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan soal di atas, dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Diketahui:     Sn = B - S = 50.000.000 - 10.000.000 = Rp 40.000.000,-
n = 5 tabun dan i = 18%/tahun
                        R = Sn                      ………………………….. (2-12)
                        R = 40.000.000                     
                        R = 40.000.000 (0,139777837)
                        R = Rp. 5.591.113,-
Nilai compounding factor Untuk {i/(i+1)n-1)} dapat dilihat pada Lampiran 6 pada n=5 dan i=18%. Jadwal penyusutan yang didasarkan pada penyisihan dana seperti terlihat dalam Tabel III-5 berikut. Seperti terlihat dalarn tabel tersebut, jumlah penyusutan pada setiap akhir tahun dilakukan sebesar Rp 5.591.113,- ditambah dengan bunga uang dan hasil penyetoran tahun sebelumnya. Berdasarkan pada perhitungan ini, jumlah bunga dan deposito kumulatif bertambah lama bertambah besar, dengan demikian jumah depresiasi penyusutan yang dilakukan pada setiap akhir tahun juga bertambah lama bertambah besar.
Jadwal Penyusutan dengan Menggunakan
Metode Penyisihan Dana (dalam Rp)
(1)
Thn
(2)
Penyusutan
Per tahun
(Rp)
(3)
Bunga
18%
(6) x (18%)
(4)
Penyusutan Bersih
(2)-(3)
(5)
Jumlah
Penyusutan
(4)+(5)
(6)
Nilai
Sisa Aset
(6)-(4)
0
1
2
3
4
5
-
5.591.113
5.591.113
5.591.113
5.591.113
5.591.113
-
-
1.006.400
2.193.954
3.393.267
5.248.814
-
5.591.113
6.597.513
7.785.066
9.186.380
10.839.927
-
5.591.113
12.188.626
19.973.692
29.160.073
40.000.000
50.000.000
44.408.887
37.811.374
30.026.308
20.839.928
1.000.000

27.955.564
12.044.436
40.000.000

Jumlah dana yang dsetor selama 5 tahun sebesar Rp 27.955.564,-
dengan jumlah bunga dan setoran selama 5 tahun sebesar
Rp 12.044.436,- sehingga jumlah dana pada akhir tahun kelima sebesar
Rp 40.000.000,- dan scrap value dari aset sebesar Rp 10.000.000,-
Dengani demikian dapat membeli aset baru senilai Rp 50.000.000
3.      Metode Penurunan
Penyusutan yang dilakukan dengan menggunakan metode penuruflan adalah jurnlah penyusutan yang dilakukan setiap tahun pada aset yang mengalami penurunan dan tahun ke tahun sesuai dengan keadaan aset yang makm lama semakin tua. Cara penyusutan dengan rnenggunakafl metode ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode jumlah angka tahunan yang sering disebut dengan sun of years digit merhod dan dengan menggunakan angka persentase.
·         Metode Jumlah Angka Tahunan.
Jumlah dana penyusutan yang harus dikeluarkan pada setiap tahun didasarkan pada jumlah angka tahunan dan urnur ekonomis aset. Apabila sebuah aset mempuyai umur ekonornis selama 5 tahun, dengan original cost (harga beli) aset sebesar Rp 10.000.000,- dan scrap value diperhitungkan Rp 2.000.000,. maka bcsarnya jurnlah pcnyusutan pada setiap tahun dihitung sebagai berikut:
Jumlah angka tahunan :
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Nilai aset yang disusut:
(B-S) = 10.000.000 - 2.000.000 = Rp 8.000.000,-
Penyusutan setiap tahun
- Tahun I         = 5/15 x Rp 8.000.000 = Rp 2.666.667.-
- Tahun II        = 4/15 x Rp 8.000.000 = Rp 2.133.333-
- Tahun III      = 3/15 x Rp 8.000.000 = Rp 1.600.000.-
- Tahun IV      = 2/15 x Rp 8.000.000 = Rp 1.066.667,-
- Tahun V        = 1/15 x Rp 8.000.000 = Rp    533.333,-
Jumlah                                                      Rp 8.000.000.-
Jadwal penyusutan yang didasarkan pada metode jurnlah angka tahunan seperti terlihat dalarn Tabel III-6 berikut:
Jadwal Penyusutun Atas Dasar Angka Tahnan
(dalam Rp)
Tahun
Penyusutan
Tahun
Jumlah
Penyusutan
Nilai
Aset

0
1
2
3
4
5

-
2.666.667
2.133.333
1.600.000
1.066.667
533.333

-
2.666.667
4.800.000
6.400.000
7.466.667
8.000.000

10.000.000
8.333.333
5.200.000
3.600.000
2.533.333
2.000.000
·         Metode Presentase
Metode penyusutan yang didasarkan metode persentase terdiri dari metode pcnyusutan persentase rata-rata dan metode pcnyusutan persentase tetap.
1.      Metode Penyusutan Persentase Rata-Rata
Jumlah penyusutan yang didasarkan pada metode penyusut persentase rata-rata adalah hasil pembagian dan nilai iset yang dinih dalarn keadaan baru (100%) dengan umur ekoriomis dan aset. Apabila harga belI aset seharga 10 juta rupiah dengan umur ekonornis se1ama 5 tahun. maka besamya pcnyusutan tahunan adalah sebesar l00%. 5 = 20%. Untuk rnembeli aset baru pada masa yang akan datang dengan harga yang lebih mahal, baik sebagai akibat tingka inflasi maupun akibat perubahan teknologi maka persentase penyusutan rata-rata ditingkatkan dengan cara kelipatan dua. Berdasarkan pada penjelasan ini, jurnlah penyusutan setiap tahun dihitung sebagal berikut.
- Tahun I         = 40% x Rp 10.000.000                      = Rp 4.000.000
   Rp 10.000.000 - Rp 4.000.000        = Rp 6.000.000.
- Tahun II        = 40% x Rp 6.000.000                        = Rp 2.400.000.-
   Rp 6.000.000 - Rp 2.400.000          = Rp 3.600.000.-
- Tahun Ill       = 40% x Rp 3.600.000                        = Rp 1.440.000.-
   Rp
3.600.000 - Rp 1.440.000          = Rp.2.160.000.-
- Tahun IV      = 40% x Rp. 2.160.000                       = Rp.    864.000-
   Rp 2.160.000
- Rp 864.000             = Rp. 1.296.000-
- Tahun V        = 40% x Rp 1.296.000                        = Rp.    518.400.-
   Rp 1.296.000
- Rp 518.400                         = Rp.    777.600.-
Jadwal Penyusutar den gan Menggunakan
Metode Persentase Rata-Rata (dalam Rp)
Tahun
Penyusutan
Tahun
Jumlah
Penyusutan
Nilai
Aset

0
1
2
3
4
5

-
2.400.000
1.440.000
   864.000
   518.400
   518.400

-
4.000.000
6.400.000
7.840.000
8.704.000
9.222.000

10.000.000
  6.000.000
  3.600.000
  2.160.000
  1.296.000
    777.600
2.      Metode Persentase Tetap
Perhitungan yang digunakan untuk menentukan jumlah penyusutan secara persentase tetap dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
r = 1 -                                 …………………………..(3-2)
dimana :          r
= Dasar penyusutan dan asset
S = Nilai sisa
n = Jumlah masa usia ekonomis dan aset
B = Harga bell aset (original cost)
Kembali pada contoh sebelumnya, apabila harga beli aset Rp 10.000.000,- dengan nilai sisa Rp 2.000.000,- dan umur ekonomis 5 tahun, maka besarnya persentase penyusutan:
r = 1 -  
r = 1 – (0,2) 1/5
r = 1 – (0,72477966)
r = 0,27522034 = 27,522034 %

Untuk menghitung jumlah penyusutan tahunan:
- Tahun I         = 10.000.000 x 0,27522034    = Rp 2.752.203,-
= 10.000.000 - 2.752.203        = Rp 7.247.796.-
- Tahun II        = 7.247.796 x 0,27522034      = Rp 1.994.741,-
= 7.247.796 - 1.994.741          = Rp 5.253.055,-
- Tahun III      = 5.253.055 x 0,27522034      = Rp 1.445.748,-
= 5.253.055 - 1.445.748          = Rp 3.807.307,-
- Tahun IV      = 3.807.307 x  0,27522034     = Rp 1.047.848,-
= 3.807.307 - 1.047.848          = Rp 2.759.459,-
- Tahun V        = 2.759.459 x 027522034       = Rp 759.459,-
= 2.759.459 - 759.459             = Rp 2.000.000,-
Jadwal Penyusulan yang Didasarkan pada
Metode Persentase Tetap (dalam Rp)
Tahun
Penyusutan
Tahun
Jumlah
Penyusutan
Nilai
Aset

0
1
2
3
4
5

-
2.752.203
1.994.741
1.445.748
     1.047.848
   759.459

-
2.752.203
4.746.944
6.192.692
7.240.540
8.000.000

10.000.000
  7.247.787
  5.253.056
  3.807.308
  2.759.460
  2.000.000
3.      Metode Penyusutan Gabungan
Apabila aset yang disusut lebih dan satu, rnempunyai umur ekonomis yang berbeda dan harga beli serta scrap value yang bc.rbeda pula, biasanya dalam perhitungan penyusutan dilakukan dengan metode penyusutan gabungan.
Contoh 4 :
Sebuah perusahaan rnempunyai 3 buali mesin, mesin I harga belinya Rp 10.000.000,-, mesin II Rp 7.000.000,-, dan mesin Ill harga belinya Rp 5.000.000,-. Umur ekonomis mesin I, II, dan III masing-masing 5 tahun, 4 tahun, dan 10 tahun. Scrap value dar’ !cetiga mesin tersebut diduga Rp 2.000.000,-, Rp 1.000.000,-, dan mesin ketiga Rp 400.000,-. Jelasnya seperti terlihat dalam Tabel III-9 berikut:
Harga Beli, Umur Ekonomis, dan Nilai sisa
dari 3 Mesin
Mesin
Harga
Beli
(Rp)
Scrap
Value
(Rp)
Jumlah
Penyusutan
(Rp)
Umur
Mesin
(Tahun)
Penyusutan
Tahunan
(Rp)
A
B
C
10.000.000
7.000.000
5.000.000
2.000.000
1.000.000
400.000
8.000.000
6.000.000
4.600.000
5
4
10
1.600.000
1.500.000
460.000
Jml
22.000.000
3.400.000
18.600.000
19
3.560.000


Tidak ada komentar: