TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH : ANALISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK
TIME
VALUE
OF
MONEY
RAHMA NINGSI
I 111 12 295
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
NILAI
WAKTU UANG
Nilai waktu uang merupakan konsep sentral dalam
manajemen keuangan. Pemahaman nilai waktu uang sangat penting dalam
studi manajemen keuangan. Banyak keputusan dan teknik dalam manajemen
keuangan yang memerlukan pemahaman nilai waktu uang. Biaya modal,
analisis keputusan investasi (penganggaran modal), analisis alternatif dana,
penilaiansurat berharga, merupakan contoh-contoh teknik dan analisis yang
memerlukan pemahaman konsep nilai waktu uang.
Coba dengarkan para ibu tatkala mengobrol. Pasti ada
yang mengeluh harga pangan naikterus. Dari hari ke hari, semuanya menjadi lebih
mahal. Hampir tidak ada yang mengatakan harga barang turun, kecuali
harga BBM yang naik-turun setahun belakangan.
Lalu
apa masalahnya? Apakah itu terjadi karena pendapatan tidak meningkat?
Jika dicermati lebih jauh, para ibu itu sesungguhnya
tidak mengalami penurunan pendapatan. Uang gaji yang diserahkan para suami
untuk dikelola sebagai anggaran belanja rumah tangga umumnya tidak berkurang.
Tetapi, daya beli uang itu yang menurun.
Ada yang mengatakan naiknya harga disebabkan pasokan
barang mulai langka. Di sisi lain, permintaan terhadap barang relatif tetap
sehingga harga pun meningkat. Inilah yang disebut inflasi berkategori demand
pull, atau naiknya permintaan terhadap barang, sementara pasokan tetap.
Memang ada juga penyebab harga barang itu sendiri
yang meningkat karena biaya produksi membesar. Ini disebut cost push inflation.
Masalahnya, bagaimana caranya agar daya beli masyarakat tetap ada, mampu
membeli barang dan daya beli uang tidak merosot?
Sebagian kalangan mengatakan, dana yang belum
dibelanjakan sebaiknya ditabung, jangan dipegang tunai, dan untuk berbelanja
cukup membawa kartu debit yang otomatis akan mengurangi nilai tabungan di bank.
Ini benar.
Apakah menempatkan uang sepenuhnya dalam bentuk
tabungan merupakan jalan keluar? Tidak juga. Kalau tujuan penempatan dana
tabungan di bank semata-mata untuk berjaga-jaga dan memudahkan pengelolaan
likuiditas, pilihan itu benar. Tetapi, kalau penempatan dana dimaksudkan
sebagai investasi, agaknya perlu direnungkan lagi karena uang Anda tidak
akanbertambah.
Nilai uang yang ada dalam bentuk tabungan malah akan
tergerus dimakan inflasi jika tingkat bunganya di bawah laju inflasi. Jadi,
kalau tahun lalu dana yang ada di bank, katakanlah Rp 100 juta, lalu tabungan
tersebut diberikan bunga 5% dan kemudian laju inflasi 8%, maka nilai riil uang
di tabungan sebenarnya sudah turun 3%. Dengan kata lain, daya beli uang
tersebut juga menurun sebesar itu. Padahal, dana Anda tetap Rp 100 juta, bahkan
ditambah bunga 5 persen, maka dana plus bunga menjadi Rp 105 juta, tetapi nilai
riilnya sudah turun menjadi Rp 97 juta. Inilah yang disebut nilai waktu uang. Konkretnya,
jika pendapatan Anda tetap, tetapi ketika digunakan membeli barang harga barang
terasa semakin mahal, maka itu bukanlah karena barangnya mahal, melainkan
karenanilai uang Anda semakin menurun. Lantas bagaimana solusinya.
Konsep
nilai waktu uang
(time value of money concept) merupakan konsep yang
dipahami sebagian besar orang di dunia. Teorinya: uang yang ada sekarang lebih
tinggi nilainya dibandingkan jumlah yang sama dimasa depan. Sebagai contoh:
uang sejumlah Rp 6.000,00 sekarang dapat membeli satuliter beras kualitas
sedang. Namun, uang sejumlah tersebut diatas tidak dapat membeli satu liter
beras pada tahun depan, mungkin 0,9 liter. Disini terlihat bahwa secara
kualitas, nilaiuang tergerus seiring dengan jalannya waktu. Tergerusnya nilai
uang tersebut disebut sebagai inflasi.
Inflasi muncul melalui banyak sebab. Dari sudut
makro ekonomi, inflasi bisa berarti kabar yang baik (pada batasan tertentu).
Jika pengangguran menurun, artinya banyak orang menerima penghasilan, artinya
pula ada banyak uang yang beredar di pasar. Selaras dengan hukum penawaran dan
permintaan, maka saat daya beli meningkat (karena orang-orang menerima
penghasilan) maka harga-harga biasanya ikut naik. Kenaikan harga tersebut sudah
kita pahami sebelumnya sebagai inflasi. Maka jelas inflasi (sekali lagi pada
batas tertentu) merupakan salahsatu indikator menurunnya pengangguran.
Inflasi merupakan salahsatu konsekuensi dari
perkembangan perekonomian. Yang harus diperhatikan dari inflasi adalah: apakah
kenaikan harga (inflasi) tersebut didukung oleh daya beli seseorang (secara
kualitatif)? Mari kita biarkan dahulu tentang masalah ini kepada penentu kebijakan
Tujuan dari rencana keuangan adalah untuk mencapai
keadaan perekonomian seseorang seperti yang ditargetkan sebelumnya. Maka dalam
merencanakan keuangan penting kita ketahui bahwa inflasi merupakan bagian yang
inheren pula dari setiap tindakan/keputusan keuangan yang diambil. Misalnya
dalam keputusan memilih investasi : jangan sampai pengorbanan sekarang yang
kita lakukan, alih-alih mendapat nilai tambah, akhirnya justru menurun.
Pemahaman konsep nilai waktu uang diperlukan oleh
manajer keuangan dalam mengambil keputusan ketika akan melakukan investasi pada
suatu aktiva dan pengambilan keputusan ketika akan menentukan sumber dana
pinjaman yang akan dipilih.
Suatu jumlah uang tertentu yang diterima waktu yang
akan datang jika dinilai sekarang makajumlah uang tersebut harus didiskon
dengan tingkat bunga tertentu (discount factor).
Suatu jumlah uang tertentu saat ini dinilai untuk
waktu yang akan datang maka jumlah uang tersebut harus digandakan dengan
tingkat bunga tertentu ( Compound factor)
Cara
mengatasi penurunan nilai uang
Mengatasi penurunan nilai uang karena tergerus
inflasi dan dimakan waktu adalah dengan membuat uang tersebut produktif dan
atau memberi imbal hasil melebihi laju inflasi.
Cara paling efektif adalah menginvestasikan dana
tersebut agar menghasilkan imbal hasil di atas laju inflasi sehingga nilai uang
Anda relatif tetap atau bahkan bisa bertambah.
Kalau semua dana dimasukkan dalam investasi yang
memberi imbal hasil lebih besar dari lajuinflasi, bagaimana dengan dana
kebutuhan sehari-hari?Tentu saja, kebutuhan dana sehari-hari bisa ditempatkan
di bank yang besarnya sekadar untuk berjaga-jaga, sementara untuk belanja
bulanan bisa menggunakan kartu kredit yang ketika tagihannya jatuh tempo Anda
bayar penuh sehingga tidak dibebani bunga kredit.
Dengan pola semacam ini, dana Anda bisa ditempatkan
pada deposito berjangka 1 bulan yang bunganya lebih tinggi dari bunga tabungan.
Dana Anda akan mendapat imbal hasil cukup tinggi dan bisa di atas laju inflasi.
Di sisi lain, pengaturan uang tunai Anda
juga akan bagus sebab belanja rumah tangga bisa dilakukan sekali sebulan, pakai
kartu kredit, dan dibayar lunas pada awal bulan berikutnya.
Itu baru dalam konteks nilai waktu uang dikaitkan
dengan belanja sehari-hari yang notabene bersifat jangka pendek.
Jangka
panjang
Bagaimana jika nilai waktu uang dilihat dalam
perspektif jangka panjang? Di sinilah makna nilai waktu uang akan sangat
terasa. Umpamakan 10 tahun lalu Anda berinvestasi Rp 1 juta rupiah per bulan.
Lalu teman Anda menginvestasikan Rp 1,1 juta rupiah per bulan. Perbedaan nilai
uangnya hanya 10 persen, tetapi dampak terhadap hasil bisa sangat luar biasa.
Tidak percaya? Lihat hitungan berikut.
Katakanlah uang Rp 1 juta itu ditempatkan dalam
bentuk deposito berjangka dan mendapat bunga 10% per tahun. Maka, pada tahun
kedua, total dana menjadi Rp 1,1 juta dan tahun berikutnya menjadi Rp 1,21
juta.
Sementara itu, teman Anda dengan dana awal Rp 1,1
juta, pada tahun kedua dananya menjadi Rp 1,21 juta dan tahun berikutnya
menjadi Rp 1,33 juta.
Bayangkan jika pokok yang ditambah bunga tersebut
kemudian diinvestasikan terus-menerus dalam waktu 10 tahun. Awalnya, perbedaan
dana Anda dengan teman hanya Rp 100.000, tetapi dalam 10 tahun kemudian
perbedaannya sudah sangat besar.
Ringkasnya, nilai waktu akan uang menjadi berarti
jika Anda menginvestasikan dana Anda lebih besar dalam dalam kurun waktu
panjang.
Investasi
dan biaya-biaya dalam investasi
Nilai uang yang sekarang tidak akan sama dengan
nilai di masa depan. Ya, Ini berarti uang yang saat ini kita pegang lebih
berharga nilainya dibandingkan dengan nilainya nanti di masa mendatang.
Coba bayangkan ketika anda memiliki uang satu juta
rupiah di tahun 1970. Dengan uang sebesar itu anda sudah bisa hidup mewah
bagaikan milyuner di masa kini. Tahun 1990 uang satu juta sudah mengalami
penurunan namun nilai wah dari uang satu
juta masih termasuk lumayan dan dapat menghidupi keluarga secara wajar.
Namun uang satu juta di masa sekarang jelas sudah
tidak ada apa-apanya. Orang yang kaya di jaman dulu disebut juga dengan sebutan
jutawan, namun kini sebutan tersebut perlahan menghilang dan digantikan dengan
sebutan milyuner.
Jika kita melakukan investasi, maka konsep nilai
waktu uang harus benar-benar dipahami dan dimengerti sedalam mungkin. Jangan
sampai kita tertipu oleh angka-angka yang fantastis,namun di balik angka yang
besar itu kenyataannya justru kerugian yang kita dapatkan.
Contoh kasusnya adalah jika kita berinvestasi 10
juta rupiah untuk jangka waktu 20 tahun dengan total pengembalian atau return sebesar
50 juta rupiah. Jika kita lihat dari nilai sekarang 50 juta adalah angka yang
fantastis dibandingkan dengan 10 juta. Namun setelah 20 tahun berikutnya belum
tentu nilai 50 juta lebih baik dibandingkan dengan nilai 10 juta saat ini.
Selain inflasi kita harus memperhatikan biaya-biaya
yang mungkin muncul dalam investasi kita. Seperti yang kita ketahui, sering
instrumen yang kita gunakan dalam investasi memerlukan biaya-biaya dalam
pengelolaan/penguasaannya. Terhadap biaya-biaya tersebut maka kita harus
sedikit meluangkan waktu dalam menghitungnya. Tidaklah rumit dalam menghitungnya,
hanya memerlukan sedikit perhatian saja dan hasilnya akan membuat Anda tersenyum.
Terkadang biaya-biaya muncul tidak hanya diawal
investasi. Ada beberapa biaya yang muncul selama kita menguasai investasi
tersebut, contohnya: Pajak Bumi Bangunan (untuk investasi berupa properti),
Zakat (bagi seorang muslim wajib berzakat bila memiliki emas), dll.
Yang ingin dicapai dalam menghitung segala
biaya-biaya terkait investasi adalah kita memastikan bahwa tidak terjadi
kesulitan pembiayaan dimasa mendatang. Kita tidak menginginkan jika kita sampai
kesulitan membayar biaya-biaya yang sifatnya rutin selama investasi tadi kita
kuasai.
Selain itu terjadi kemungkinan kita bisa menghilangkan
biaya-biaya yang tidak perlu jika kita menaruh perhatian secara komprehensif
akan investasi kita. Kita harus mengenal diri kita sendiri dengan baik maka
kita akan mampu menghadapi/menyikapi keadaan apapun.
Metode
– metode nilai waktu uang :
·
Metode average rate of return
Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan yang
diperoleh suatu investasi atau LABA / INVESTASI
Jika
average rate of return lebih tinggi dari laba yang diharapkan → layak
Kelemahan metode ARR : Mengabaikan
nilai waktu uang
·
Metode payback period
Mengukur seberapa cepat investasi itu kembali
Kriteria penilaian
investasi : Semakin cepat semakin baik
KelemahanMetode payback
period :
1. Mengabaikan
nilai waktu uang
2. Mengabaikan
CF setelah investasi kembali
·
Metode net present value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih Jika NPV + → layak
·
Metode profitability index (PI)
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai
sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang
investasi
Jika
PI lebih dari 1 →
layak
·
Metode internal rate of return
(IRR)
Tingkat discount faktor yang menyamakan nilai
sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan
datang
Jika
IRR > tk bunga atau laba yang disyaratkan → layak .
Konsep
Anuitas
Anuitas adalah merupakan satu arus (stream) kas yang
tetap setiap periodenya. Beberapa contoh dari perhitungan anuitas dalam
keuangan individu, misalnya cicilan bulanan kredit mobil atau rumah dan
pembayaran biaya kontrak rumah bulanan.
Arus kas ini bisa merupakan arus kas masuk sebagai
pengembalian atas investasi maupun arus keluar yang dialokasikan sebagai tujuan
investasi.
Nilai masa depan anuitas memberikan nilai dari
sebuah perencanaan tabungan yang dilakukan secara tetap baik besaran dan
waktunya selama jangka waktu tertentu. Misalkan Anda memutuskan untuk
menyisihkan atau menabung sebesar Rp 5 juta setiap akhir tahun selama 30 tahun
untuk persiapan dana di saat Anda pensiun. Dengan asumsi bunga yang bisa
didapat adalah sebesar 12 persen per-tahun, berapa jumlah dana yang terkumpul
setelah 30 tahun?
Perhitungan ini dapat dilakukan dengan Rumus dari
nilai masa depan Anuitas:
FVA={Ax[(1+i)n-1]}/i
Menghitung dengan rumus diatas maka kita mendapatkan
jumlah dana setelah 30 tahunsebesar Rp 1,206,663,422. Perhatikan, bahwa dana
yang Anda investasikan selama 30 tahun hanya sejumlah Rp 150 juta (Rp 10 juta x
30 tahun). Selisih nilai sebesar Rp 1,056,663,422 merupakan bunga yang didapat
dari hasil perhitungan bunga berbunga selama 30 tahun. Bukan main bukan dampak
waktu terhadap uang yang Anda miliki.
Nah kembali ke contoh diatas, dimana Anda
membutuhkan dana sebesar Rp 1 miliar untuk kebutuhan masa pensiun dan Anda
masih memiliki waktu selama 30 tahun, berapa besar tabungan yang harus
disisihkan setiap tahunnya selama 30 tahun? Asumsi bunga adalah 12 %.
Disini tujuan yang ingin kita capai adalah Rp 1
miliar. Nilai ini adalah FVA — nilai masa datang yang ingin dicapai. Kemudian
tingkat suku bunganya adalah 12% (i). dan jangka waktu (n) adalah 30 tahun,
jadi berapa besar yang harus ditabung ? Anda bias menggunakan rumus seperti
diatas,
FVA = {A x [(1+i)n-1]}/i, dimana :
FVA
= nilai masa depan yang ingin dicapai
A
= tabungan yang harus dialokasikan
i
= bunga yang dipakai sebagai perhitungan
n
= jangka waktu investasi atau tabungan.
Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai
sebesar Rp 4,143,658 yang harus ditabung selama 30 tahun untuk mencapai target
nilai investasi sebesar Rp 1 miliar. Sebenarnya Anda hanya perlu menabung
sebesar kurang lebih Rp 345,304 setiap bulannya atau Rp 11,510 perharinya.
Tentunya Anda sanggup menabung sebesar Rp 12,000 perharinya dimana nilainya sebanding
dengan membeli cappuccino di sebuah kafe terkenal di Jakarta.
Bagaimana apakah Anda masih tidak percaya? Inilah
konsep nilai waktu uang yang harus Anda perhatikan. Semakin panjang waktu yang
dimiliki semakin kecil besar tabungan yang harus disisihkan bila hal lain
dianggap tetap.
Bila target nilai yang ingin dituju adalah Rp 1
miliar untuk kebutuhan masa pensiun nanti maka menabunglah sebasar Rp 4,143,658
setiap tahun selama 30 tahun dengan bunga 12 persen per tahunnya.
Sementara itu, nilai tunai (nilai saat ini) dari
sejumlah anuitas (PVA) merupakan kebalikan dari FVA, dimana :
PVA={Ax(1-[1/(1+i)n])}/i.
Dimana i adalah tingkat suku bunga dan n adalah
jangka waktu pembayaran. Jika diperhitungkan dari contoh diatas, maka PVA= {Rp
4,143,658 x (1-[1/(1,12)30])}/ 0,12 = Rp 33,377,924. Logikanya seperti ini,
dengan jumlah dana sebesar Rp 33,377,924 yang Anda tempatkan saat ini selama 30
tahun kedepan dengan bunga 12 peren per tahun maka nilai investasi ini akan
berjumlah Rp 1 miliar (sama dengan perhitungan bila Anda menyisihkan Rp 4,143,658
per tahun selama 30 tahun dengan bunga 12 persen pertahun).
Dengan dimengerti konsep nilai waktu uang ini maka
Anda bisa mempraktekkannya kedalam perencanaan keuangan yang Anda kembangkan.
Dengan mengetahui nilai tujuan keuangan masa depan,
Anda dapat menghitung berapa besar tabungan yang harus Anda sisihkan guna
mencapai tujuan tersebut. Dengan menghitung tabungan yang besarnya tidak
terlalu mengagetkan (Rp 12,000 per hari) membuat Anda juga termotivasi untuk
mencapai apa yang Anda inginkan.
Konsep bunga berbunga atau bunga majemuk dengan
penekanan pada anuitas sangatlah penting untuk dipahami oleh semua individu
karena memberikan suatu alternatif perhitungan investasi guna mencapai tujuan
keuangan yang diinginkan.
Penjelasan
Annuity
Annuity adalah suatu rangkaian pembayaran uang dalam
jumlah yang sama yang terjadi dalam periode waktu tertentu.
Anuitas nilai sekarang adalah sebagai nilai anuitas
majemuk saat ini dengan pembayaran atau penerimaan periodik dan sebagai jangka
waktu anuitas.
PVAn
= A1 [(S (1+i) n ] = A1 [ 1 – {1/ (1+ i)n /i } ]
Anuitas nilai masa datang adalah sebagai nilai
anuaitas majemuk masa depan dengan pembayaran atau penerimaan periodik dan n
sebagai jangka waktu anuitas.
FVAn
= A1 [(S (1+i) n – 1 ] / i
Dimana
:
A1 : Pembayaran atau penerimaan setiap periode
Konsep
nilai mata uang
A.
FUTURE VALUE
1.
Nilaimasa mendatang untuk aliran kas tunggal
Jika kita memperoleh uang Rp 1.000,- saat ini dan
kemudian menginvestasikan pada tabungan dengan tingkat bunga 10 %, berapa uang
kita 1 tahun mendatang ?
Hal
ini dapat bisa di hitung dengan rumus :
FV = PO + PO ( r
)
= PO + ( 1 + r )
FV
= Nilai Masa Mendatang
PO
= Nilai Saat Ini
r
= Tingkat Bunga
Jadi
FV1 = 1.000 ( 1 + 0,1 )
=
1.100
Jika
periode investasi tidak hanya 1 tahun tapi beberapa tahun maka rumusnya :
FVn
= PVo ( 1 + 0,1 )
FVn
= Nilai Masa Mendatang
PVo
= Nilai Saat Ini
r
= Tingkat Bunga
n
= Jangka Waktu
Jadi
nilai mata uang yang tadinya 1.000 5 tahun mendatang FV5 = 1000 (1 + 0,1)5 =
1.610,51
Sedangkan proses menanamkan uang ke bank dengan
tingkat bunga tertentu selama periode tertentu disebut proses pergandaan.
Contoh : kita menabung awal tahun Rp 1.000 dengan tawaran bunga 10% per tahun,
dan di gandakan setiap 6 bulan,bisa di hitung dengan rumus
FVn
= PVo (1 + n/k )kn
K
= frekuensi penggandaan
FV1
= 1.000 (1 + 0,1 / 2)2 .1 = 1.102,5
FV2
= 1.000 ( 1 + 0,1 / 2 ) = 1.215,51
Sedangkan
bila kita secara kontinu
FVn
= PVo x e r . t
E
2,71828
Jadi
misal Rp 1.000 kita gandakan secara kontinu, selama 1 dan 2 tahun maka, nilai
padaakhir tahun pertama dan kedua.
FV1
= 1.000 x (2,71828)0,1 .1 = 1.105,7
FV2
= 1.000 (2,71828)0,1x2 = 1.221,4
Future
Value Annuity (nilai masa mendatang untuk seni pembayaran)
Misal kita memperoleh Rp 1.000 pertahun selama 4x,
uang yang diterima pada akhir tahun, berapa nilai masa mendatang jika tingkat
bunga 10% ?
FVn
= X [(1 + r)n - 1] /r
X
= Jumlah pembayaran kas untuk setiap periode
r
= Tingkat bunga
n
= Jumlah periode
Jadi
uang kita pada akhir tahun
FV4
= 1.000 [ ( 1 + 0,1 )4 – 1 ] / 0,1 = 4.641
Aliran kas juga bisa di bayarkan setiap awal tahun.
Contoh : Rp 1.000 yang akan kita terima selama 4x di bayarkan setiap 4 tahun
dengan tingkat bunga 10%. Berepa nilai masa mendatang ?
FVna
= X [{( 1 + r )n – 1 }/r ] (1 + r)
FVna
= Future Value Annuity Due
n
= Jumlah Periode
z
= Jumlah pembayaran kas untuk setiap periode
FV4
= 1.000 [{(1 + 0,1)4 - 1}/r ] (1 + 0,1 ) = 5.105
B.
PRESENT VALUE (Nilai Sekarang)
1.
Nilai sekarang untuk aliran kas tunggal.
Nilai sekarang merupakan kebalikan nilai kemudian.
Apabila dalam nilai masa mendatangkita melakukan pergandaan, dalam present
value kita melakukan proses pendiskontoan.
FVn
= PVo ( 1 + r )n
FVn
= nilai kemudian
PVo
= nilai sekarang
Jadi
PVo = FVn / [( 1 + r )n ]
Misalkan kita mempunyai kas Rp 1.000 satu tahun
mendatang Rp 1.121 dua tahun mendatang dan 1.610,51 lima tahun mendatang.
Berapa nilai sekarang dari masing-masing kas tersebut jika tingkat diskonto 10%
?
PV1
= = 1.000
PV2
= = 1.000
PV5
= = 1.000
Misalkan proses pendiskontoan dilakukan 1 tahun 2x
dengan tingkat diskonto 10% per tahun berapa nilai sekarang aliran kas sebesar
Rp 1.100 yang akan kita terima 1 tahun mendatang ? berapa nilai sekarang aliran
kas sebesar Rp 1.610,5 yang akan kita terima 5 tahun mendatang ?
PVo
= FVn [1 + (r/k)]n . k
PV1
= 1.100 / [1 + (0,1 / 2)1 . 2 = 997,73
PV5
= 1.610,5 / [1 + (0,1 / 2)5x2 = 988,71
Dan
jika pergandaanya secara kontinu
PVo
= (FVn /er x T )
e
= 2,71818
PV1
= 1.100 / (2,71828)0,1 x 1 = 904,84
PV5
= 1.1610,5 / (2,71828)0,1 x 5
2.
Nilai sekarang untuk seni pembayaran kas (Annuity)
a.
Nilai
sekarang untuk periode terbatas.
Contoh
: kita akan menerima pembayaran sebesar Rp 1.000 per tahun mulai akhir tahun
ini tahun ke I ) selama 4x. berapa nilai sekarang dan aliran kas tersebut jika
tingkat diskonto 10% ?
PV
= [ C – C / (1 + r)n]r
C
= aliran kas per periode
r
= tingkat diskonto
n
= jumlah periode
PV
= PV aliran kas mendatang
PV
= [1.000 – 1.000 / (1 + 0,1)4] / 0,1
=
1.000 – 683,0135 / 0,1
=
3.169,9
Ketika kas dibayar awal periode dengan perhitungan
akan menerima Rp 1.000 per tahun selama 4 tahun maka present value aliran kas
tersebut.
PV
= [{C – (C / (1 + r)n )} / r ] (1 + r)
PV
= [{1.000 –1.000 (1 + 0,1)4 )} / 0,1 ] (1 + 0,1)
=
3.486,9
Jadi
nilai kas 3.486,9, yang dibayar pada awal periode.
b.
Nilai
sekarang untuk kas yang tidak sama besarnya.
Dalam beberapa situasi kita akan menerima kas yang
besarnya tidak sama untuk setiap periode. Misalkan kita akan menerima kas
selama 4 tahun besarnya Rp 1.000, Rp 1.500, Rp 2.000 dan Rp 3.000 untuk tahun
1,2,3 dan 4. Pembayaran kas Dilakukan pada akhir periode berapa nilai kas
tersebut saat ini ?
PV
= + + +
=
5.700,4
c.
Nilai
sekarang untuk periode tidak terbatas.
PV
= C / r
C
= Aliran Kas
r
= Tingkat Diskonto
d.
Nilai
sekarang yang tidak terbatas, aliran kas tumbuh dengan tingkat pertumbuhan
tertentu.
Contoh : suatu saham membagikan deviden pada awal
tahun sebesar Rp 1.000. perusahaan tersebut akan meningkatkan deviden sebesar
5% per tahun untuk periode tidak terhingga dengan tingkat diskonto 5%. Berapa
PV ?
PV
= dengan asumsi r > 9
PV
=
=
21.000
BUNGA
SEDERHANA
Bunga yang dibayarkan hanya pada pinjaman atau
tabungan atau investasi pokoknya saja.
FVn
= Po [ 1 + (i) (n) ]
BUNGA
MAJEMUK
Bunga yang dibayarkan (dihasilkan) dari pinjaman
(investasi) ditambahkan terhadap pinjaman pokok secara berkala.
FVn
= Po ( 1 + i ) n
Dimana
: FVn = future value tahun ke-n
Po = pinjaman atau
tabungan pokok
i = tingkat suku bunga/
keuntungan disyaratkan
n = jangka waktu
TEKNIK-TEKNIK PENYUSUTAN
Teknik penyusutan pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Metode rata-rata.
2. Metode bunga majemuk.
3. Metode
penurunan.
4. Metode penyusutan gabungan.
Pemilihan salah satu dan metode diatas, sangat tergantung
pada penyusun studi kelayakan bisnis dan jenis aset, di samping keinginan dan
pimpinan proyek. Namun demikian, berdasarkan kebiasaan dan proyek yang
dikembangkan, apabila kegiatan usaha/proyek dalam skala yang relatif kecil
dengan umur ekonomis yang relatif singkat kecenderungan menggunakan metode
rata-rata Iebih ralistis dibanding dengan menggunakan metode bnga inajemuk.
Demikian pula halnya dengan proyek-proyek yang berskala besar seperti pabnk
semen, pabnk pupuk, pabrik besi, dan proyek yang berskala besar lainnya.
menggunakan metode bunga majemuk lebih baik daripada menggunakan metode
lainnya.
1.
Metode
Rata-rata
Metode rata-rata adalah salah satu cara yang dilakukan dalam penyusutan
aset dengan cara rata-rata. Metode ini dikelompokkan
atas 3 bagian, yaitu metode garis
lurus, metode jam kerja mesin,
dan metode yang didasarkan pada jumlah produksi.
Contoh 1:
Contoh 1:
Pimpinan sebuah
perusahaan yang bergerak dalam bidang pengangkutan membeli sebuah bus dengan harga 80 juta rupiah.
Berdasarkan pada pengalaman
sebagai pimpinan perusahaan, bus ini dapat
beroperasi secara ekonomis selama 5 tahun dan pada akhir tahun kelima, masih dapat dijual dengan harga 25 juta rupiah (scrap value). Berapakah jumlah
penyusutan yang harus dilakukan pada setiap akhir tahun selama 5 tahun dan
susunlah jadwal penyusutannya ?
1.1.1
Metode
Garis Lurus (Straight Line Method)
Jumlah
penyusutan tahunan.
P =
dimana : P = Jumlah penyusutan per tahun.
B = Harga bell aset (original cost)
S
= Nilai sisa (scrap value).
n = Umur ekonornis asel.
n = Umur ekonornis asel.
P
=
P = Rp 11.000.000.-
P = Rp 11.000.000.-
Penyusutan per tahun sebesar Rp 11 juta dan jumlah dana pada akhir tahun
kelima sebesãr Rp 80 juta, termasuk nilai sisa aset (scrap value)
sebesar Rp 25 juta.
Berdasarkan
pada cadangan dana ini, pimpinan perusahaan pada akhir tahun kelima telah dapat
mengganti bus lama dengan bus baru dengan menggunakan dana
penyusutanldepresiasi sebagai dana pengganti.
Seperti yang telah diuraikan sebeluninya,
dana depresiasi merupakan biaya
yang dibebankan pada konsumen
melalui harga pokok produksi.
Demikian pula dalain usaha pengangkutan, dana depresiasi dibebankan melalui harga tiket yang dijual pada
konsumen. Jumlah dana depresiasi dalam satu tahun sebesar Rp 11 juta atau setiap bulan sebesar Rp 916.667- daAl bla dihitung per han adalah sebesar Rp
30.556,-.
Apabila bus ini dalam satu hari dapat mengangkut rata-rata sebanyak 80 orang niaka beban biay depresiasi
pada setiap tiket yang dijual
dipertiltungican sebesar Rp 382,-
(lihat Tabel 111-1).
1.1.2
Metode
Jam Kerja Mesin (Service Hours Method)
Depresiasi
yang dihitung berdasarkan jumlaii jam keija
mesin, didasarkan pada jumlah jam kerja yang digunakan dalarn tahun bersangkutan.
Jadwal Penyusutan dengan Menggunakan
Metode Garis Lurus
Metode Garis Lurus
Akhir
Taliun (Rp) |
Penyusutan
Tahunan (Rp) |
Jumlah
Penyusutan (Rp) |
Nilai
Buku (Rp) |
0
1 2 3 4 5 |
-
11.000.000 11.000.000 11.000.000 11.000.000 11.000.000 |
-
11.000.000 22.000.000 33.000.000 44.000.000 55.000.000 |
80.000.000
69.000.000 58.000.000 47.000.000 36000.000 25.000.000 |
Contoh 2:
Harga
bei sebuah mesin Rp 20.000.000,- dan diperkirakan scrap value (nilai sisa)
sebesar Rp 2.000.000.-. Mesin mi secara teknis dapat bekerja secara efektif
selama 18.000 jam dengan usia ekonomis selama 5 tahun. Hitunglah jumlah
penyusutan tahunan berdasarkan pada jam kerja mesin dan susun pula jadwal penyusutan?
Jumlah
Penyusutan perjam ( j
) =
Di mana :
j = Jumlah jam kerja ekonomis.
J = = Rp. 1000
J = = Rp. 1000
Jumlah
penyusutan tahunan (P) tergantung pada jumlah jam kerja mesin yang digunakan
pada setiap tahun. Besar kccilnya jumlah jam kerja dalam satu tahun tergantung
pada rencana produksi yang direncanakan pada setiap tahun. Di dalam membuat
rencana produksi tahunan ada kecenderungan terhadap produk yang dihasilkan,
apabila produk yang dihasilkan belum dikenal konsumen, rencana produksi pada
tahun pertama relatif lebih kecil dan tanun-tahun berikutnya. Demikian pula
sebaliknya, apabila produk yang dihasilkan telah dikenal oleh konsumen dan
mempunyai pasaran yang luas bisa jadi rencana produksi pada tahun pertama lebih besar dan tahun-tahum berikutnya karena mesin masih dalam keadaan baru di samping tingkat kerusakan
masih relatif kecil. Berikut merupakan contoh perencanaan produksi terhadap
produk yang belum dikenal :
Rencana Produksi
:
Tahun I 10% = 1.800
jam
Tahun II 15%
= 2.700 jam
Tahun III 20%
= 3.600 jam
Tahun IV 25%
= 4.500 jam
Tahun V 30%
= 5.400 jam
Jumlah l00% = 18.000 jam
Penyusutan per
tahun:
Tahun I = 1.800 x Rp. 1000 = Rp
1.800.000,-
Tahun II = 2.700 x Rp. 1000 = Rp
2.700.000,-
Tahun III = 3.600 x Rp. 1000 = Rp
3.600.000,-
Tahun IV = 4.500 x Rp. 1000 = Rp 4.500.000,-
Tahun V = 5.400 x Rp. 1000 = Rp 5.400.000,-
Jadwal Penyusutan dengan
Menggunakan
Jam Kerja Mesin (dalam Rp)
Jam Kerja Mesin (dalam Rp)
Akhir Tahun
|
Penyusutan
(Rp) |
Jumlah
Penyusutan |
NiIai
Buku |
0
|
20.000.000
|
||
1
|
1.800.000
|
1.800.000
|
18.200.000
|
2
|
2.700.000
|
4.500.000
|
15.500.000
|
3
|
3.600.000
|
8.100.000
|
11.900.000
|
4
|
4.500.000
|
12.600.000
|
7.400.000
|
5
|
5.400.000
|
18.000.000
|
2.000.000
|
1.1.3
Metode
Jumlah Produk (Product Units Method)
Penyusutan yang dihitung berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan sama dengan
penyusutan yang menggunakan metode
jam kerja mesin. Besar kecilnya
jumlah penyusutan pada Setiap tahun
tergantung pada jumlah produk yang
diproduksi pada setiap tahun. Jumlahproduksi pada setiap tahun tergantung pada permintaan pasar serta
jenis barang yang dihasilkan. Apabila mesin A dapat memproduksi sebanyak 100.000 unit selama umur ekonomis
mesin 5 tahun, dengan B = 10
juta dan S = 2 juta, jumlah penyusutan per unit produk dihitung sebagai berikut:
P =
Dimana: U = Jumlah unit selama umur
ekonomis mesin.
Diketahui : B
= 10.000.000
S = 2.000.000,-
n =
5
U =
100.000 unit
P
= = Rp. 80
Besar kecilnya
jumlah penyusutan pada setiap tahun tergantung pada jumlah produk yang
diproduksi dalam tahun bersangkutan. Untuk menentukan jurnlah produksi juga
tidak terlepas dart permintaan pasar, dikenal atau tidak dikenalnya produk yang
dihasilkan, jenis barang yang diproduksi, dan adanya market space serta market
share yang dikuasai.
Contoh rencana produksi
dengan produk yang telah
dikenal.
Tahun I 25.000 unit = 25.000 x 80 = Rp 2.000.000.-
Tahun II 25.000 unit = 25.000 x 80 = Rp 2.000.000,-
Tahun III 20.000 unit = 20.000 x 80 = Rp 1.600.000.-
Tahun IV 15.000 unit = 15.000 x 80 = Rp 1.200.000,-
Tahun V 15.000 unit = 15.000 x 80 = Rp 1.200.000,-
Jumlah 100.000
unit Rp
8.000.000,-
Jadwal
penyusutan selama lima tahun dengan mengunakan
metode jumlah produk adalah seperti
terlihat dalam Tabel III-3 berikut (lihat halaman 48).
2. Metode Bunga Majemuk (Compound Interest
Method)
Penyusutan yang dilakukan
dengan menggunakan metode bunga majemuk
didasarkan pada tingkat biinga yang berlaku dalam masyarakat atau sering djsebut
depan opportunity cost of capital (0CC) sebagai biaya modal. Apabila
tingkat bunga yang berlaku dalam
masyarakat
Jadwal
Penyusutan dengan Menggunakan
Metode Jumlah Produk (Rp)
Metode Jumlah Produk (Rp)
Akhir Tahun
|
Penyusutan
(Rp) |
Jumlah
Penyusutan |
NiIai
Buku |
0
|
-
|
-
|
10.000.000
|
1
|
2.000.000
|
2.000.000
|
8.000.000
|
2
|
2.000.000
|
4.000.000
|
6.000.000
|
3
|
1.600.000
|
6.600.000
|
3.400.000
|
4
|
1.200.000
|
7.800.000
|
2.200.000
|
5
|
1.200.000
|
8.000.000
|
2.000.000
|
Jumlah
|
8.000.000
|
Sebesar 18% per tahun maka perhitungan penyusutan tahunan
didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku. Metode penyusutan yang didasarkan
pada bunga majernuk dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode
anuitas dan metode penyisihan dana yang sering disebut dengan sinking fund
method.
Metode anuitas sebenarnya identik dengan perhitungan annuity
yang didasarkan pada nilai aset atau original cost sebagal present value. Untuk
mengatasi harga, balk sebagal akibat kenaikan tingkat inflasi maupun sebagai
perubahan teknologi disediakan dana cadangan sebesar 18% dan nilal aset pada
setiap tahun. Sebaliknya dengan menggunakan metode penyisihan dana (sinking
fund method), sebenamya sama dengan melakukan deposito di bank pada setiap
tahun, dan pada akhir umu ekonomis aset dana im digunakan sebagai dana untuk
membeli aset baru.
Metode
Anuitas
Contoh 3:
Harga beli sebuah mesin
50 juta rupiah dengan scrap value diperkirakan sebesar 10 juta rupiah dan umur ekonomis aset selarna 5 tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar 18% per tahun. Berapa besar penyusutan tahunan yang harus dilakukan dengan menggunakan metode anuitas dan susunlah jadwal penyusutannya ?
Diketahui: B
= Rp 50.000.000 S = Rp
10.000.000
n = 5 I = 18%
n = 5 I = 18%
Untuk menentukan nilai
aset yang disusut perlu dihitung
present value dan scrap value dengan menggunakan formula sebagai
benkut:
Present value dati scrap
value:
P = S (1 + i) -n ……………….(2-7)
P = 10.000.000 (1 + 0,18) -5
P = 10.000.000 (0,43710922)
P = 4.371.092
P = S (1 + i) -n ……………….(2-7)
P = 10.000.000 (1 + 0,18) -5
P = 10.000.000 (0,43710922)
P = 4.371.092
Nilai aset yang disusut
An = B - P = 50.000.000 - 4.371092
An = B - P = 50.000.000 - 4.371092
= Rp 45.628.908,-
An = R . …………..…. (2-11)
An = R . …………..…. (2-11)
Penyusutan
per tahun dihitung sebagai berikut:
R = 45.628.908
R = 45.628.908 (0,31977784)
R = Rp 14.591.114,-
di mana: R = jumlah penyusutan per tahun.
R = 45.628.908
R = 45.628.908 (0,31977784)
R = Rp 14.591.114,-
di mana: R = jumlah penyusutan per tahun.
Nilai discount factor
daii perhitungan d atas dapat dilihat pada Lampiran 5
dengan n = 5 dan i = 18%.
Jurnlah penyusuUrn dalam saw tahun
adalah sebcsar Rp 14.59 1.114.- dengan jumlah nilai aset yang
dsusut sebesar Rp 45.628.908,- dan
nllai present value dan scrap
a1ue seliesar Rp 4.371.092,-. Jadwal penyusutan dengan mengg unakan metode anuitas adalah sebagai
berikut (lihat Tabel III-4).
Seperti terlihat dalarn tabel tersebut, jumlah penyusutan bersih selama 5 tahun adalah sebesar Rp 40.000.000,- dan 111141 sisa aset sebesar Rp 10.0O0.000- sehingga nilai depresiasi
ditarnhah nilai sisa pada akhir lahun kelirna sebesar Rp 50.000.000,-. lJntuk mengatas kenaikan harga dalam penggantian aset baru sebagai akibat tingkat inflasi
telah dicadangkan dana sebesar Rp 32.955.570-.
·
Metode Penyisihan Dana (Sinking Futid Method)
Penyusutan yang
dilakukan dcngan metode penyisihan dana, merupakan deposito yang dilakukan oleh
pemilik perusahaan pada setiap
Jadwal Penyusutan dengan Men ggunakan
Metode Anuitas (dalam Rp
Metode Anuitas (dalam Rp
(1)
Thn |
(2)
Penyusutan Per tahun (Rp) |
(3)
Bunga 18% (6) x (18%) |
(4)
Penyusutan Bersih (2)-(3) |
(5)
Jumlah Penyusutan (4)+(5) |
(6)
Nilai Sisa Aset (6)-(4) |
0
1
2
3
4
5
|
-
14.591.114
14.591.114
14.591.114
14.591.114
14.591.114
|
-
9.000.000
7.993.599
6.806.047
5.404.735
3.751.188
|
-
5.591.144
6.597.515
7.785.067
9.186.378
10.839.926
|
-
5.591.114
12.188.629
19.973.696
29.160.074
40.000.000
|
50.000.000
44.408.886
37.811.371
30.026.304
20.839.925
10.000.000
|
72.955.570
|
32.955.570
|
40.000.000
|
Akhir
tahun pada lembaga keuangan (bank). Besar kecilnya deposito yang dilakukan
tergantung pada besar kecilnya nilai aset, tingkat bunga, dan umur ekonomis
dari aset itu sendiri.
Dengan
demikian jumlah dana penyusutan yang disetor pemilik aset relatif lebih kecil
dan jumlah penyusutan yang seharusnya dan sisa dana penyusutan ditutupi dengan
jumlah bunga dan dana yang telah didepositkan.
Perhitungan
jumlah penyusutan yang hams dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan soal
di atas, dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Diketahui: Sn = B - S = 50.000.000 - 10.000.000 = Rp
40.000.000,-
n = 5 tabun dan i =
18%/tahun
R = Sn ………………………….. (2-12)
R = 40.000.000
R = 40.000.000
(0,139777837)
R = Rp. 5.591.113,-
Nilai
compounding factor Untuk
{i/(i+1)n-1)} dapat dilihat pada Lampiran 6 pada n=5 dan i=18%.
Jadwal penyusutan yang didasarkan pada penyisihan dana seperti terlihat dalam
Tabel III-5 berikut.
Seperti terlihat dalarn tabel tersebut, jumlah penyusutan pada setiap akhir
tahun dilakukan sebesar Rp 5.591.113,- ditambah dengan bunga uang dan hasil
penyetoran tahun sebelumnya. Berdasarkan pada perhitungan ini, jumlah bunga dan
deposito kumulatif bertambah lama bertambah besar, dengan demikian jumah
depresiasi penyusutan yang dilakukan pada setiap akhir tahun juga bertambah
lama bertambah besar.
Jadwal Penyusutan dengan
Menggunakan
Metode Penyisihan Dana (dalam Rp)
(1)
Thn |
(2)
Penyusutan Per tahun (Rp) |
(3)
Bunga 18% (6) x (18%) |
(4)
Penyusutan Bersih (2)-(3) |
(5)
Jumlah Penyusutan (4)+(5) |
(6)
Nilai Sisa Aset (6)-(4) |
0
1
2
3
4
5
|
-
5.591.113
5.591.113
5.591.113
5.591.113
5.591.113
|
-
-
1.006.400
2.193.954
3.393.267
5.248.814
|
-
5.591.113
6.597.513
7.785.066
9.186.380
10.839.927
|
-
5.591.113
12.188.626
19.973.692
29.160.073
40.000.000
|
50.000.000
44.408.887
37.811.374
30.026.308
20.839.928
1.000.000
|
27.955.564
|
12.044.436
|
40.000.000
|
Jumlah
dana yang dsetor selama 5 tahun sebesar Rp 27.955.564,-
dengan jumlah bunga dan setoran selama 5 tahun sebesar
Rp 12.044.436,- sehingga jumlah dana pada akhir tahun kelima sebesar
Rp 40.000.000,- dan scrap value dari aset sebesar Rp 10.000.000,-
Dengani demikian dapat membeli aset baru senilai Rp 50.000.000
dengan jumlah bunga dan setoran selama 5 tahun sebesar
Rp 12.044.436,- sehingga jumlah dana pada akhir tahun kelima sebesar
Rp 40.000.000,- dan scrap value dari aset sebesar Rp 10.000.000,-
Dengani demikian dapat membeli aset baru senilai Rp 50.000.000
3.
Metode
Penurunan
Penyusutan yang
dilakukan dengan menggunakan metode penuruflan adalah jurnlah penyusutan yang
dilakukan setiap tahun pada aset yang mengalami penurunan dan tahun ke tahun
sesuai dengan keadaan aset yang makm lama semakin tua. Cara penyusutan dengan
rnenggunakafl metode ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan metode jumlah angka tahunan yang sering disebut dengan sun of
years digit merhod dan dengan
menggunakan angka persentase.
·
Metode
Jumlah Angka Tahunan.
Jumlah dana penyusutan
yang harus dikeluarkan pada setiap tahun didasarkan pada jumlah angka tahunan dan urnur ekonomis
aset. Apabila sebuah aset mempuyai umur ekonornis selama 5
tahun, dengan original
cost (harga beli) aset
sebesar Rp 10.000.000,- dan scrap value diperhitungkan Rp 2.000.000,. maka bcsarnya jurnlah pcnyusutan pada setiap tahun dihitung sebagai berikut:
Jumlah angka tahunan :
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Nilai aset yang disusut:
(B-S) = 10.000.000 - 2.000.000 = Rp 8.000.000,-
Penyusutan setiap tahun
-
Tahun I =
5/15 x Rp 8.000.000 = Rp 2.666.667.-
-
Tahun II = 4/15 x Rp 8.000.000 = Rp 2.133.333-
-
Tahun III = 3/15 x Rp
8.000.000 = Rp 1.600.000.-
-
Tahun IV = 2/15 x Rp
8.000.000 = Rp 1.066.667,-
-
Tahun V = 1/15 x
Rp 8.000.000 = Rp
533.333,-
Jumlah Rp 8.000.000.-
Jadwal penyusutan yang didasarkan pada metode jurnlah angka tahunan seperti terlihat dalarn Tabel III-6 berikut:
Jadwal Penyusutun Atas Dasar
Angka Tahnan
(dalam Rp)
(dalam Rp)
Tahun
|
Penyusutan
Tahun
|
Jumlah
Penyusutan
|
Nilai
Aset
|
0
1
2
3
4
5
|
-
2.666.667
2.133.333
1.600.000
1.066.667
533.333
|
-
2.666.667
4.800.000
6.400.000
7.466.667
8.000.000
|
10.000.000
8.333.333
5.200.000
3.600.000
2.533.333
2.000.000
|
·
Metode
Presentase
Metode penyusutan
yang didasarkan metode persentase terdiri dari metode pcnyusutan
persentase rata-rata dan metode pcnyusutan persentase tetap.
1. Metode Penyusutan Persentase Rata-Rata
Jumlah penyusutan yang didasarkan pada metode penyusut
persentase rata-rata adalah hasil
pembagian dan nilai iset yang dinih dalarn keadaan baru (100%) dengan umur ekoriomis dan aset. Apabila harga belI aset seharga 10 juta
rupiah dengan umur ekonornis
se1ama 5 tahun. maka
besamya pcnyusutan tahunan adalah
sebesar l00%. 5 = 20%. Untuk rnembeli aset baru pada masa yang akan datang dengan
harga yang lebih mahal, baik sebagai akibat tingka inflasi maupun akibat perubahan teknologi maka persentase penyusutan rata-rata ditingkatkan dengan cara kelipatan
dua. Berdasarkan pada penjelasan ini, jurnlah penyusutan setiap tahun dihitung sebagal berikut.
- Tahun I =
40% x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000
Rp 10.000.000 - Rp 4.000.000 = Rp 6.000.000.
Rp 10.000.000 - Rp 4.000.000 = Rp 6.000.000.
- Tahun II =
40% x Rp 6.000.000 = Rp 2.400.000.-
Rp 6.000.000 - Rp 2.400.000 = Rp 3.600.000.-
Rp 6.000.000 - Rp 2.400.000 = Rp 3.600.000.-
- Tahun Ill =
40% x Rp 3.600.000 = Rp 1.440.000.-
Rp 3.600.000 - Rp 1.440.000 = Rp.2.160.000.-
Rp 3.600.000 - Rp 1.440.000 = Rp.2.160.000.-
- Tahun IV =
40% x Rp. 2.160.000 = Rp. 864.000-
Rp 2.160.000 - Rp 864.000 = Rp. 1.296.000-
Rp 2.160.000 - Rp 864.000 = Rp. 1.296.000-
- Tahun V =
40% x Rp 1.296.000 = Rp.
518.400.-
Rp 1.296.000 - Rp 518.400 = Rp. 777.600.-
Rp 1.296.000 - Rp 518.400 = Rp. 777.600.-
Jadwal Penyusutar den gan Menggunakan
Metode Persentase Rata-Rata (dalam Rp)
Tahun
|
Penyusutan
Tahun
|
Jumlah
Penyusutan
|
Nilai
Aset
|
0
1
2
3
4
5
|
-
2.400.000
1.440.000
864.000
518.400
518.400
|
-
4.000.000
6.400.000
7.840.000
8.704.000
9.222.000
|
10.000.000
6.000.000
3.600.000
2.160.000
1.296.000
777.600
|
2.
Metode Persentase Tetap
Perhitungan yang
digunakan untuk menentukan jumlah penyusutan secara persentase tetap dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut
:
r = 1 - …………………………..(3-2)
dimana : r = Dasar penyusutan dan asset
r = 1 - …………………………..(3-2)
dimana : r = Dasar penyusutan dan asset
S
= Nilai sisa
n = Jumlah masa usia ekonomis dan aset
B = Harga bell aset (original cost)
n = Jumlah masa usia ekonomis dan aset
B = Harga bell aset (original cost)
Kembali pada contoh sebelumnya, apabila harga
beli aset Rp 10.000.000,- dengan nilai sisa Rp 2.000.000,- dan umur
ekonomis 5 tahun, maka besarnya persentase penyusutan:
r = 1 -
r = 1 – (0,2) 1/5
r =
1 – (0,72477966)
r =
0,27522034 = 27,522034 %
Untuk menghitung jumlah penyusutan tahunan:
- Tahun I =
10.000.000 x 0,27522034 = Rp 2.752.203,-
= 10.000.000 - 2.752.203 = Rp 7.247.796.-
- Tahun II = 7.247.796 x 0,27522034 =
Rp 1.994.741,-
= 7.247.796 - 1.994.741 = Rp 5.253.055,-
- Tahun III = 5.253.055 x 0,27522034 = Rp 1.445.748,-
= 5.253.055 - 1.445.748 = Rp 3.807.307,-
- Tahun IV = 3.807.307 x 0,27522034 = Rp 1.047.848,-
= 3.807.307 - 1.047.848 = Rp 2.759.459,-
- Tahun V = 2.759.459 x 027522034 = Rp 759.459,-
= 2.759.459 - 759.459 = Rp 2.000.000,-
Jadwal Penyusulan yang Didasarkan pada
Metode Persentase Tetap (dalam Rp)
Metode Persentase Tetap (dalam Rp)
Tahun
|
Penyusutan
Tahun
|
Jumlah
Penyusutan
|
Nilai
Aset
|
0
1
2
3
4
5
|
-
2.752.203
1.994.741
1.445.748
1.047.848
759.459
|
-
2.752.203
4.746.944
6.192.692
7.240.540
8.000.000
|
10.000.000
7.247.787
5.253.056
3.807.308
2.759.460
2.000.000
|
3.
Metode
Penyusutan Gabungan
Apabila aset yang disusut lebih dan satu, rnempunyai
umur ekonomis yang berbeda
dan harga beli serta scrap value yang
bc.rbeda pula, biasanya dalam perhitungan penyusutan dilakukan dengan metode penyusutan
gabungan.
Contoh 4 :
Contoh 4 :
Sebuah perusahaan rnempunyai 3 buali mesin,
mesin I harga belinya Rp 10.000.000,-, mesin
II Rp 7.000.000,-, dan mesin Ill harga belinya Rp 5.000.000,-. Umur ekonomis mesin I, II, dan III masing-masing 5 tahun, 4 tahun, dan 10 tahun.
Scrap value dar’ !cetiga mesin tersebut diduga Rp
2.000.000,-, Rp 1.000.000,-, dan mesin
ketiga Rp 400.000,-. Jelasnya seperti terlihat dalam Tabel III-9 berikut:
Harga Beli, Umur Ekonomis, dan Nilai sisa
dari 3 Mesin
Mesin
|
Harga
Beli
(Rp)
|
Scrap
Value
(Rp)
|
Jumlah
Penyusutan
(Rp)
|
Umur
Mesin
(Tahun)
|
Penyusutan
Tahunan
(Rp)
|
A
B
C
|
10.000.000
7.000.000
5.000.000
|
2.000.000
1.000.000
400.000
|
8.000.000
6.000.000
4.600.000
|
5
4
10
|
1.600.000
1.500.000
460.000
|
Jml
|
22.000.000
|
3.400.000
|
18.600.000
|
19
|
3.560.000
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar