Kamis, 25 Februari 2016

Distribusi pemasaran telur ayam ras



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Prospek usaha peternakan ayam ras petelur di Indonesia sangat baik. Usaha ini mulai dilirik, baik oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan.  Di sisi penawaran, kapasitas produksi peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi yang sesungguhnya (Abidin, 2003).  Hal ini terlihat dari masih banyaknya perusahaan pembibitan, pakan ternak, dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang sehingga prospek pengembangannya masih terbuka.  Di sisi permintaan, saat ini produksi telur ayam ras hanya sebatas mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri yaitu sebesar 65%, selebihnya kebutuhan pasar dipenuhi dari telur ayam kampung, itik, dan puyuh.  Iklim perdagangan global yang mulai terasa saat ini memungkinkan produk telur ayam ras dari Indonesia dapat dipasarkan ke luar negeri mengingat, produk ayam ras bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan per kapita setiap tahun suatu negara.  Sejumlah tantangan bisa menghambat usaha budidaya ayam ras petelur.  Tantangan tersebut bisa mengubah potensi keuntungan menjadi kerugian.
Usaha telur ayam ras  merupakan salah satu bidang subsektor peternakan yang memiliki potensi dan peluang besar dalam pengembangan subsektor peternakan.  Hal ini disebabkan oleh potensi pasarnya yang cukup cerah baik dalam negeri maupun untuk ekspor.  Struktur konsumsi daging dan telur nasional saat ini dapat terlihat dari pangsa daging ayam ras yang mencapai 55% dan pangsa telur ayam ras sekitar 65%, sehingga pengembangan perunggasan nasional khususnya ayam ras petelur harus mampu memasuki pasar internasional untuk merebut peluang yang ada.
Ayam ras petelur merupakan ayam betina yang khusus diambil telurnya.  Ayam ras petelur memiliki kemampuan berproduksi cukup tinggi yaitu sekitar 250-280 butir per tahun.  Kemampuan ayam ras dalam memanfaatkan ransum pakan sangat baik.  Periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang.  Banyaknya keunggulan ayam ras petelur dibandingkan dengan ayam jenis lain menjadikan masyarakat terdorong untuk menjalankan usaha budidaya ayam ras petelur.
Telur  merupakan  komoditi  ekonomi  yang  lahir  karena permintaan yang cukup banyak dari konsumen.  Permintaan  dari  konsumen  tersebut  didukung oleh peningkatan  pendapatan  dan taraf  hidup masyarakat sehingga mampu mempengaruhi pola konsumsi masyarakat terhadap telur.  Peningkatan permintaan terhadap telur mendorong peningkatan populasi ayam ras petelur.  Peningkatan populasi ayam ras petelur memunculkan permasalahan tersendiri bagi peternak ayam ras petelur.  Permasalahan tersebut terjadi pada jalur pendistribusian hasil produksi dengan bermacam-macam aspek pemasaran yang menimbulkan ketimpangan antara sarana produksi dengan harga hasil produksi. Hal inilah yang melatarbelakangi disusunnya makalah seminar pustaka yang berjudul “Distribusi Pemasaran Telur Ayam Ras”.
B.     Permasalahan
Adapun permasalahan yang terdapat dalam makalah ini adalah bagaimana distribusi telur ayam ras?


PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Ayam Ras Petelur
Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia.  Ayam liar merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang saat itu sangat dekat dengan alam bebas.  Pada periode 1940-an, masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar.  Pada saat itu, masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan ayam liar Indonesia.  Ayam liar Indonesia diberi nama ayam kampung sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan sebutan ayam negeri. Akhir periode 1980-an masyarakat Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam pada saat itu, sifat ayam dipandang sebagai ayam kampung saja.  Ayam yang pertama kali masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya diternakkan setelah masa produktifnya (Rasyaf, 2001).
Selanjutnya Rasyaf, (2001) mengatakan tahun 1990-an, peternakan ayam broiler mulai meningkat.  Ayam ini diternakkan untuk diambil dagingnya.  Ayam petelur dwiguna atau yang lebih dikenal dengan ayam petelur coklat juga mulai meningkat jumlahnya.  Di sinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur yang handal dan pedaging yang enak. Setelah mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh dengan beternak ayam ras, maka persaingan yang cukup berarti antara penghasil telur dan daging ayam ras dengan penghasil telur dan daging ayam kampung mulai terjadi.  Persaingan juga terjadi di antara peternak ayam sehingga peternakan ayam petelur semakin banyak
Usaha peternakan adalah usaha mencukupi kebutuhan masyarakat akan protein dan bahan lain yang berasal dari hewan atau ternak (Pulungan dalam Wahidin, 2003).  Sementara peternakan ayam ras didefinisikan dalam Kepres No. 22 tahun 1990 sebagai suatu usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras pedaging, tidak termasuk pembibitan.
Ayam ras petelur adalah jenis ayam yang sangat produktif untuk menghasilkan telur.  Bangsa unggas yang termasuk kelas ini dapat dikenali karena mempunyai ukuran badan yang kecil, sangat cepat besar (cepat bertelur) dan tidak mempunyai sifat mengeram.  Kebanyakan mempunyai kaki yang bersih atau tidak berbulu dan cuping telinganya berwarna putih (Rasyaf, 2001).
Selanjutnya Rasyaf (2001), mengatakan tipe ayam ras petelur pada umumnya dibagi menjadi dua macam, sebagai berikut.
1.       Tipe Ayam Petelur Ringan
Tipe ayam ini sering disebut juga dengan ayam petelur putih.  Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping atau disebut mungil.  Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah.  Tipe ayam ini banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama.  Sebagai ayam petelur, ayam tipe ringan  khusus dikembangkan untuk bertelur.  Semua kemampuan ayam tipe ringan diarahkan pada kemampuan bertelur saja sehingga daging yang dihasilkan sedikit.  Ayam petelur tipe ringan ini sangat sensitif terhadap cuaca panas dan keributan karena dapat berakibat pada terjadinya penurunan jumlah produksi telur.
2.      Tipe Ayam Petelur Medium
Tubuh ayam tipe ini berukuran sedang, lebih besar dibandingkan ayam petelur tipe ringan.  Ayam ini berwarna coklat dan telur yang dihasilkan cukup banyak.  Selain itu, ayam petelur medium juga menghasilkan daging yang cukup banyak sehingga disebut sebagai ayam tipe dwiguna.
B.     Gambaran Umum Distrubusi Pemasaraan
1.      Pemasaran
Pemasaran atau marketing merupakan bagian kegiatan yang penting bagi perusahaan di mana pemasaran sebagai salah satu faktor pendukung perkembangan perusahaan.  Perusahaan yang berhasil dalam melaksanakan kegiatan pemasaran akan mampu mempertahankan keberlangsungannya untuk berkembang demi pencapaian tujuan perusahaan.  Menurut Kotler dan Keller (2007), pemasaran adalah proses sosial yang dalam individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas memperkirakan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Kotler dan Amstrong (2007) menjelaskan bahwa ada empat komponen yang tercakup dalam kegiatan bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan sebutan 4 Ps, yaitu:
a.       Produk
Produk berarti barang dan jasa yang dikombinasikan oleh perusahaan yang akan disampaikan kepada target market.  Menurut Kotler dan Keller (2007), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.
b.      Price
Price (harga) adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan.  Fandy (2008) menyatakan harga adalah uang (satuan moneter) atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk.
c.       Place/distribution
Place (tempat/distribusi) termasuk aktivitas dari perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen.  Menurut Buchari (2004), distribusi pemasaran atau distibusi adalah lembaga yang saling terkait untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
d.      Promotion (promosi)
Promotion (promosi) adalah aktivitas untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulan yang dimiliki suatu produk dan mempengaruhi target market untuk membeli produk tersebut.  Menurut William yang dikutip oleh Saladin (2003), promosi yaitu salah satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang didayagunakan  untuk memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan tentang produk perusahaan.
Dari keempat komponen tersebut, dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan faktor internal dari perusahaan, dimana perusahaan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dan mempengaruhi respons dari sasaran pasar.
2.      Distribusi Pemasaran
Salah satu unsur dalam bauran pemasaran adalah place atau distribusi pemasaran yang merupakan perantara bagi produsen untuk menyampaikan produknya kepada konsumen.  Jika distribusi pemasaran tidak ada, maka konsumen akan kesulitan untuk mendapatkan barang yang akan dibutuhkan dan perusahaan akan menghadapi kesulitan untuk menyampaikan produknya kepada konsumen (Kotler, 1997).
Fandy (2008), mendefinisikan distribusi sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).
Menurut Kotler dan Keller (2007), fungsi distribusi pemasaran yaitu melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen.  Hal itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk saluran pemasaran yang umumnya digunakan untuk mendistribusikan produk dan jasa dari produsen ke konsumen.
Gambar 1. Saluran Distribusi Barang Konsumen (Kotler dan Keller, 2007)

Menurut Kotler dan Keller (2007), tingkat distribusi pemasaran terbagi atas beberapa macam, yaitu:

a.       Saluran Nol Tingkat atau Saluran Pemasaran Langsung (Zero Level Channel or Dirrect Marketing Channel)
Bentuk saluran saluran nol tingkat atau saluran pemasaran langsung adalah bentuk saluran yang paling pendek dan sederhana sebab tanpa menggunakan perantara, oleh karena itu saluran distribusi itu disebut saluran distribusi langsung.  Produsen menjual langsung ke konsumen dengan empat cara, yaitu:
·         Dari rumah ke rumah
·         Arisan rumah
·         Lewat pos
·         Lewat toko-toko perusahaan
b.      Saluran Satu Tingkat (One Level)
Bentuk saluran satu tingkat merupakan bentuk saluran penjualan dimana ada satu perantara. Dalam disribusi pemasaran barang konsumsi, perantara ini merupakan pedagang besar atau grosir.  Dalam distribusi barang industri, perantara ini merupakan tenaga penjual.  Distribusi ini sering disebut sebagai distribusi langsung sebagaimana halnya dengan bentuk saluran yang pertama. Tetapi, di dalam bentuk ini pengecer dapat langsung melakukan pembelian pada produsen dan ada beberapa produsen yang juga mendirikan toko pengecer sehingga dapat langsung melayani konsumen.
c.       Saluran Dua Tingkat
Bentuk saluran dua tingkat merupakan bentuk saluran yang mempunyai dua perantara penjualan.  Dalam saluran pemasaran barang konsumsi, mereka merupakan pedagang besar atau grosir dan pengecer.  Dalam saluran pemasaran barang industri, mereka merupakan penyalur tunggal dan distributor industri.  Distribusi jenis ini banyak digunakan oleh produsen dan dinamakan sebagai distribusi tradisional.  Produsen hanya melayani pembelian dalam jumlah besar sehingga tidak menjual kepada pengecer.  Pembelian pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian konsumen dilayani oleh pengecer.
d.      Saluran Tiga Tingkat (Tree Level)
Bentuk saluran tiga tingkat merupakan bentuk saluran penjualan dimana proses penjualan melalui tiga perantara yaitu pedagang besar (grosir), pemborong, dan pengecer.  Pada saluran ini produsen memilih pedagang besar sebagai penyalurnya mereka menjalankan kegiatan pedagang besar dalam saluran distribusi yang ada.  Sasaran penjualan ditujukan kepada para konsumen.
3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Distribusi Pemasaran
            Pada dasarnya, memilih saluran distribusi perusahaan perlu mempertimbangkan pasar, produk, perantara, dan perusahaan.  Menurut Fandi (2008), hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih saluran distribusi yaitu:
a.       Pertimbangan pasar
b.      Pertimbangan produk
c.       Pertimbangan perusahaan
d.      Pertimbangan perantara
4.      Distribusi Pemasaran Telur Ayam Ras
Banyaknya pesaing akan mempengaruhi jumlah penjualan yang berdampak pada jumlah produksi, pendapatan, dan penerimaan usaha.  Olehnya itu diperlukan penguasaan pasar yang kuat untuk menghadapinya.  Keberhasilan sebuah perusahaan peternakan bukan hanya ditunjang oleh aspek teknis saja melainkan juga aspek ekonomis seperti aspek pemasaran.  Pemasaran merupakan kegiatan terpenting dalam sebuah perusahaan karena tanpa adanya aktivitas pemasaran maka perusahaan tidak akan mendapatkan keuntungan.  Pemasaran sebagai salah satu mata rantai dalam penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, karena itu kegiatan pemasaran perlu ditingkatkan (Yenti, 2008).
Salah satu cara untuk meningkatkan kegiatan pemasaran adalah dengan menetapkan strategi pemasaran yang baik dan tepat serta berorientasi ke arah pasar dan mengantisipasi persaingan antar usaha sejenis.  Perusahaan juga mampu mengenali lingkungannya baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang dapat menentukan posisi perusahaan berada, apa saja kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi sehingga strategi yang dihasilkan dapat meningkatkan keuntungan (Yenti, 2008).
Sebuah distribusi pemasaran melaksanakan tugas pemindahan barang dari produsen ke konsumen, dimana pada kondisi kompetitif institusi distribusi harus mengatur tugas fungsional mereka dan meminimumkan total biaya penyaluran barang.  Hal tersebut mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang yang membutuhkan atau orang yang menginginkannya (Kotler, 1997).
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), panjang pendeknya distribusi pemasaran dipengaruhi oleh jarak produsen ke konsumen, cepat tidaknya produk rusak, skala produksi, dan posisi keuangan pengusaha.  Walter (1977) mengatakan distribusi pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.  Menurut Widjaja K dan Abdullah (2003), distribusi pemasaran dapat berbentuk sederhana dan dapat pula rumit sekali.  Hal tersebut bergantung pada macam komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar.  Sistem pasar yang monopoli memiliki distribusi pemasaran yang relatif sederhana dibanding sistem pasar yang lain.  Barang yang lebih cepat ke tangan konsumen biasanya mempunyai distribusi pemasaran yang relatif sederhana.
Distribusi Pemasaran

















Gambar 2. Distribusi Pemasaran I (Widya, 2010)

Gambar 3. Distribusi Pemasaran Pola II  (Ardhiana, 2008)
Menurut Widya (2010), menjelaskan bahwa Produsen (peternak) → Pengepul → Pedagang Menengah → Pedagang Kecil → Konsumen.  Produsen menjual telur kepada pedagang besar dengan harga Rp 13.570,-/kg dengan kapasitas telur rata-rata per bulan adalah 15.600 kg.  Harga tersebut dijual kembali oleh pedagang besar kepada pedagang menengah dengan harga Rp 14.880,-/kg dengan kapasitas rata-rata per bulan adalah 8.300 kg, lalu oleh pedagang menengah dijual kembali ke pedagang kecil dengan harga Rp 15.900,-/kg dengan kapasitas rata-rata penerimaan per bulan dari pedagang menengah sebanyak 2.300 kg, selanjutnya pedagang kecil menjual telur kepada konsumen akhir dengan harga Rp 16.925,-/kg.
Sedangkan menurut Ardhiana (2008), Produsen melakukan penjualan telur kepada pedagang besar dengan harga Rp. 13.600,/kg dengan kapasitas telur rata-rata per bulan 15.000 kg.  Harga tersebut dijual kembali oleh pedagang besar kepada pedagang menengah dengan harga Rp. 14.800,-/kg dengan kapasitas rata-rata per bulannya 9800 kg.  Oleh pedagang menengah dijual kembali kepada pedagang pengecer dengan harga Rp. 15.850,-/kg dengan kapasitas rata-rata penerimaan tiap bulan dari pedagang menengah sebanyak 1.210 kg, selanjutnya pedagang pengecer menjual telur kepada konsumen akhir dengan harga Rp. 17.200,-/kg.





PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Semakin banyak perantara yang digunakan dalam distribusi saluran pemasaran telur ayam ras maka harga telur ayam ras yang sampai kepada konsumen semakin tinggi.
B.     Saran
Jika ditinjau dari sisi konsumen disarankan dalam proses pendistribusian telur ayam ras menggunakan saluran nol tingkat agar harga telur ayam ras tidak terlalu tinggi.















DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Ardhiana, Mega Y. 2008. Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Jurnal peternakan. Volume 8 nomor 2. Malang: Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.

Buchari, A. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa Cetakan Keenam. Bandung: Alfabeta.

Fandy, Tjiptono. 2008. Service Management Mewujudkan Layanan Prima Edisi I. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Hanafiah dan Saefuddin. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Kotler, P. dan Keller, K.L. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid II.  Jakarta: PT Indeks.

Kotler, P. dan Gary Amstrong. 2007. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 13 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Saladin, Djaslim. 2003. Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran, Cetakan Ketiga. Bandung: Linda Karya.

Wahidin, U. 2003. Analisis Penentuan Saat Optimum Afkir Ayam Ras Petelur. Skripsi. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Walter. 1977. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta: Liberty.

Widya, Martafianto Eka Kusuma, dkk. 2010. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Jurnal Peternakan. Vol. 1 No. 1: Hlm 45 – 57.  Malang:  Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.

Yenti, J. 2008. Strategi Pemasaran Telur Ayam Ras di Kecamatan Kuranji Kota Padang. Skripsi. Padang: Fakultas Peternakan, Universitas Andalas.

Tidak ada komentar: