PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Prospek usaha
peternakan ayam ras petelur di Indonesia sangat baik. Usaha ini mulai dilirik, baik oleh
pasar dalam negeri maupun luar negeri ditinjau dari sisi penawaran dan
permintaan. Di sisi penawaran, kapasitas produksi
peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas
produksi yang sesungguhnya (Abidin, 2003).
Hal ini terlihat dari masih banyaknya perusahaan pembibitan, pakan
ternak, dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang
sehingga prospek pengembangannya masih terbuka.
Di sisi permintaan, saat ini produksi telur ayam ras hanya sebatas mencukupi kebutuhan
pasar dalam negeri yaitu
sebesar 65%, selebihnya kebutuhan
pasar
dipenuhi dari telur ayam kampung, itik, dan puyuh. Iklim perdagangan global yang mulai terasa
saat ini memungkinkan produk telur ayam ras dari Indonesia dapat dipasarkan ke luar negeri mengingat, produk ayam ras bersifat elastis
terhadap perubahan pendapatan per kapita setiap tahun suatu negara. Sejumlah
tantangan bisa menghambat
usaha budidaya ayam ras petelur. Tantangan tersebut bisa mengubah potensi
keuntungan menjadi kerugian.
Usaha telur ayam
ras merupakan salah satu bidang subsektor peternakan yang memiliki
potensi dan peluang besar dalam pengembangan subsektor peternakan. Hal ini disebabkan oleh potensi pasarnya yang cukup cerah
baik dalam negeri maupun untuk ekspor. Struktur konsumsi daging dan telur
nasional saat ini dapat terlihat
dari
pangsa daging ayam ras yang mencapai
55% dan pangsa telur ayam ras sekitar 65%, sehingga pengembangan
perunggasan nasional khususnya ayam ras petelur harus mampu memasuki pasar internasional
untuk merebut peluang yang ada.
Ayam ras petelur merupakan
ayam betina yang khusus diambil telurnya.
Ayam ras petelur
memiliki kemampuan berproduksi cukup tinggi yaitu sekitar 250-280 butir per tahun. Kemampuan ayam ras dalam memanfaatkan
ransum pakan sangat baik. Periode
bertelur ayam ras petelur lebih panjang. Banyaknya
keunggulan
ayam ras petelur dibandingkan dengan
ayam jenis
lain menjadikan masyarakat terdorong
untuk
menjalankan usaha budidaya ayam ras petelur.
Telur merupakan komoditi ekonomi yang lahir
karena permintaan yang cukup banyak dari
konsumen. Permintaan dari konsumen tersebut
didukung oleh peningkatan pendapatan dan taraf hidup masyarakat sehingga mampu mempengaruhi
pola konsumsi masyarakat terhadap telur.
Peningkatan
permintaan terhadap telur mendorong peningkatan populasi ayam ras petelur. Peningkatan populasi ayam ras petelur memunculkan permasalahan tersendiri bagi peternak ayam ras
petelur. Permasalahan
tersebut terjadi pada jalur pendistribusian hasil produksi dengan bermacam-macam aspek
pemasaran yang menimbulkan ketimpangan
antara sarana produksi dengan harga hasil produksi. Hal inilah yang melatarbelakangi
disusunnya makalah seminar pustaka yang berjudul “Distribusi Pemasaran Telur Ayam Ras”.
B.
Permasalahan
Adapun permasalahan
yang terdapat dalam makalah ini adalah bagaimana distribusi telur ayam ras?
PEMBAHASAN
A.
Gambaran
Umum Ayam Ras Petelur
Ayam liar atau ayam
hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat Indonesia yang saat itu sangat dekat dengan alam bebas. Pada periode 1940-an, masyarakat mulai mengenal
ayam lain selain ayam liar. Pada saat
itu, masyarakat
mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan ayam liar Indonesia. Ayam liar Indonesia diberi nama ayam kampung
sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan sebutan ayam negeri. Akhir periode 1980-an masyarakat Indonesia tidak banyak
mengenal klasifikasi ayam pada saat itu, sifat ayam dipandang sebagai ayam
kampung saja. Ayam yang pertama kali
masuk dan mulai diternakkan
pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan
umumnya diternakkan
setelah masa produktifnya (Rasyaf, 2001).
Selanjutnya Rasyaf,
(2001) mengatakan tahun 1990-an,
peternakan ayam broiler mulai
meningkat. Ayam ini diternakkan untuk diambil dagingnya. Ayam petelur dwiguna atau yang lebih dikenal
dengan ayam petelur coklat juga mulai meningkat jumlahnya. Di sinilah
masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur
yang handal dan pedaging
yang enak. Setelah mengetahui keuntungan
yang dapat diperoleh
dengan beternak ayam ras, maka persaingan
yang cukup berarti antara penghasil
telur dan daging ayam ras dengan penghasil
telur
dan daging ayam kampung mulai terjadi. Persaingan juga terjadi di antara peternak ayam sehingga peternakan
ayam petelur semakin banyak
Usaha peternakan adalah
usaha mencukupi kebutuhan masyarakat akan
protein dan bahan lain yang berasal dari hewan atau ternak (Pulungan dalam Wahidin,
2003). Sementara peternakan ayam ras
didefinisikan dalam Kepres No. 22
tahun 1990 sebagai suatu usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras pedaging,
tidak termasuk pembibitan.
Ayam ras petelur adalah
jenis ayam yang sangat produktif
untuk menghasilkan telur. Bangsa unggas yang termasuk kelas ini dapat
dikenali
karena mempunyai ukuran badan yang kecil,
sangat cepat besar
(cepat bertelur) dan tidak mempunyai sifat mengeram. Kebanyakan mempunyai kaki yang bersih atau tidak berbulu dan cuping telinganya
berwarna putih (Rasyaf, 2001).
Selanjutnya
Rasyaf (2001), mengatakan tipe
ayam ras petelur pada umumnya dibagi menjadi
dua macam, sebagai berikut.
1.
Tipe Ayam
Petelur Ringan
Tipe
ayam ini sering disebut juga dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang
ramping atau disebut mungil. Bulunya
berwarna putih bersih dan berjengger merah.
Tipe ayam ini banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Sebagai ayam petelur, ayam tipe ringan khusus dikembangkan untuk bertelur. Semua kemampuan ayam tipe ringan diarahkan pada kemampuan
bertelur saja sehingga daging
yang dihasilkan sedikit. Ayam petelur tipe
ringan ini sangat sensitif
terhadap cuaca panas dan keributan karena
dapat berakibat pada
terjadinya penurunan jumlah produksi telur.
2. Tipe
Ayam Petelur Medium
Tubuh
ayam tipe ini berukuran sedang,
lebih besar dibandingkan ayam
petelur tipe ringan. Ayam ini berwarna
coklat dan telur yang
dihasilkan cukup banyak. Selain
itu, ayam petelur medium juga
menghasilkan daging yang cukup banyak sehingga disebut sebagai ayam tipe
dwiguna.
B.
Gambaran
Umum Distrubusi Pemasaraan
1.
Pemasaran
Pemasaran
atau marketing merupakan bagian
kegiatan yang penting bagi perusahaan di mana
pemasaran sebagai salah satu faktor pendukung perkembangan perusahaan.
Perusahaan yang berhasil dalam melaksanakan kegiatan pemasaran akan
mampu mempertahankan keberlangsungannya untuk berkembang demi pencapaian tujuan perusahaan. Menurut
Kotler dan Keller (2007),
pemasaran adalah proses sosial yang dalam individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas memperkirakan produk
yang bernilai dengan pihak lain.
Kotler
dan Amstrong (2007) menjelaskan bahwa ada empat komponen yang tercakup dalam kegiatan bauran pemasaran (marketing
mix) yang dikenal dengan
sebutan 4 Ps, yaitu:
a. Produk
Produk berarti barang dan jasa yang dikombinasikan oleh
perusahaan yang akan disampaikan kepada target
market. Menurut Kotler dan Keller (2007), produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.
b. Price
Price (harga)
adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau pelanggan untuk
mendapatkan suatu produk dari
perusahaan. Fandy (2008) menyatakan
harga adalah uang (satuan moneter) atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan
tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk.
c. Place/distribution
Place (tempat/distribusi)
termasuk aktivitas dari
perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen. Menurut Buchari (2004), distribusi pemasaran
atau distibusi adalah lembaga yang saling terkait untuk menjadikan produk atau
jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
d. Promotion (promosi)
Promotion (promosi)
adalah aktivitas untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulan
yang dimiliki suatu produk dan mempengaruhi target market untuk membeli produk tersebut. Menurut William yang dikutip oleh Saladin
(2003), promosi yaitu salah
satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan tentang produk perusahaan.
Dari
keempat komponen tersebut,
dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan faktor internal dari
perusahaan, dimana perusahaan
mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dan mempengaruhi respons
dari sasaran pasar.
2.
Distribusi
Pemasaran
Salah
satu unsur dalam bauran pemasaran adalah place atau distribusi pemasaran
yang merupakan perantara bagi produsen untuk menyampaikan produknya kepada
konsumen. Jika distribusi pemasaran tidak
ada, maka konsumen akan kesulitan untuk mendapatkan barang yang akan
dibutuhkan dan perusahaan
akan menghadapi kesulitan untuk menyampaikan produknya kepada konsumen (Kotler,
1997).
Fandy
(2008), mendefinisikan distribusi
sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga
penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan
saat dibutuhkan).
Menurut
Kotler dan Keller (2007), fungsi
distribusi pemasaran yaitu melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen
ke konsumen. Hal
itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang
yang membutuhkan atau menginginkannya.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk saluran pemasaran yang
umumnya digunakan untuk mendistribusikan produk dan jasa dari produsen ke
konsumen.
Gambar 1. Saluran Distribusi
Barang Konsumen (Kotler dan Keller, 2007)
Menurut
Kotler dan Keller (2007), tingkat distribusi pemasaran terbagi atas beberapa
macam, yaitu:
a. Saluran
Nol Tingkat atau Saluran Pemasaran Langsung (Zero Level Channel or Dirrect Marketing Channel)
Bentuk
saluran saluran nol tingkat atau saluran pemasaran langsung adalah bentuk
saluran yang paling pendek dan sederhana sebab tanpa menggunakan perantara,
oleh karena itu saluran distribusi itu disebut saluran distribusi langsung. Produsen menjual langsung ke konsumen dengan empat cara, yaitu:
·
Dari rumah ke rumah
·
Arisan rumah
·
Lewat pos
·
Lewat toko-toko perusahaan
b. Saluran
Satu Tingkat (One Level)
Bentuk
saluran satu tingkat merupakan bentuk saluran penjualan
dimana ada satu perantara. Dalam disribusi pemasaran barang konsumsi, perantara ini merupakan pedagang
besar atau grosir. Dalam
distribusi barang industri,
perantara ini merupakan tenaga penjual.
Distribusi ini sering disebut sebagai distribusi langsung sebagaimana halnya dengan bentuk saluran
yang pertama. Tetapi, di dalam bentuk ini pengecer dapat langsung
melakukan pembelian pada produsen dan ada beberapa produsen yang juga mendirikan toko pengecer sehingga
dapat langsung melayani konsumen.
c. Saluran
Dua Tingkat
Bentuk
saluran dua tingkat merupakan
bentuk saluran yang mempunyai dua perantara penjualan. Dalam saluran pemasaran barang konsumsi,
mereka merupakan pedagang besar atau grosir dan pengecer. Dalam saluran pemasaran barang industri, mereka merupakan penyalur
tunggal dan distributor industri. Distribusi jenis ini banyak digunakan oleh
produsen dan dinamakan sebagai distribusi tradisional. Produsen
hanya melayani pembelian dalam jumlah besar sehingga tidak menjual kepada pengecer. Pembelian pengecer dilayani oleh pedagang
besar dan pembelian konsumen dilayani oleh pengecer.
d. Saluran Tiga Tingkat (Tree Level)
Bentuk
saluran tiga tingkat
merupakan bentuk saluran penjualan dimana proses penjualan melalui tiga perantara yaitu pedagang besar (grosir), pemborong, dan pengecer. Pada saluran ini produsen memilih pedagang
besar sebagai penyalurnya mereka menjalankan kegiatan pedagang besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualan ditujukan kepada para
konsumen.
3.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pemilihan Distribusi Pemasaran
Pada dasarnya, memilih saluran distribusi perusahaan perlu
mempertimbangkan pasar, produk, perantara, dan perusahaan. Menurut
Fandi (2008), hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam
memilih saluran distribusi yaitu:
a. Pertimbangan
pasar
b. Pertimbangan
produk
c. Pertimbangan
perusahaan
d. Pertimbangan
perantara
4.
Distribusi
Pemasaran Telur Ayam Ras
Banyaknya
pesaing akan mempengaruhi jumlah penjualan yang berdampak pada jumlah produksi, pendapatan, dan
penerimaan usaha. Olehnya itu diperlukan
penguasaan pasar yang kuat untuk menghadapinya.
Keberhasilan sebuah perusahaan peternakan bukan hanya ditunjang oleh aspek teknis saja melainkan juga
aspek ekonomis seperti aspek pemasaran. Pemasaran
merupakan kegiatan terpenting dalam sebuah perusahaan karena tanpa adanya aktivitas pemasaran maka perusahaan tidak akan mendapatkan
keuntungan. Pemasaran sebagai salah satu
mata rantai dalam penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, karena
itu kegiatan pemasaran perlu ditingkatkan (Yenti, 2008).
Salah satu cara untuk
meningkatkan kegiatan pemasaran adalah dengan menetapkan strategi pemasaran
yang baik dan tepat serta berorientasi ke arah
pasar dan mengantisipasi persaingan antar usaha
sejenis. Perusahaan juga mampu mengenali
lingkungannya baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang dapat
menentukan posisi perusahaan berada, apa saja
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi sehingga strategi yang
dihasilkan dapat meningkatkan keuntungan (Yenti, 2008).
Sebuah distribusi
pemasaran melaksanakan tugas pemindahan barang dari produsen ke konsumen, dimana
pada kondisi kompetitif institusi distribusi harus mengatur tugas fungsional mereka
dan meminimumkan total biaya penyaluran barang.
Hal tersebut mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang
dan jasa dari orang yang membutuhkan atau orang yang menginginkannya (Kotler, 1997).
Menurut Hanafiah dan
Saefuddin (1986), panjang pendeknya distribusi
pemasaran dipengaruhi oleh jarak produsen ke konsumen, cepat tidaknya produk
rusak, skala produksi,
dan
posisi keuangan pengusaha. Walter (1977)
mengatakan distribusi pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen yang
mengkombinasikan antara pemindahan
fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar
tertentu. Menurut Widjaja K dan Abdullah
(2003),
distribusi
pemasaran dapat berbentuk sederhana dan dapat pula rumit sekali. Hal tersebut bergantung pada macam komoditi lembaga pemasaran
dan sistem pasar. Sistem pasar yang
monopoli memiliki distribusi pemasaran yang relatif sederhana dibanding sistem
pasar yang lain. Barang yang lebih cepat
ke tangan konsumen biasanya mempunyai distribusi pemasaran yang relatif
sederhana.
Distribusi Pemasaran
Gambar 2. Distribusi
Pemasaran I
(Widya, 2010)
Gambar 3. Distribusi
Pemasaran Pola II (Ardhiana, 2008)
Menurut
Widya (2010), menjelaskan bahwa Produsen (peternak) → Pengepul → Pedagang
Menengah → Pedagang Kecil → Konsumen. Produsen
menjual telur kepada pedagang besar dengan harga Rp 13.570,-/kg dengan
kapasitas telur rata-rata per bulan adalah 15.600 kg. Harga tersebut dijual kembali oleh
pedagang besar kepada pedagang menengah dengan harga Rp 14.880,-/kg dengan kapasitas
rata-rata per bulan adalah 8.300 kg, lalu oleh pedagang menengah dijual kembali
ke pedagang kecil dengan harga Rp 15.900,-/kg dengan kapasitas rata-rata
penerimaan per bulan dari pedagang menengah sebanyak 2.300 kg, selanjutnya
pedagang kecil menjual telur kepada konsumen akhir dengan harga Rp 16.925,-/kg.
Sedangkan
menurut Ardhiana (2008), Produsen melakukan penjualan telur kepada pedagang besar dengan harga
Rp. 13.600,/kg dengan kapasitas telur rata-rata per bulan 15.000 kg.
Harga tersebut dijual
kembali oleh pedagang besar kepada pedagang menengah dengan harga Rp.
14.800,-/kg dengan kapasitas rata-rata per bulannya 9800 kg. Oleh pedagang menengah dijual
kembali kepada pedagang pengecer dengan harga Rp. 15.850,-/kg dengan kapasitas rata-rata penerimaan
tiap bulan dari pedagang menengah sebanyak 1.210 kg, selanjutnya pedagang
pengecer menjual telur kepada konsumen akhir dengan harga Rp. 17.200,-/kg.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Semakin banyak perantara yang
digunakan dalam distribusi saluran pemasaran telur ayam ras maka harga telur
ayam ras yang sampai kepada konsumen semakin tinggi.
B.
Saran
Jika
ditinjau dari sisi konsumen disarankan dalam proses pendistribusian telur ayam
ras menggunakan saluran nol tingkat agar harga telur ayam ras tidak terlalu
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam
Ras Petelur. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Ardhiana, Mega Y. 2008. “Efisiensi Pemasaran Telur
Ayam Ras di Kecamatan Ringinrejo
Kabupaten Kediri”. Jurnal peternakan. Volume 8 nomor 2. Malang:
Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya.
Buchari, A. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa Cetakan Keenam.
Bandung: Alfabeta.
Fandy, Tjiptono. 2008.
Service Management Mewujudkan
Layanan Prima Edisi I. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Hanafiah
dan Saefuddin.
1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Kotler,
P. 1997.
Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kotler,
P. dan Keller, K.L. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid II. Jakarta: PT
Indeks.
Kotler, P.
dan Gary Amstrong. 2007. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 13 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Rasyaf,
M. 2001. Beternak Ayam Petelur. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Saladin,
Djaslim.
2003. Intisari Pemasaran dan Unsur-unsur Pemasaran, Cetakan Ketiga. Bandung:
Linda Karya.
Wahidin,
U. 2003. “Analisis
Penentuan Saat Optimum Afkir Ayam Ras Petelur”.
Skripsi. Bogor: Jurusan
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Walter.
1977. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta: Liberty.
Widya,
Martafianto Eka Kusuma, dkk.
2010. “Analisis Efisiensi
Pemasaran Telur Ayam Ras di Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang”. Jurnal Peternakan. Vol. 1 No. 1: Hlm 45 – 57.
Malang: Fakultas
Peternakan, Universitas Brawijaya.
Yenti,
J.
2008. Strategi Pemasaran Telur Ayam Ras di Kecamatan Kuranji
Kota Padang.
Skripsi. Padang: Fakultas
Peternakan, Universitas
Andalas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar