BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Peternakan merupakan sub sektor
utama penghasil telur di dunia, seiring dengan berkembangnya teknologi di era
modernisasi, peternakan menjadi sorotan dibanyak kalangan dan menjadi inti
permasalahan di setiap media sosial,
sebab kehadiran peternakan mampu memberikan dampak terhadap kehidupan dunia,
salah satu dampak positif yaitu peternakan mampu menyediakan kebutuhan akan
konsumen seperti produk segar maupun olahan yang berasal dari ayam petelur, di
sisi lain ada dampak negatif yang ditimbulkan yaitu limbah peternakan yang
belum mampu dimanfaatkan sehingga mencemari lingkungan seperti bau dan kotoran.
Peternakanayampetelurmerupakan komoditi
yang dapatmenyumbang penyediaan telur telurmerupakanmakananhewani yang mengandung
protein yang tinggi dimana menyumbang 99% kandungan protein menurut SNI 2011.Melihatpotensikandungantelurmakasekaranginibanyakkalangan
yang menggemariteluruntukdijadikansebagaimaakanpenggantidaging, melihatharganya
yang tidakterlalumahaljugamemilikikegunaandalammemberikankesehatanterhadaptubuh.
Ayampetelurmerupakansegalajenisbangsaayam
yang mampumenghasilkanteluruntukmemenuhikebutuhanakan protein manusia.
Mengingatbahwabetapapentingnyapenyediaantelurayamsehinggabanyak peternak-peternakmembangunsebuahusahapeternakanayampetelur.Namun
di lainsisibanyakpeternak yang akhirnyagulungtikarsebabsebagiandaripeternakantidakmemahamibagaimanamanajemenbeternak
yang handal selain itu faktor ekonomi seperti keterbatasan modal dan kurangnya
minat dalam menjalankan usaha peternakan.Sehinggahalinilahyang
melatarbelakangidilaksanakannyakegitanprakteklapangAnalisisKelayakan Usaha
AyamPetelur. Di DesaBontoSalluang, KecamatanBisappuKabupatenBantaeng.
I.2 TujuandanKegunaan
TujuanPraktekLapangAnalisisKelayakan
Usaha Peternakanyaituuntukmengetahuibagaimanamanajemenusahaternakayampetelur
yang baikdanbenarsehinggalayakuntukdikembangkansertamengetahuisetiappotensidaerahakanketersediaan
sektor peternakan.
KegunaanPraktekLapangAnalisisKelayakan
Usaha Peternakanyaitu agar mahasiswamampumengetahuikelayakanusahaternakayampetelurdanmengetahuipotensi
yang layaksebagaipembangunan sektor peternakanayampetelur.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Ayam Petelur
Ayam petelur, adalahayam-ayam betina dewasa yang
di pelihara khusus untuk diambil telur-telurnya.Asal mula ayam unggas adalah
berasal dari ayam dan itik liar yang di tangkap dan di pelihara serta dapat
bertelur cukup banyak.Dari tahun ketahun ayam hutan dari wilayah dunia di
seleksi secara ketat oleh para pakar ayam dan arah seleksi di tujukan kepada
produksi yang banyak.Karena ayam hutan tadi dapat di ambil telur dan dagingnya,
maka arah dari produki yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik.Ayam yang
terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler.Sedangkan
untuk produksi telur dikenal sebagai ayam petelur.Selain dari itu seleksi juga
di arahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal sebagai ayam petelur
putih dan ayam petelur coklat.Persilangan
dan seleksi itu di lakukan dengan cukup lama sehingga menghasilkan ayam petelur
seperti yang telah ada saat sekarang ini.Didalam setiap kali persilangan
sifat-sifat jelek dibuang dan sifat baik di pertahankan, terus di
murnikan.inilah yang kemudian di kenal dengan ayam petelur unggul (Ahyari, 2002).
Berdasarkan manajemen
pemeliharaannya, ayam ras petelur dikelompokkan dalam tiga fase pertumbuhan
yakni; fase starter, fase grower, dan
fase layer.
Mengungkapkan bahwa ayam ras petelur fase layer merupakan ayam yang
berumur antara 20 hingga 80 minggu (afkir). Ayam pada akhir masa produksi
tergolong dalam fase layer, yakni pada umur 50 minggu keatas. Ayam pada
akhir masa produksi biasa disebut ayam tua (Ahyari, 2002).
Menurut Sudarmono (2003), ayamtipe
medium memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Ukuran badan lebih besar dan lebih kokoh
daripada ayam tipe ringan, serta berperilaku
tenang,
2.
Timbangan badan lebih berat daripada
ayam tipe ringan karena jumlah daging dan
lemaknya lebih banyak,
3.
Otot-otot kaki dan dada lebih tebal,
4.
Produksi telur cukup tinggi dengan kulit
telur tebal dan berwarna cokelat.
MenurutYudhistira
(2012), tipe ayam petelur ringan atau disebut juga dengan ayam petelur putih
memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :
1)
Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang
ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar.
2)
Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger
merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit
dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan
berbagainama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan
menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini.
3)
Mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun
produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur
saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena
dagingnya hanya sedikit.
4)
Sensitif terhadap cuaca panas dan keributan,
serta ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat
turun, begitu juga bila kepanasan.
Usaha ayam petelur membutuhkan waktu
lebih lama dibandingkan dengan unggas tipe pedaging.Unggas berumur 19 minggu
baru mulai produksi, ini berarti selama 19 minggu investasi terus ditanamkan
tanpa ada pemasukan.Ditinjau dari segi produktivitas, manajemen pemeliharaan
selama 1 sampai 19 minggu sangat menentukan terhadap produksi telur.Apabila
manajemen pemeliharaan selama masa pertumbuhan tidak baik makatelur yang
dihasilkan tidak sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki (Airinda, 2003).
Produksi ayam dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain bangsa dan strain ayam yang digunakan, kondisi lingkungan di kandang, dan
manajemen pakan (Al Nasser et
al., 2005). Strain adalah
kelompok unggas dalam satu bangsa yang diseleksi menurut kriteria yang
spesifik, yaitu umur saat dewasa kelamin, daya hidup, produksi telur, kualitas
telur, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
2.2
Tinjauan Analisis Kelayakan Usaha Peternakan
Studi
kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility
study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatukeputusan, apakah
menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan.
Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah kemungkinan dari
gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik
dalam arti finansial maupun dalam arti sosial benefit. Studi kelayakan bisnis merupakan
gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi,
sertapeluang yang tersedia dari berbagai aspek. Dengan demikian dalam menyusun
sebuah studi kelayakan bisnis harus meliputi sekurang-kurangnya aspek-aspek
berikut, diantaranya (Ibrahim, 2009 ) :
1.
Aspek pasar dan pemasaran
2.
Aspek teknis dan teknologis
3.
Aspek organisasi dan manajemen
4.
Aspek ekonomi dan keuangan( finansial)
5.
Aspek legal dan perizinan
Studi kelayakan bisnis/usaha biasa
ayam menggunakan analisis kelayakan investasi dimana pada dasarnya sama dengan
kegiatan investasi. Kelayakan investasi dapat dikelompokkan ke dalam kelayakan
finansial dan kelayakan ekonomi. Dalam analisis investasi, tujuan utama yang
hendak dicapai adalah membandingkan biaya (costs) danmanfaat (benefit) dengan
berbagai usulan investasi (Soetriono, 2006).
Analisis
finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang petani
sebagai pemilik.Analisis finansial
diperhatikan di dalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara
hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales)
dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang
untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private
returns” (Soetriono, 2011) .
Dalam
mengembangkan usahatani atau usaha ternak kegiatan utama yang dilakukan adalah
peningkatan produksi barang pertanian-peternakan yang dihasilkan petani -
peternak, meningkatkan produktivitas pertanian - peternakan serta mendorong
pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi wilayah.Peningktan produksi
pertanian-peternakan apabila ingin meningkatkan pendapatan petani-peternak
merupakan keharusan dalam pembagunan pertanian-peternakan (Hanani, 2003).
Biaya usaha tani-ternak merupakan
pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani-peternak) dalam mengelola
usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam biaya usaha tani, diklasifikasikan
2 jenis biaya : (1) Biaya tetap atau fixed cost. Umumnya diartikan sebagai
biaya yang relatif tetap jumahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh
banyak atau sedikit. (2) Biaya tidak tetap atau variabel cost. Merupakan biaya
yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang
diperoleh (Rahim, 2008).
2.3 Aspek Pemasaran
2.3.1
Permintaan
Teori
permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untukmelihat besaran
jumlah barang atau jasa yang diminta serta perubahan permintaan
akan suatu barang atau jasa berdasarkan
hukum permintaan. Perubahan permintaan akan suatu barang atau jasa tersebut
akan dapat dilihat dari perubahan
pada kurva permintaan. Maka analisis
permintaan akan suatu barang atau jasa erat
kaitanya dengan perilaku konsumen.
Konsumen adalah mereka yang memiliki pendapatan (uang) dan menjadi pembeli
barang dan jasa di pasar (Adiningsih dan
Kadarusman,
2003).
Menurut
Gilarso (2003), permintaan adalah jumlah dari suatu barang atau jasa yang mau
dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu
dengan anggapan hal-hal lain tetap sama(ceteris paribus). Permintaan
turunan (derived demand) adalah permintaan akan faktor produksi yang
tergantung pada permintaan akan barang atau jasa yang dihasilkan oleh faktor
atau sumber daya tersebut.
2.3.2
Penawaran
Harga
dari suatu produk (P), ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat produksi
pada harga tertentu yaitu penawaran dan tingkat keinginan dari orang-orang yang
memiliki kekuatan membeli pada harga tertentu yaitu permintaan.Penawaran
(supply), dalam ilmu
ekonomi, adalah banyaknya barang
atau jasa
yang tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen
kepada konsumen
pada setiap tingkat harga
selama periode waktu tertentu (Fuad, 2008).
Menurut Nuryani
(2005), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah sebagai berikut
:
a. Harga barang itu sendiri
Apabila
harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang
ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun
jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun.
b. Harga barang pengganti
Apabila
harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah barang
yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari barang pengganti
ke barang lain yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah.
c. Biaya produksi
Biaya
produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti
biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk
bahan-bahan penolong dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat,
maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan
menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan
karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya, jika biaya produksi turun maka
produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan
meningkat.
d. Kemajuan teknologi
Kemajuan
teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang ditawarkan.
Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen dalam menghasilkan
barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan mesin-mesin modern akan
menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen untuk menjual barang
dengan jumlah yang banyak.
e. Pajak
Pajak
yang merupakan ketetapan pemerintah terhadap suatu produk sangat berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya harga. Jika suatu barang tersebut menjadi tinggi,
akibatnya permintaan akan berkurang, sehingga penawaran juga akan berkurang.
f. Perkiraan harga di masa depan
Perkiraan
harga di masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah penawaran. Jika
perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik, sedangkan penghasilan
masyarakat tetap, maka perusahaan akan menurunkan jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan.
2.3.3 Harga
Harga adalah nilai barang atau jasa yang
diungkapkan dalam satuan rupiah atau satuan uang lainnya.Sedangkan harga jual
adalah nilai yang dibebankan kepada pembeli atau pemakai barang dan jasa.Dalam
hal ini harga jual merupakan suatu yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang dan jasa serta pelayanannya (Kotler, 2007).
Titik
berat daripada proses penetapan harga adalah harga pada berbagai pasar. Untuk
ini, harga suatu barang mungkin merupakan struktur yang kompleks dari pada
syarat-syarat penjualan yang saling berhubungan. Setiap perubahan dari pada
struktur tersebut merupakan keputusan harga dan akan mengubah pendapatan yang
diperoleh. Peranan perusahaan dalam proses penetapan harga jual barangnya sangat
berbeda-beda, tergantung dari pada bentuk pasar yang dihadapinya menurut
Soemarso (2012), ada tiga bentuk penetapan harga jualyakni :
1. Penetapan
harga jual oleh pasar (Market Pricing)
Dalam bentuk penetapan harga jual
ini, penjual tidak dapat mengontrol sama sekali harga yang dilempar di pasaran.
Harga disini betul-betul ditetapkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan.
Dalam keadaan seperti ini, penjual tidak bias menetapkan harga jual.
2. Penetapan
harga jual oleh pemerintah (Government
Controlled Pricing)
Dalam beberapa hal, pemerintah
berwenang untuk menetapkan harga barang/jasa, terutama untuk barang/jasa yang
menyangkut kepentingan umum.Perusahaan/penjualan yang bergerak dalam
eksploitasi barang/jasa terdebut di atas tidak dapat menetapkan harga jual
barang/jasa.
3. Penetapan
harga jual yang dapat dikontrol oleh perusahaan (Administered or Business controlled pricing)
Pada situasi ini, harga ditetapkan
sendiri oleh perusahaan.Penjual menetapkan harga dan pembeli boleh memilih
“membeli atau tidak”.Harga ditetapkan oleh keputusan dan kebijaksanaan yang
terdapat dalam perusahaan, walaupun faktor-faktor mekanisme penawaran dan
permintaan, serta peraturan-peraturan pemerintah tetap diperhatikan.Sampai
seberapa jauh perushaan dapat menetapkan harga, tergantung pada tingkat
diferensiasi produk, besar perusahaan dan persaingan.
2.3.4 Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan adalah usaha
mengidentifikasi ancaman, kesempatan atau permasalahan strategis (strategy
question) yang terjadi akibat perubahan persaingan potensial, serta kekuatan
dan kelemahan pesaing.Analisa berguna untuk mendasari keputusan tentang produk
yang dipasarkan agar kemudian diperoleh laba yang optimal (Rika, 2012).
Analisa persaingan dimulai dengan pesaing umum dan
selanjutnya pesaing potensial. Ada dua cara untuk mengidentifikasi pesaing
umum. Yang pertama menguji perspekstif pelanggan dalam membuat pilihan
diantara para pesaing. Tipe kedua adalah identifikasi dengan pendekatan
yang berusaha menempatkan para pesaing kedalam kelompok-kelompok strategi dari
dasar strategi persaingannya. Setelah para pesaing diidentifikasi, fokusnya
adalah berusaha memahami mereka dan strateginya. Dari
uraian tersebut dapat ditarik analisa dari kekuatan dan kelemahan
dari masing-masing pesaing atau kelompok strategi dari pesaing (Firdaus,
2008).
2.3.5
Pemasaran
Pemasaran adalah salah
satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan
barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup
usahanya.Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu
kegiatan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen.Maka kegiatan
pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam
kaitannya dengan pasar.Pemasaran
adalah kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen, menghasilkan barang
atau jasa, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa
(Suryana, 2003).
Pemasaran adalah suatu kegiatan yang mengusahakan agar
produk yang dipasarkannya itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar. Pemasaran
merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui
adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan falsafah baru ini
disebut konsep pemasaran (marketing concept).Konsep pemasaran dibuat dengan
menggunakan tiga faktor dasar yaitu (Indriyo, 2008) :
·
Saluran
perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada konsumen/ pasar.
·
Volume
penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan, dan bukannya
volume untuk kepentingan volume itu sendiri.
·
Seluruh
kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan
secara organisasi.
Potensi
pasar adalah khalayak konsumen yang akan mengkonsumsi telur ayam mulai
masyarakat bawah, menengah, dan masyarakat kelas atas. Banyak rumah makan,
restoran, super market, pasar tradisional, warung serta perusahaan roti yang
menyebar di seluruh Kota, demikian juga kota lainnya merupakan tempat pemasaran
yang sangat potensial. Selain itu banyaknya hotel-hotel merupakan salah satu
potensi pasar yang dapat dilihat dan dapat digunakan sebagai acuan pemasaran
telur ayam ini.Selain itu juga ayam afkir atau yang sudah tidak produktif lagi
dapat dijual sebagai ayam konsumsi (Bondan, 2005).
Kebutuhan
akan protein hewani akan terus bertambah, hal ini tentunya disebabkan karena
pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang menaikan permintaan, dan dengan
adaya perkembangan ekonomi dan kesadaran zat gizi dari masyarakat, namun
kebutuhan hewani tersebut belum dapat di penuhi jika dilihat dari gizi yang
telah ditargetkan oleh produksi peternakan yang telah ada (Bondan, 2005).
Hasil
produksi berupa telur akan di pasarkan ke seluruh pasar tradisional yang dekat
dengan usaha peternakan, warung, rumah makan, restoran, perusahaan roti serta
hotel-hotel yang ada. Selain itu konsumen dapat membeli langsung ke
peternakan.Trasnportasi pemasaran menggunakan mobil untuk pemasaran yang jaraknya
jauh dari peternakan (Firdaus, 2008).
2.3.6
Kendala dan Hambatan
Menurut
Indah (2008), beberapa faktor yang menjadi kendala dalam usaha ternak ayam ras
petelur adalah sebagai berikut :
1.
Usaha peternakan ayam ras petelur
seringkali dihadapkan pada harga input produksi tinggi, sedangkan harga output
produksi yang rendah. Kondisi marjin yang semakin rendah (rasio harga 1 kg
telur dengan 1 kg pakan sama dengan 2,5-3 : 1, dibandingkan dengan tahun 80-an
dapat mencapai 4-5 : 1), oleh karena rasio harga telur dengan harga pakan yang
semakin tinggi.
2.
Adanya risiko dan kondisi ketidakpastian
yang relatif tinggi baik dari aspek teknis maupun finansial karena produksi
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sementara keuntungan sangat
sensitif terhadap perubahan harga.
3.
Adanya permintaan konsumen yang
fluktuatif dari hari ke hari karena telur termasuk bahan makanan yang
subtitutif.
4.
Sifat telur yang merupakan produk yang
sifatnya perishable(mudah rusak), sehingga harus dapat dijual atau dikonsumsi
segera.
5.
Pada umumnya kualitas produk belum
mencapai standar internasional, sehingga kemampuan untuk ekspor sangat lemah.
Selanjutnya
dikatakan bahwa ada beberapa faktor hambatan yang perlu diantisipasi dalam
usaha ternak ayam ras petelur adalah, sebagai berikut :
1.
Persaingan negara tetangga khususnya
Thailand atau Malaysia yang dapat berproduksi dengan biaya lebih murah dengan
perkembangan teknologi yang lebih efisien, karena adanya dukungan pemerintah
secara aktif.
2.
Kondisi keamaman dalam negeri yang masih
rawan menyebabkan ancaman penjarahan dari kelompok masyarakat tertentu masih
tinggi.
3.
Teknologi yang belum sepenuhnya dapat
menciptakan produk bebas residu antibiotik dapat menghambat pemasaran di pasar
global, karena dalam WTO diterapkan persyaratan yang ketat dalam hal kesehatan
terhadap konsumen.
4.
Ancaman perdagangan bebas yang tidak
diberlakukannya lagi hambatan tarif untuk bea masuk produk luar negeri dan
semakin berkurangnya peranan pemerintah dalam intervensi perdagangan. Hal ini
perlu diwaspadai dengan membanjirnya produk-produk luar negeri yang cenderung
over supply, sehingga akan mengganggu kestabilan harga di dalam negeri.
§ Margin
yang tipis dan sifatnya sangat sensitif terhadap perubahan harga harus
diimbangi dengan sistem produksi yang sangat efisien. Dukungan pemerintah
diperlukan dalam membuat kebijakan yang memihak industri ayam khususnya yang
ditangani masyarakat kecil, misalnya dalam hal pembebasan PPN dan pajak baik
dalam hal input produksi (pakan, bibit, obat-obatan dan peralatan) maupun hasil
produksi.
§ Sifat
permintaan ayam ras masih cenderung berfluktuasi sehingga perencanaan usaha
dengan pertimbangan faktor waktu.
§ Karakteristik
produk ayam ras petelur bersifat perishable (mudah rusak) sehingga diperlukan
perencanaan usaha yang sangat cermat dan teliti dan dukungan teknologi
penyimpanan.
§ Bagi
pengusaha mandiri harus dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan besar yang
biasanya menguasai sarana produksi yang berwawasan lingkungan.
§ Pengembangan
peternakan skala besar perlu dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat
untuk menghindari masalah sosial yang mungkin terjadi di masyarakat.
§ Membangun
sistem agribisnis peternakan yang secara terintegrasi dari hulu sampai hilir
dan membangun jaringan distribusi yang mantap serta meningkatkan kualitas
produk untuk menghadapi ancaman perdagangan bebas.
2.4
Aspek Teknis Produksi
2.4.1
Fasilitas
Fasilitas produksi meliputi semua hal yang
digunakan dan diperlukan selama proses produksi berlangsung. Untuk peternakan
ayam ras petelur fasilitas yang dibutuhkan berupa kandang, pakan dan lain
sebagainya yang dapat menunjang proses produksi. Selanjutnya dikatakan bahwa selain
itu diperlukan pula fasilitas penunjang lainnya seperti listrik, kendaraan dan
sebgainya.Secara
teknis, apabila usaha yang direncakan memerlukan fasilitas listrik dalam
kegiatan produksi, tentu penyusunan studi kelayakan dalam perhitungan lokasi
proyek (pabrik) perlu mendapat perhatian terutama ada tidaknya tenaga listrik
yang tersedia(Firdaus, 2008).
2.4.2 Tenaga Kerja
Apabila
usaha/proyek yang didirikan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang relarif
besar (padat karya) sebaiknya lokasi usaha yang didirikan dekat dengan
pemukiman penduduk.Untuk gagasan usaha/pabrik yang direncanakan memerlukan
pekerja yang mempunyai keahlian (skill) sebaiknya
lokasi usaha/proyek tersebut didirikan dekat dengan tenaga kerja yang
mempunyai skill karena ada kalanya
untuk memindahkan tenaga kerja skill amat
sulit untuk dilakukan (Sedarmayanti, 2009).
2.4.3 Teknologi
Selama proses produksi berlangsung diperlukan
penggunaan teknologi yang dapat membantu proses produksi. Menurut Bosawer (2004),
yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan teknologi:
1. Ketepatan
teknologi dengan bahan bakunya
2. Keberhasilan
teknologi ditempat lain
3. Pertimbangan
teknologi lanjutan
4. Besarnya
biaya investasi dan biaya pemeliharaan
5. Kemampuan
tenaga kerja dan kemungkinan pengembangannya
6. Pertimbangan
pemerintah dalam hal tenaga kerja dan pertimbangan lainnya.
2.4.4 Proses Produksi
Proses
diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya
sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk
memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan barang atau jasa (Assauri, 2004).
2.4.5 Jumlah,
Jenis dan Mutu Produksi
Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai
segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi,
proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan
proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi. Proses produksi dilihat dari arus atau
flow bahan mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu
proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan proses produksi
terputus-putus (Intermettent processes). Kemudian dikatakan bahwa perusahaan
menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan terdapat
urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir.
Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang
pasti dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu
berubah (Ahyari, 2002).
·
Proses
produksi terus-menerus
Proses
produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk
dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam
proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki
karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis
produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
·
Proses
produksi terus menerus
Produk diproses dalam kumpulan
produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam proses produk ini.
Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih
komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak
memerlukan persediaan barang dalam proses.
·
Proses
produksi campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses
produksi terus-menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan
berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan
kapasitas secara penuh.
Jenis
produksi dalam usaha peternakan ayam petelur adalah secara terus-menerus.
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran
produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik
dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang
memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi
atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar (Yamit,
2002).
Jumlah
produksi merupakan berapa banyaknya satuan produk yang dihasilkan dalam periode
tertentu. Jumlah produksi diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dengan
tepat waktu, juga dalam jumlah yang sesuai, sehingga diharapkan keuntungan
perusahaan akan meningkat. Pada dasarnya penentuan jumlah produksi ini
direncanakan untuk memenuhi tingkat produksi guna memenuhi tingkat penjualan
yang direncanakan atau tingkat permintaan pasar (Yamit, 2002).
Assauri
(2004), mengatakan bahwa untuk meningkatkan jumlah dan mutu produksi hasil
produksi dapat dilakukan dengan upaya-upaya berikut:
a)
Intensifikasi
Intensifikasi
adalah usaha meningkatkan hasil produksi dengan cara menambah dan/atau
memperluas faktor-faktor produksi (sumber daya ekonomi) yang digunakan.
Contohnya:
- Meningkatkan kualitas tenaga kerja
- Memperbaiki cara berproduksi
- Peninngkatan jam operasi mesin
- Menerapkan panca atau sapta usaha tani dalam bidang pertanian
b)
Ekstensifikasi
Ekstensifikasi
adalah usaha meningkatkan hasil produksi dengan memperluas atau menambah
faktor-faktor produksi. Contoh upaya yang dapat dilakukan pada ekstensifikasi
produksi ini, sebagai berikut :
1.
Membuka
lahan pertanian
2.
Mendirikan
pabrik baru atau cabang-cabang pabrik/perusahaa
3.
Penambahan
jumlah armada angkutan
c)
Diversifikasi
Diversifikasi
adalah usaha untuk meningkatkan produksi dengan cara menambah
jenis/keanekaragaman hasil produksi. Diversifikasi dilakukan perusahaan
bertujuan selain untuk menambah jumlah hasil produksi, juga dimaksudkan untuk
meningkatkan keuntungan dan menutup kerugian yang mungkin terjadi apabila salah
satu/sebagian hasil produksi ternyata tidak laku di pasar. Contohnya :
- Selain menanam padi, pada lahan yang masih kosong ditanami juga palawija.
- Selain menghasilkan kain juga memproduksi pakaian jadi.
- Selain memproduksi televisi dibuat pula antena televisi, radio, dan amplifier
d)
Rasionalisasi
Rasionalisasi
adalah usaha meningkatkan mutu dan hasil produksi dengan cara meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh yang dapat dilakukan antara
lain sebagai berikut :
- Untuk menghemat tenaga kerja dan efektivitas produksi, maka digunakan tenaga kerja mesin.
- Melaksanakan kegiatan produksi dengan menerapkan menejemen yang baik.
Menurut Gasperz (2005)
mutu/ kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi
juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses, dan kualitas lingkungan agar
dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen.
2.4.6
Produksi Optimum
Penentuan Volume Produksi yang
Optimal dengan MetodeEconomic Production Quantity (EPQ) yaitu Persediaan produk dalam suatu
perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar.
Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan
disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya
minimal.Permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic
Production Quantity (EPQ).Metode EPQ dimaksudkan untuk menentukan
besarnya volume produksi yang optimal, dalam artian cukup untuk memenuhi
kebutuhan dengan biaya yang serendah-rendahnya (Yamit, 2002).
Menurut Riyanto (2001), penentuan
jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel
dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut:
·
Biaya-biaya
yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang
disebut biaya persiapan produksi (set-up cost)
·
Biaya-biaya
yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut
biaya penyimpanan (holding cost).
Menurut Handoko (2002), biaya
persiapan produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan sebelum produksi
berlangsung. Biaya ini timbul karena perusahaan memproduksi sendiri bahan baku
yang akan digunakan. Biaya ini terdiri dari : (1) biaya mesin-mesin menganggur,
(2) biaya persiapan tenaga kerja langsung, (3) biaya scheduling, (4)
biaya ekspedisi dan sebagainya.
Siagian (2007), menyatakan bahwa
biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya
penyimpanan diantaranya :
1.
Biaya
fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
2.
Biaya
modal (opportunity cost of capital)
3.
Biaya
keusangan
4.
Biaya
perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
5.
Biaya
asuransi persediaan
6.
Biaya
pajak persediaan
7.
Biaya
pencurian, pengrusakan atau perampokan
8.
Biaya
penanganan persediaan, dan sebagainya.
Kedua jenis biaya tersebut mempunyai
hubungan dengan tingkat persediaan.Biaya persiapan produksi berbanding terbalik
dengan tingkat persediaan.Biaya penyimpanan berbanding lurus dengan tingkat
persediaan.Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk persiapan produksi,
tingkat persediaan semakin kecil dan sebaliknya.Bila biaya penyimpanan semakin
besar, tingkat persediaan semakin besar atau sebaliknya(Siagian, 2007).
2.4.7 Kendaladan Hambatan Aspek Teknis
Produksi
Menurut Mudifin dan Mahmud (2007), bahwa hambatan
dalam proses produksi yaitu proses produksi, jumlah produksi, skala produksi,
kontrol kualitas dan product cacat.
1. Jadwal
Produksi
Jadwal
produksi sangat krusial bagi susksenya sebuah produk. Produksi merupakan satu
proses yang panjang dan keterkaitan yang tinggi antar bagian mulai dari
prediksi penjualan, pencarian bahan baku, pemesanan bahan baku, hingga
pemesanan bahan penunjang. Jika salah satu bahannya tidak tersedia sesuai
dengan jadwal maka keseluruhan proses produksi akan terganggu.
2.
Jumlah
produksi
Terjadinya kelebihan produksi akan menjadi biaya tambahan
akibatnya bukan saja apa yang diproduksi tidak laku tatapi juga bisa
menimbulkan kerugian.
3.
Skala
produksi
Ada kalanya
kita menyimpulkan bahwa semakin banyak produksi akan semakin laku dan semakin
efesien seperti prinsip biaya tetap produksi, akan tetapi biaya tetap produksi
memiliki skala maksimum juga. Seperti mesin produksi jika kita paksakan
produksi terus dan tidak ada masa perawatan bisa berakibat fatal.
4.
Control
kualitas.
Pengawasan akan kualitas produk sangat penting, hampir semua
pabrik menyediakan bagian yang diberikan nama quality control atau QC.
5. Produk cacat
Pembuangan produk cacat juga wajib di kontro agar tidak
terjadi hal-hal yang merusak reputsi perusahaan dan prosuk.Dalam bebrapa
produk, melakukan penarikan kembali produknya karena produknya cacat sring kita
dengar.
2.5 Aspek Keuangan
2.5.1
Komponen dan Struktur Biaya
Menurut Bosawer (2004),
pada hakekatnya komponen dan struktur biaya suatu proyek atau usaha dapat digolongkan
menjadi :
1.
Investment
(capital) cost
Investment (Ko) Merupakanbiaya-biayaproyek yang
dikeluarkanuntukkeperluaninvestasi (sebelumproyekberoperasi), misalnya:
untuktanah, konstruksi, peralatandansebagainya. Biayainvestasiproyekdapatdiperhitungkanpadawaktu:
Ø
Investasitersebutdikeluarkan
Cara
perhitunganiniakantimbulpadaproyek-proyek yang
danainvestasinyatidakterikatuntuksuatuproyektertentu.
Ø
Pinjamanuntukinvestasidilunasibesertabunganya.
Biasanyaperhitunganiniakantimbulapabila
proyekdibiayaiolehdanakhusus/pinjamankhususuntukproyektersebut.
2.
Operation/production
and mainternance cost
Merupakanbiayarutintahunan
yang dikeluarkanuntukoperasi/produksidanpemeliharaan (Odan M cost). Yang
termasukbiaya-biayarutininiadalahbiaya-biayauntuk:
a)
Bahanbaku yang digunakandalamproduksi
b)
Bahanpenolong
c)
Air, listrik, telepon
d) Bahanbakar
e)
Peralatankantor
f)
Pemeliharaangedung-gedung,
mesin-mesindansebagainya
g)
Gaji,upah
h)
Lain-lain.
Beberapabiayalain yang tidaktermasukdalambiayaproyek
(Anwar, 2006):
a) Sunk
cost:
biaya yang sudahdikeluarkansebelumadakeputusanproyekdilaksanakan.
b) Penyusutan:tidakdimasukkandalambiayaproyek,
karenabiayainvestasitelahdimasukkanbiaya proyek. Pemasukanpenyusutansebagaibiayaproyekakanmenimbulkandouble
counting.
2.5.2 Pendapatan
Usaha
Konsep mengenai
pendapatan belum dapat dirumuskan dengan jelas dalam literature akuntansi,
karena pendapatan ini sangat erat kaitannya dengan pengukuran, penetapan waktu
dalam kontek ssistem pembukuan berpasangan.Sehubungan dengan hal diatas,
pengertian pendapatan dapat berbeda-beda tergantung dari sudut mana pendapatan
ini dipandang. Pendapatan diakui sebagaiarusmasukataupeningkatanaktiva lain
sebuah identitas ataupenetapanutangnya (ataukombinasidari keduanya)daripengantaranbarangatauproduksibarang
yang menyumbangkanpelayananataumelakukanaktivitas lain yang
membentukoperasipokokatauoperasisentral yang sedangberlangsungdarisuatuaktivitas”
(Rahardi, 2008).
MenurutRosjidi (2007), Pendapatanadalahpeningkatanjumlahaktivaataupenurunanjumlahkewajibanperusahaan,
yang
timbuldaritransaksipenyerahanbarangdanjasaatauaktivitasusahalainnyadalamsuatuperiode
yang dapatdiakuidandiukurberdasarkanprinsip akuntansi berlaku umum.
Dalampengertianinipendapatan yang diperolehdaritransaksipenyerahanbarangataujasaatauaktivitasusahalainnyaituadalah
yang berhubungansecaralangsungdengankegiatanuntukmemperolehlabausaha yang
dapatmempengaruhiterhadapjumlahekuitaspemilik.Dengandemikian,
tidaktermasukdalampengertianpendapatan, adalahpeningkatanaktivaperusahaan yang
timbuldaripengadaanaktiva, investasiolehpemilik,
pinjamanataupunkoreksilabarugipadaperiodesebelumnya.
2.5.3
Kebutuhan Modal dan Kredit
Menurut
Ramadhan (2013), untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan, kebutuhan
akan dana mutlakharustersediakarenatanpa ketersediaan
dana, tidak akan mungkin
kegiatan perusahaan akan berjalan lancar. Dalam praktiknya
dana yang dibutuhkan perusahaan ada dua macam, yaitu untuk
keperluan modal kerja dan investasi.
a)
Modal
Modal kerja yaitu modal yang dibutuhkan untuk membiayai
operasional perusahaan sehari-hari, seperti membayar beban gaji; beban air,
telpondanlistrik; pembelianbahanbaku; danpengeluaran lainnya. Modal kerjabiasanyadigunakanuntukkegiatanrutinperusahaandansifatnyajangkapendek.Sementaraitu,
modal investasimerupakan modal yang dibutuhkanperusahaanuntukjangkapanjang,
sepertimembangungedung, pabrik, membelimesin-mesin, dan modal
investasilainnya.Keduajenis modal
inisamapentignyauntukdapatdipenuhiperusahaanpadawaktutertentu.Dana yang
harusdipenuhiolehperusahaanbaik yang digunakanuntuk modal kerjamaupuninvestasi,
bersumberdaripemilikusahaitusendirimaupun dari modal pinjaman/hutang.
Menurut Reski (2012), pemilihanjenissumber modal yang
diinginkanharusmempertimbangkanberbagaifaktor, diantaranya:
Ø Bebanbunga yang harusditanggung
Ø Persyaratanmemperoleh modal tersebut
Ø Jumlahdana yang dibutuhkan
Ø Jangkawaktudana yang dibutuhkan
Ø Jaminan yang diberikan
Ø Pertimbanganlainnya
b) Kredit
Pengertiankreditdapatdiartikankedalamduahal,
yaitukreditdalamartipemberianataupenyalurandalambentukuangdankreditdalambentukproduk,
yaitubarangataujasa.
Di Indonesia,
pengertiankreditdibagiduasesuaidenganjenis bank yang adasaatini, yaitukredit
bagi bank Konvensionaldanpembiayaanbagi bank Syari’ah. MenurutUndang-UndangPokokPerbankanNomor
10 Tahun 2005, kreditadalah: Penyediaanuangatautagihan yang
dapatdipersamakandenganitu, berdasarkanpersetujuanataukesepakatanpinjam-meminjamantara
bank denganpihak lain yang
mewajibkanpihakpeminjammelunasiutangnyasetelahjangkawaktutertentudenganpemberianbunga.
2.5.4 Analisis Arus Kas
Laporan arus kas (statement
of cash flows atau cash flow statement) adalah
laporan yang menyajikan ikhtisar terinci
mengenai semua arus kas masuk dan arus
kas keluar, atau sumber dan penggunaan
kas selama suatu periode (IAI, 2007).Informasi tentang arus kas suatu
perusahaan berguna bagi para pemakai laporankeuangan sebagai dasar untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkankas dan setara dengan kas.Tujuan
utama laporan arus kas adalah menyediakaninformasi yang relevan mengenai
penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaanselama suatu periode. Penyajian
laporan arus kas harus diklasifikasikan sesuaidengan aktivitasnya masing-masing
sesuai dengan ketentuan Standar AkuntansiKeuangan bahwa ” Laporan arus kas
harus dapat melaporkan arus kas selama periode tertentu ” (Karmila, 2009).
Menurut Subramanyam
(2010),Laporan arus kas merupakan campuran antara laporan laba-rugi dengan
neraca. Laporan arus kas dapat mengekspresikan laba bersih perusahaan yang
berkaitan dengan nilai perusahaan sehingga jika arus kas meningkat, maka laba
perusahaan akan meningkat dan hal ini akan meningkatkannilai perusahaan dan
selanjutnya juga akan menaikkan laba perusahaan.
2.6 Aspek Sosial Ekonomi
2.6.1 Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan
tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin
dari banyaknya jumlah penduduk bekerja.Penduduk yang bekerja terserap dan
tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja
disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu,
penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja
(Kuncoro, 2002).
Menurut Sonny (2003), Permintaan
tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan
atau instansi, dimana faktor yang mempengaruhi penyerapan akan tenaga kerja
adalah:
1. Tingkat Upah
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi
tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa
tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
a)
Naiknya
tingkat upah akan meningkatkan biaya priduksi perusahaan, yang selanjutnya akan
meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya para konsumen
akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu
mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang
bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen
menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan
berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala
produksi atau scale effect.
b)
Kenaikan tingkat upah dalam jangka
panjang akan direspon oleh perusahaan dengan penyesuaian terhadap input yang
digunakan. Perusahaan akan menggunakan teknologi padat modal untuk proses
produksinya dan menggantikan tenaga kerja dengan barang-barang modal seperti
mesin dan lain-lain. Kondisi ini terjadi bila tingkat upah naik dengan asumsi
harga barang-barang modal lainnya tetap. Penurunan penggunaan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan
mesin-mesin disebut efek substitusi tenaga kerja atau substitution effect (capital
intensive).
2. Perubahan
permintaan Menurut
Sonny (2003), upah dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1.
Upah
pokok Upah yang diberikan pada karyawan, yang dibedakan atas upah per jam, per
hari, per minggu, per bulan.
2.
Upah
lembur Upah yang diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja yang
telah ditetapkan perusahaan.
3.
Tunjangan
Sejumlah uang yang diterima karyawan secara menyeluruh karena adanya keuntungan
dari perusahaan pada akhir tahun neraca.
3. Nilai Produksi
Nilai
produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan
hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual
atau sampai ke tangan konsumen. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil
produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan hasil produksi
perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas
produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga
kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain:
naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang
bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-
barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi
(Kuncoro, 2002).
4. Nilai Investasi
Investasi
dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian (Sadono, 2002).Mesin digerakkan oleh tenaga kerja
atau sumber- sumber serta bahan-bahan dokelola oleh manusia.Menurut Dumairy
(2005), investasi adalah penambahan barang modal secara neto positif. Seseorang
yang membeli barang modal tetapi ditujukan untuk mengganti barang modal yang
aus dalam proses produksi bukanlah merupakan investasi, tetapi disebut dengan
pembelian barang modal untuk mengganti (replacement).
Pembelian
barang modal ini merupakan investasi pada waktu yang akan datang. Nilai
investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin dan
peralatan pada saat pembelian. Investasi ini menentukan skala usaha dari suatu
industri kecil yang akan mempengaruhi kemampuan dari usaha tersebut dalam
penggunaan faktor produksi yang dalam hal ini berhubungan dengan jumlah
investasi yang dilakukan perusahaan yang pada akhirnya menentukan tingkat penyerapan
tenaga kerja (Dumairy, 2005).
Menurut
Sadono (2002), Dimana faktor utama untuk menentukan tingkat investasi adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat keuntungan investasi yang
diramalkan akan diperoleh.
b. Tingkat bunga
c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi
dimasa akan datang.
d. Tingkat pendapatan nasional dan
perubahan-perubahannya.
e. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan.
2.6.2 Peningkatan Pendapatan dan Peluang Usaha
Menurut
Soekartawi (2007),usaha ternak ayam petelur telah memberi kontribusi dalam
peningkatan pendapatan keluarga peternak. menyatakan bahwa peningkatan
pendapatan keluarga peternak ayam tidak dapat dilepaskan dari cara mereka
menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor sosial dan faktor ekonomi.
Analisis
pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha,
menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat
ditingkatkkan atau tidak.Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila
pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana
produksi.Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang
penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 2001).
Soeharjo
danPatong (2003), menyebutkan
bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan
penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya
disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan
sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain
analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.
2.6.3 Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut
Jaya (2005), beberapa hal yang dianggap menjadi penyebab utama rendahnya PAD
sehingga menyebabkan tingginya ketergantungan daerah terhadap pusat, adalah
sebagai berikut :
1.
Kurang berperannya Perusahaan Daerah
sebagai sumber pendapatan daerah;
2.
Tingginya derajat sentralisasi dalam
bidang perpajakan, karena semua jenis pajak utama yang paling produktif baik
pajak langsung maupun tidak langsung ditarik oleh pusat;
3.
Kendati pajak daerah cukup beragam,
ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan;
4.
Alasan politis di mana banyak orang
khawatir apabila daerah mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong
terjadinya disintegrasi dan separatisme;
5.
Kelemahan dalam pemberian subsidi
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang hanya memberikan kewenangan yang
lebih kecil kepada Pemerintah Daerah merencanakan pembangunan di daerahnya.
Dibalik tingginya
ketergantungan daerah terhadap pusat dalam pelaksanaan otonomi daerah
mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya penerimaan PAD antara
lain adalah (Widayat, 2004) :
1. Banyak
sumber pendapatan di kabupaten/kota yang besar, tetapi digali oleh instansi
yang lebih tinggi, misalnya pajak kendaraan bermotor (PKB), dan pajak bumi dan
bangunan (PBB);
2. Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) belum banyak memberikan keuntungan kepada Pemerintah
Daerah;
3. Kurangnya
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi, dan pungutan lainnya;
4. Adanya
kebocoran-kebocoran;
5. Biaya
pungut yang masih tinggi;
6. Banyak
Peraturan Daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan;
7. Kemampuan
masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.
2.7 Aspek Dampak Lingkungan
AMDAL
(Analisis Dampak Lingkungan) yaitu sebuah kajian yang digunakan untuk
memperkirakan suatu dampak atas sebuah usaha/kegiatan yang
diselenggarakan di suatu lingkungan tertentu.AMDAL suatu kegiatan yang bertujuan
untuk memastikan suatu masalah yang nantinya akan berdampak pada kelestarian
suatu lingkungan atas adanya suatu usaha/kegiatan, yang selanjutnya akan dibuat
suatu keputusan/tindakan apa yang akan dilakukan untuk menanggulangi masalah
tersebut nantinya.Menurut Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 AMDAL
merupakan kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Berikut adalah
beberapa dampak lingkungan yang disebabkan oleh usaha peternakan ayam petelur
yaitu :
a. Polusi
Udara (Bau)
Polusi udara (bau) sangat mengganggu
masyarakat yang ada di sekitar kandang peternakan ayam.Hal ini dikarenakan
kurangnya manajemen dalam pengelolaan limbah dan lalu lintas ayam pasca panen.
Sebagai contoh keberadaan Sembilan peternakan ayam yang berada di desa Bandar
Jaya, Karang Patri, Sumber Sari, Sumber Reja, Karang Segar, dan desa Karang
Harja di Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi sangat meresahkan warga karena
limbah peternakan ayam tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap (Sihombing, 2004).
Bau yang tidak sedap ini berasal
dari kandungan gas amonia yang tinggi yang terbentuk dari penumpukan feses yang
masih basah dalam kondisi anaerob.Gas amonia mempunyai pengaruh buruk terhadap
manusia dan ternak, hal ini dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Pengaruh
Gas Amonia pada Manusia dan Ternak
Kadar amonia (ppm)
|
Gejala/Pengaruh
Yang Ditimbulkan Pada Manusia dan Ternak
|
5
|
Kadar paling rendah yang tercium
baunya
|
6
|
Mulai timbul iritasi pada mukosa
mata dan saluran napas
|
11
|
Penurunan produktivitas ayam
|
25
|
Kadar maksimum yang dapat
ditolerir selama 8 jam
|
35
|
Kadar maksimum yang dapat
ditolerir selama 10 jam
|
40
|
Mulai menyebabkan sakit kepala,
mual, hilang nafsu makan pada manusia
|
50
|
Penurunan drastis produktivitas
ayam dan terjadi pembengkakkan Fabricious
|
Sumber:
Setiawan (2005).
Ada
banyak cara untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan feses ayam
broiler antara lain: penggunaan zeolit pada pakan, penambahan kapur pada
kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio pada pakan. Penggunaan zeolit
lebih dari 4% dalam pakan, memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam
menurunkan pembentukan gas amonia, tetapi perlu diperhatikan efek samping dari
penggunaan zeolit yang lebih tinggi (Fauziah, 2009).Penambahan kapur 1% dan 3%
pada kotoran ayam dapat mengurangi gas amonia. Sedangkan penggunaan mikroba
starbio sebanyak 0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar amonia dilingkungan
kandang (Zainuddin dkk.,2004).
Untuk menurunkan bau kotoran ayam dan mengurangi kepadatan lalat bisa
menggunakan Efektif organisme (Sucimanah, 2002).
Permasalahan
bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ternak berupa kotoran ayam
yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk. Setiap usaha peternakan baik itu
berupa sapi, ayam, kambing, kuda maupun babi akan menghasilkan kotoran yang
memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, sehingga banyak petani
menggunakannya sebagai pupuk dasar. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak ada dua
macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk yang telah membusuk. Pupuk kandang
segar adalah kotoran yang dikeluarkan oleh ternak sebagai sisa proses makanan
yang disertai urine dan sisa-sisa makanan sedangkan pupuk kandang yang telah
membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan lama sehingga telah mengalami
proses pembusukan atau penguraian oleh jasad renik (mikroorganisme) yang ada
dalam permukaan tanah (Wibowo, 2010).
b. Timbulnya Lalat yang Banyak
Lalat
timbul karena kurangnya kebersihan kandang ayam.Lalat adalah jenis serangga
yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam yang sakit ke
ayam yang sehat, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, mencairkan
feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatnya kadar amonia dalam kandang.
Lalat juga meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat dengan
peternakan sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk mengurangi keberadaan lalat.Ada banyak jenis lalat yang ada di
permukaan bumi ini, tapi yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis
lalat rumah (musa domestika), lalat hijau (lucilia), lalat biru (calliphora
vumituria), dan lalat latrine (fannia cunicularis).Selain mengganggu
pemandangan lalat juga menimbulkan banyak berbagai penyakit misalnya; desentri,
diare, thypoid dan colera. Penyebaran bibit dari berbagai penyakit itu hampir
sama yaitu dibawa oleh lalat yang berasal dari sampah, kotoran manusia
atau hewan, terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang
lain dari lalat lalu hinggap pada makanan manusia. Umumnya gejala dari penyakit
ini adalah perut sakit, gangguan pada usus, demam tinggi, sakit kepala dan
berak darah(Dedy, 2010).
Menurut
Lili (2010), keberadaan lalat dapat diberantas dengan cara biologis, kimiawi,
elektrik dan tekhnis. Secara biologis yaitu pemberantasan yang melibatkan
makhluk lainnya yang merupakan predator lalat, contohnya kumbang parasit,
lebah.Cara biologis lainnya dengan menggunakan hormone serangga sintesis yang
dicampurkan ke dalam pakan ternak.Pemberantasan lalat secara kimiawi dengan
menggunakan berbagai macam racun serangga yang efektif dalam membunuh lalat.
Secara elektrik yaitu dengan menggunakan lampu neon yang memiliki daya tarik
pandangan lalat, sehingga lalat yang mendekati lampu akan tersetrum aliran
listrik dan mati. Sedangkan secara teknis yaitu menggunakan alat penangkap
lalat yang paling sederhana hingga modern.Selain usaha tersebut di atas.Keberadaan
lalat juga dapat diatasi dengan memelihara kotoran ayam agar tetap kering
dan secara mekanik yaitu dengan biosekuriti yang meliputi manajemen kebersihan
(pembersihan dan disenfeksi kandang, terutama setelah panen) dan manajemen
sampah (pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam)(Dedy, 2010).
c. Kekhawatiran
Menyebarnya Virus Flu Burung Avian Infuenza (H5N1)
Perijinan
pendirian peternakan akan semakin sulit diperoleh, karena takut akan
terjangkitnya virus flu burung. Peternak dan masyarakat umum perlu diberikan
pengarahan mengenai pedoman, pencegahan, pengendalian dan pemberantasan
penyakit hewan menular Influenza pada unggas.Sehingga dapat diambil tindakan
secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat virus Avian
Influenza (AI).Flu Burung (Avian Influenza) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan manusia (Lili, 2010).
Menurut
Pambudi (2010), gelala-gejala flu burung pada unggas adalah sebagai berikut; terjadi
pembengkakan pada jengger, pial dan kelopak mata; warna kebiruan (sianosis)pada
jengger dan pial; perdarahandi bawah kulit pada daerah kaki (tungkai, telapak
kaki) dan bagian badanyang tidak berbulu sehingga tampak kemerah-merahan;
keluar cairan (eksudat) dari hidung yang jernih dan kadang-kadang bercampur
dengan darah, perdarahan titik (petechie) pada daerah dada, kaki dan telapak
kaki, batuk bersin dan ada suara ngorok; kadang kala unggas mengalami diare;
penurunan produksi telur atau berhenti berproduksi dan penurunan nafsu makan.
Penyebab
flu burung pada unggas adalah virus influenza tipe A. Virus ini termasuk family
Orthomyxoviridae dari genus influenza. Pada manusia virus flu burung yang
mempunyai tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau High Pathogenic Avian
influenza (HPAI) H5N1 (Pambudi, 2010).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Lokasi Praktikum
Praktek lapangan
analisi dan studi kelayakan proyek dilaksanakan pada hari Kamis sampai Jumat
tanggal 30 April – 1 Mei 2015. Bertempat di Desa Bonto Salluang, Kecamatan
Bissappu Kabupaten Bantaeng.
3.2
Metode Pelaksanaan Praktikum
Adapun metode
pengambilan data yang diterapkan pada praktek lapang ini yaitu:
a.
Observasi adalah suatu kegiatan
melakukan pengamatan langsung kepada peternak untuk mendapatkan informasi yang
lebih rinci tentang keadaan yang sebenar benarnya.
b.
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya
jawab antara pewawancara dengan narasumber sesuai dengan tujuan dilakukannya
praktek.
BAB IV
GAMBARAN
UMUM LOKASI
4.1 KeadaanUmumLokasi
4.1.1
Letakdanpembagianwilayahadministrasi
DesaBontoSalluangterletakdiwilayahpemerintahanKecamatanBissapuKabupatenBantaeng,
jarakdariibukotaKecamatan
Km dan jarak dari ibukota kabupaten
Km. Jikamenggunakankendaraanbermotormakajaraktempuhkekotakecamatan
menit,
dan
jam
menujuibukotakabupaten.
LuaswilayahDesaBontoSalluang
km2
dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara :
berbatasandenganDesaBontoMacciniKecamatan Sinoa
SebelahTimur : berbatasandenganKelurahanBontoLembangKecamatan
Bissappu
Sebelah
Barat :
berbatasandenganKelurahanBontoManai Kecamatan
Bissappu
Sebelah
Selatan : berbatasandenganKelurahanBontoLembangKecamatan
Bissappu
Berdasarkancacatanstasiunklimatologi,
iklimDesaBontoSalluang, sebagaimanadesa-desa lain di wilayah Indonesia
mempunyaiiklimkemarau, penghujandan pancaroba.Hal tersebutmempunyaipengaruhlangsungterhadappolatanamdankeadaanmasyarakat
di DesaBontoSalluangKecamatanBissapu.
4.1.2 Keadaan
Sosial Ekonomi Penduduk
4.1.2.1
JumlahPenduduk berdasarkanJenisKelamin
Jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Bontosalluang Kecamatan Bissappu dapatdilihatpada
Tabel 2:
Tabel 2. Jumlah Penduduk
berdasarkan Jenis Kelamin
Dusun
|
Jenis Kelamin
|
Total
|
|
Perempuan
|
Laki-Laki
|
||
Paccikkokang
|
199 Orang
|
186 Orang
|
385 orang
|
Salluang
|
296 Orang
|
257 Orang
|
553 orang
|
Pacukku
|
228 Orang
|
191 Orang
|
419 orang
|
Bissappu
|
454 orang
|
399 orang
|
853 orang
|
Total
|
30 orang
|
40 Orang
|
70 orang
|
Sumber :
Data Primer, Profil Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu yang telah
diolah, 2015.
Berdasarkan
pada Tabel 2 dapat diketahui Desa Bonto Salluang kecamatan Bissappu mempunyai
jumlah penduduk 2.210 jiwa (1.033 laki-laki dan 1.177 perempuan), terdiri dari
576 kepala keluarga. Penduduk terbesar dalam 4 wilayah dusun yaitu Dusun
Paccikkokang, Salluang, Pacukku, Bissappu.Hal ini tidak sesuaidenganpendapatHartanto
(2010), yang menyatakanbahwakelahiranlaki-lakilebihbanyakdariperempuan,
perbandingannya 105 kelahiranlaki-lakiberbanding 100 kelahiranperempuan. Hal
inidisebabkankarenatingginyarasiokematianperempuanakibatdarikelahiran.Meskipunangkaharapanhidupperempuanmasihlebihtinggidarilaki-laki,
namunangkaharapanhidup laki-lakijugamulaitinggi.Hal iniberartikesehatanlaki-lakimulaimembaikdaripadaperempuan.
4.1.2.2
JumlahPendudukberdasarkanTingkatPendidikan
Jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu dapatdilihatpada
Tabel 3:
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
|
Tingkat pendidikan
|
Jumlah (orang)
|
1
|
SD
|
397
|
2
|
SMP
|
297
|
3
|
SLTA
|
489
|
4
|
DIPLOMA
|
17
|
5
|
S1
|
11
|
6
|
S2
|
2
|
Sumber :
Data Primer, Profil Desa Bonto salluang Kecamatan Bissappu yang telah diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 3 di atasdapat di
simpulkanbahwajumlahpendudukberdasarkantingkatpendidikan yang paling banyakyaitu
pada tingkat pendidikan SLTA sederajatsebanyak 489 orang danjumlahpendudukberdasarkantingkatpendidikan
yang paling sedikit yaitu S2 yaitu sebanyak 2 orang.
Dari jumlah penduduk pada Tabel 3 dapat di ketahui bahwa
penduduk yang memiliki pendidikan yang tinggi sangat sedikit kuantitasnya.Ini
dikarenakan pemikiran masyarakat setempat masih kurang peduli dengan
pendidikan, dan lebih mementingkan pekerjaan untuk menghasilkan materi dengan
cepat. Faktor lain yang mempengaruhi kurangnya pendidikan di daerah tersebut
karena kebanyakan orang tua menikahkan anaknya pada usia dini yaitu antara
15-19 tahun, sehingga jenjang pendidikan anak tersebut menjadi terhambat.
Sedangkan orang tua yang memang peduli terhadap pendidikan anaknya akan
menyekolahkan anaknya hingga kejenjang pendidikan yang tinggi. Hal ini dapat di
buktikan dengan kurangnya persentase jumlah penduduk dengan persenta sejumlah
sarjana.
4.1.2.3 JumlahPendudukBerdasarkan
Mata Pencaharian
Jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu
dapatdilihatpada Tabel berikut :
Tabel
4.Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
No
|
Jenis pekerjaan
|
Jumlah(orang)
|
1
|
Petani
|
1754
|
2
|
Pns
|
19
|
3
|
Pedagang
|
21
|
4
|
Veteran
|
2
|
5
|
Pegawai swasta
|
315
|
6
|
Polisi
|
-
|
7
|
Tni
|
5
|
Sumber :
Data Primer, Profil Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu yang telah
diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 4 jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian diketahui paling banyakpada bidang pertanian sebanyak 1754 orang dibandingkandenganbidangpekerjaanlainnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soekawi (2002), yang menyatakan bahwa penduduk
Indonesia sebagian besar bekerja dalam bidang pertanian, hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan negara agraris yang dilalui oleh dua jalur khatulistiwa
yang membuat lahan pertanian yang pada umumnya subur.
4.1.2.4
Pola Penggunaan Tanah
Penggunaan
tanah di Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu sebagian besar diperuntukan
untuk tanah pertanian, berupa sawah dan kebun sedangkan sisanya untuk
pemukiman, bangunan fasilitas umum dan daerah wisata.
4.1.2.5 JumlahPendudukberdasarkan
Pemilikan Ternak
Jumlah
penduduk berdasarkan kepemilikan ternak di Desa Bonto Salluang Kecamatan
Bissappu dapatdilihatpada Tabel berikut :
Tabel 5.Jumlah Penduduk berdasarkan Kepemilikan
Ternak
No
|
Jenis ternak
|
Jumlah(ekor)
|
1
|
Ayam
|
420
|
2
|
Kambing
|
186
|
3
|
Sapi
|
30
|
4
|
Kerbau
|
-
|
5
|
Kuda
|
60
|
Sumber :
Data Primer, Profil Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu yang telah diolah, 2015.
Berdasarkan
Tabel 5 diatasdapatdiketahuibahwapopulasiternakterbanyakadalahayamyaituberjumlah
420 ekor.Kemudianternaksapi 30 Ekor, kambing berjumlah 186 ekor, kuda berjumlah
60 ekor, dan kerbau tidakada. Banyaknya populasi ayam di Desa Bonto Salluang Kecamatan
Bissappu karena sebagian besar penduduk bermata pencaharian ternak ayam ras
petelur .
4.1.2.6
Sarana dan Prasarana Desa
Saranadanprasaranadi
Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu dapatdilihatpada Tabel 6:
Tabel 6. Sarana dan Prasarana
NO
|
JENIS PRASARANA
|
VOLUME
/ UNIT
|
1
|
Kantor Desa
|
1
|
2
|
Mesjid
|
4
|
3
|
Mushallah
|
3
|
4
|
Poskesdes
|
1
|
5
|
Sekolah Dasar
|
2
|
6
|
Polindes
|
1
|
7
|
Jalan Desa
|
3400 m
|
8
|
Jalan Dusun
|
4000 m
|
9
|
Jalan Tani
|
-
|
10
|
Jembatan
|
1
|
11
|
Jembatan Gantung
|
2
|
12
|
Instalasi Air Bersih
|
5 km
|
13
|
MCK
|
26
|
14
|
Posyandu
|
2
|
15
|
Drainase
|
3,5 km
|
16
|
Tanggul
|
2 km
|
Sumber :
Data Primer, Profil Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu yang telah diolah, 2015.
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sarana dan
prasarana di Desa Bonto Salluang Kecamatan Bissappu ini di pengaruhi oleh
keadaan dari daerah tersebut dimana sarana terbanyak yaitu masjid sebesar 4
unit, hal ini karena mayoritas penduduk di desa tersebut beragama islam.
BAB V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1Identitas
Responden
Berdasarkan
praktek lapang yang telah dilakukan di Desa Bonto Salluang Kecamatan Bisappu
Kabupaten Bantaeng dapat diketahui bahwa responden bernama Akbar yang berusia
34 tahun dengan pendidikan SMA.Jumlah kepemilikan ternak ayam ras petelur
sebanyak 700 ekor dengan luas lahan kandang 6 x 12 m2.
5.2
Kelayakan dari Aspek Sosial
5.2.1
Persepsi Masyarakat tentang Keuntungan yang DiperoleholehPeternak Ayam Ras
Petelur
Berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan maka diperoleh informasi bahwa dalam budidaya usaha
ayam ras petelur yang dikelola selama ini mendatangkan keuntungan. Hal ini
terbukti karena produk yang dihasilkan dalam peternakan ayam ras petelur
seperti telur setiap harinya terjual habis karena permintaan akantelur terus meningkat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nunu
(2005),yang menyatakan bahwa perkembangan permintaan terhadap
telur selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Keuntungan
yang didapat dari usaha peternakan ayam ras petelur yang dikelolah dapat
mensejahterakan keluarga dimana hal ini terbukti adanya upaya yang dilakukan
oleh peternak untuk lebih maju dengan mengubah sistem pemeliharaan menjadi lebih
baik, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.Hal ini sesuai dengan
Winarto (2009), yang menyatakan bahwa melalui upaya-upaya pengembangan terpadu
ini, diharapkan para peternak ayam ras petelur ini nantinya semakin
termotivasi, cepat berkembang, dan mampu meningkatkan taraf perekonomian
keluarga.
5.2.2 Persepsi Masyarakat tentang Kelayakan Teknis
Usaha yang Dilakukan oleh Peternak
Ayam Ras Petelur
Dalam
usaha ayam ras petelur yang dikelola oleh peternak kelengkapan dari aspek
teknis seperti sarana prasarana untuk mendukung dalam proses produksi. Dimana
sarana yang digunakan seperti kandang, tempat pakan, tempat air, ember, selang,
cangkul, gembok, gerobak, timba, pipa, garuk, terpal dan sekop. Hal ini sesuai
dengan (Sucimanah, 2002) bahwaaspek teknis
merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara
teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Beberapa faktor yang
ada didalam aspek teknis, diantaranya : lokasi bisnis, skla operasi dan Kriteria
pemilihan mesin dan equipmentutama
serta alat pembantu mesin dan equipment. Pemilihan alat
produksi pada peternakan ini sudah tepat karena dipilih sesuai kegunaannya.Dengan
pemilihan alat produksi yang tepat ini, maka produksi peternakan ini dapat
berjalan dengan lancar.Usaha ternak ayam ras petelur ini tidak
membutuhkan banyak tenaga kerja yang banyak karena usaha yang dilakukan masih
berskala rumah tangga dan jumlah ternak ayam ras petelur yang ada masih sedikit
yaitu 700 ekor. Hal ini sesuai dengan (Sucimanah, 2002) Sumber daya manusia
merupakan aspek terpenting dalam manajemen, karena dengan penggunaan sumber
daya manusia yang baik maka kegiatan usaha tersebut dapat berjalan dengan baik
pula. Tidak hanya sumber daya manusia yang berkualifikasi baik, tentunya sumber
daya manusia sebagai tenaga kerja pun harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar
penggunaanya dapat efisien.
5.2.3 Persepsi
Masyarakat tentang Prospek Usaha yang Dilakukan oleh Peternak Ayam Ras Petelur
Berdasarkan
wawancara yang dilakukan mengenai kelayakan prospek usaha, maka diketahui bahwa
usaha ternak ayam ras petelur yang dikelola mempunyai potensi yang cukup besar
untuk dikembangkan kedepannya, dengan skala yang cukup besar.Dan usaha ayam ras
petelur juga memberikan penghasilan besar.Hal ini sesuai dengan pendapat (Wibowo,
2010) bahwa Usaha ayam
ras petelur termasuk salah satu jenis usaha yang harus mendapat perhatian
untuk dikembangkan.Pada saat ini kegiatan ekonomi yang berbasis ayam ras
petelur terpusat pada
peternakan rakyat di daearah pedesaan dengan motif
usaha subsistens.Beberapa ciri dari usaha seperti ini adalah skala usaha
kecil, modal kecil, bibit lokal, pengetahuan teknis beternak rendah, usaha
bersifat sampingan, pemanfaatan waktu luang, tenaga kerja keluarga,
sebagai tabungan dan pelengkap kegiatan usahatani.
5.2.4 Persepsi
Masyarakat tentang Status Sosial yang dimiliki melalui usaha yang Dilakukan oleh Peternak Ayam Ras Petelur
Usaha ternak ayam ras petelur yang
dikelola saat ini bertujuan untuk menjadi peternak yang sukses dan memperoleh
penghargaan dari masyarakat atau peternak lain. Sehingga dengan memperoleh
penghargaan dari masyarakat usaha ternak ayam ras petelur yang dilakukan mampu
meningkatkan strata sosial bagi peternak saat ini.Dimana hal ini terjadi karena
menurut sebagian masyarakat bahwa usaha ternak ayam ras petelur merupakan usaha
yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki modal yang besar. Dengan kata lain
bahwa sehingga persepsi masyarakat menganggap bahwa orang yang melakukan usaha
ternak ayam ras petelur memiliki penghasilan yang banyak sehingga status sosial
dalam masyarakat dianggap lebih tinggi dibandingkan masyarakat lainnya.Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu
(2013), yang menyatakan bahwa masyarakat yang memiliki usaha ayam ras petelur
dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi dari pada masyarakat yang
memiliki jenis pekerjaan lainnya.
5.3
Kelayakan dari Aspek Resiko
Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada responden, mengenai aspek resiko dari usaha ternak ayam ras
petelur dimana resiko yang sering dihadapi dalam beternak ayam ras petelur
yaitu masalah penyakit, namun hal ini mampu di atasi dengan memperbaiki
manajemen pemeliharaan dan peternak juga telah mengetahui cara untuk mengatasi
masalah penyakit pada ayam ras petelur serta obat-obatan yang digunakan. Hal in sesuai dengan pendapat ( Karmila, 2009), yang mengatakan ayam ras petelu merupakan salah satu
asset yang dimiliki Kelompok tani. Dengan jumlah ayam secara keseluruhan
sebanyak 700 ekor dan ditempatkan dalam kandang yang sama.
5.4 Analisis Pasar dan Pemasaran Komoditi
Ayam Ras Petelur
Berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan maka diperoleh informasi bahwa dalam pemasaran produk ayam ras
petelur tidak begitu kesulitan, karena pengepul (pedagang) yang datang langsung
kepada para peternak untuk membeli hasil produksi ayam ras petelur. Selain itu ayam ras petelur yang
telah memasuki masa afkir dijual kepada para konsumen apabila masa permintaan
pasar meningkat sepertai pada hari raya. Begitu puladengan perkembangan permintaan terhadap telur
selalu meningkat dari tahun ke tahun, dimana sebagian besar konsumen telur ayam
ras adalah penduduk yang berasal dari kota-kota besar atau semua kalangan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukhlis (2010), yang menyatakan
bahwa jumlah permintaan ayam ras petelur terus mengalami peningkatan seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Masyarakat lebih memilih telur ayam ras
karena harga dari telu ayam ras ini lebih terjangkau jika dibandingkan dengan
telur itik dan telur ayam kampung.
5.5 Analisis
Kelayakan Finansial (B/C Rasio, PayBack Period, IRR dan NPV)
Analisa
kelayakan merupakan suatu evaluasi usaha yang secara menyeluruh sebagai dasar
persetujuan layak tidaknya suatu usaha ditinjau dari besar kecilnya penerimaan
dan pengeluaran.Layak atau tidaknya usaha peternakan ayam ras petelur milik
Akbar dapat diketahui melalui analisi usaha yang dilakukan.
a. Investasi
Usaha
Berdasarkan
Praktek lapang Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur mengenai investasi
usaha dapat diketahui pada Tabel berikut :
Tabel 7.
Investasi Usaha
No
|
Peralatan
|
Jumlah
|
Harga Satuan
|
Total Harga
|
1.
|
Ember
|
2
|
Rp 70.000
|
Rp 140.000
|
2.
|
Skop
|
1
|
Rp 75.000
|
Rp 75.000
|
4.
|
Gembok
|
1
|
Rp 30.000
|
Rp 30.000
|
5.
|
Gerobak
|
1
|
Rp 500.00
|
Rp 500.000
|
6.
|
Timba
|
1
|
Rp 10.000
|
Rp 10.000
|
7.
|
Cangkul
|
1
|
Rp 88.000
|
Rp 88.000
|
8.
|
Pipa
|
1
|
Rp 35.000
|
Rp 35.000
|
9.
|
Garuk
|
1
|
Rp 77.000
|
Rp 77.000
|
10.
|
Terpal
|
1
|
Rp 140.000
|
Rp 140.000
|
Sumber:
Data Sekunder Praktek Lapang Analisis Kelayakan Proyek, 2015.
Biaya
investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha mengalami penyusutan tiap
tahunnya dengan proporsi yang berbeda.Dan ivestasi merupakan pengeluaran modal
oleh perusahan untuk perlengkapan produksi dari perusahaan tersebut. Hal ini
sesuai pendapat Sadono
(2002), yang menyatakan bahwainvestasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian
b. Biaya
Produksi
1. Biaya
Tetap
Biaya tetap merupakan komponen
terakhir dalam biaya operasional setelah biaya variabel.Dimana biaya tetap ini
tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi.
Tabel
8.Biaya Tetap yang dikeluarkan dalam usaha budidaya Ayam Ras Petelur Skala 700 ekor.
No
|
Komponen Biaya Tetap
|
Total Biaya/Periode
|
1.
|
Penyusutan Kandang
|
5.000.000
|
2.
|
Penyusutan Peralatan
|
136.875
|
Total
|
5.136.875
|
Sumber: Data Sekunder Praktek Lapang Analisis
Kelayakan Proyek, 2015.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi
oleh besar kecilnya volume produksi. Biaya tetap terdiri dari pembelian lahan,
pajak, dan biaya penyusutan. Menurut Anggorodi (1994), bahwa biaya tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu tertentu
jumlahnya tetap tidaktergantung jumlah produksi. Biaya ini sifatnya tetap hanya
sampai periode tertentu atau batasproduksi tertentu, tetapi akan berubah jika
batas itu dilewati.
2. Biaya
Variabel
Biaya variabel merupakan salah satu
komponen biaya operasional dalam
kegiatan bisnis yang dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi.
Tabel 9. Biaya Variabel yang
dikeluarkan dalam usaha budidaya Ayam Ras Petelur Skala 700 ekor
No
|
Kompon
|
Satuan
|
Nilai /Total (Rp)
|
1.
|
Pembelian
Ayam
|
Ekor
|
500.000
|
2.
|
Pakan
|
|
|
|
* Jagung
|
Kg
|
3.300.000
|
|
* Dedak
|
Kg
|
720.000
|
|
* AD
|
|
4.200.000
|
3.
|
Vaksin
|
|
2.370.000
|
4.
|
Obat-obatan
|
|
1.320.000
|
5.
|
Tenaga kerja
|
|
6.000.000
|
6.
|
Rak telur
|
|
3.300.000
|
Total Biaya Variabel
|
21.710.000
|
Sumber: Data Sekunder Praktek
Lapang Analisis Kelayakan Proyek, 2015.
Biaya variabel dalam hal ini adalah biaya yang dapat
berubah seiring dengan meningkatnya jumlah/volume produksi usaha peternakan
ayam petelur. Menurut Rahmadi (2009), bahwa biaya variabel adalah biaya-biayayang totalnya
selalu berubah secara proporsional(sebanding) dengan perubahan volume kegiatan
perusahaan. Besar kecilnya total biaya variabeldipengaruhi oleh besar
kecilnyavolume produksi.
c. Penerimaan
1. Pendapatan
Berdasarkan
Praktek lapang Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur mengenai penerimaan
yang mencakup pendapatan dapat diketahui pada Tabel 10 :
Tabel10.Penerimaan
dan Pendapatan pada Peternak Ayam Ras Petelur
Skala 700 ekor
No
|
Jenis Penerimaan
|
Satuan
|
Nilai /Total (Rp)
|
1.
|
Penjualan Telur
|
Rak
|
180.000.000
|
2.
|
Penjualan
Ayam Afkir
|
Ekor
|
17.500.000
|
3.
|
Penjualan Feses
|
Kg
|
84.000
|
Total
Penerimaan
|
197.584.000
|
||
Pendapatan
(Total Penerimaan- Total Biaya Produksi)
|
170.737.125
|
Sumber: Data Sekunder Praktek
Lapang Analisis Kelayakan Proyek, 2015.
Penerimaan
adalah semua hasil penjualan dari hasil produksi usaha peternakan ayam petelu,
sedangkan pendapatan adalah pengurangan dari penerimaan dan total biaya
produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Heriyanto (2009) bahwa, penerimaan
dinilai berdasarkan tingkat efisiensinya, yaitu kemampuan usaha tersebut
menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan.Sedangkan
pendapatan perusahaan
merupakan penerimaan yang diperoleh setelahdikurangi dengan seluruh biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi.
d. Tabel
Cash Flow
Cash flow atau aliran kas merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan
yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah
aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas
keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode. Tabel cash flow atau aliran/arus kas dapat
Tabel 11.
Tabel 11. Arus Kas
Usaha Ayam Ras Petelur Skala 700 ekor
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Nilai (Rp)
|
A
|
Biaya
|
|
|
|
a. Biaya Variabel
|
|
|
|
1.
Pembelian Ayam
|
|
500.000
|
|
2.
Pakan
|
|
|
|
* Jagung
|
|
3.300.000
|
|
* Dedak
|
|
720.000
|
|
* AD
|
|
4.200.000
|
|
3.
Vaksin
|
|
2.370.000
|
|
4.
Obat-obatan
|
|
1.320.000
|
|
5.
Tenaga kerja
|
|
6.000.000
|
|
6.
Rak telur
|
|
3.300.000
|
|
Total Biaya Variabel
|
|
21.710.000
|
|
b. Biaya Tetap
|
|
|
|
Penyusutan kandang
|
|
5.000.000
|
|
Penyusutan peralatan
|
|
136.875
|
|
Total Biaya Tetap
|
|
5.136.875
|
|
Total Biaya Produksi
|
|
26.846.875
|
B
|
PRODUKSI
|
|
|
|
1. Telur
|
rak
|
180.000.000
|
|
2. Ayam afkir
|
ekor
|
17.500.000
|
|
3. Feses
|
|
84.000
|
|
Total Penerimaan
|
|
197.584.000
|
C
|
Pendapatan (B-A)
|
|
170.737.125
|
D
|
R/C (A/B)
|
|
7,3
|
E
|
B/C
|
|
6,3
|
F
|
BEP Harga Produksi
|
|
|
|
* Telur
|
|
5965,97
|
G
|
BEP Volume Produksi
|
|
|
|
* Telur
|
|
671,17
|
Sumber: Data
Sekunder Praktek Lapang Analisis Kelayakan Proyek, 2015.
e. Analisis
Finansial Usaha
1.
Return
Cost Ratio (R/C)
Metode R/C rasio (Return Cost Ratio)
adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui biaya dari suatu
penerimaan produksi. Rumus nilai R/C rasio berikut:
R/C = Total
Penerimaan
Total Biaya
R/C = Rp. 197.584.000
Rp. 26.846.875
= 7,3
Nilai
R/C rasio pada ternak ayam petelur di Desa Salluang Kecamatan Bissappu
Kabupaten Bantaeng adalah 7,3. Artinya, apabila peternak mengeluarkanbiaya
Rp.1.000 maka akanmendapatkan penerimaan
Rp. 7.300
R/C
rasio >1 menunjukkan bahwa usaha ayam petelur memperoleh keuntungan dan
layak untuk diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat Himawati (2006), bahwa jika R/C < 1 maka usaha tersebut dikatakan rugi, jika
R/C >
1 maka usaha tersebut dikatakan
untung, sedangkan jika R/C = 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan
juga tidak rugi.
2. Benefit Cost Ratio
Metode
benefit cost ratio (B/C rasio) merupakan metode yang menghitung perbandingan
antara nilai kas bersih penerimaan sekarang (pendapatan sekarang) dengan aliran
kas bersih pengeluaran sekarang. Hasil praktek lapang dapat diketahui B/C rasio
berikut.
B/C = Tingkat Keuntungan
Total biaya
B/C = Rp. 170.737.125
Rp. 26.846.875
= 6,3
Berdasarkan
angka B/C yaitu 6,3dikatakan bahwa ternak ayam petelur
di Desa Salluang Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng memiliki pendapatan
lebih besar daripada jumlah biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan. Angka
B/C >1 ternak ayam petelur di Desa Salluang Kecamatan Bissappu Kabupaten
Bantaeng dikatakan layak. Hal ini sesuai dengan pendapat Himawati (2006), bahwa
kriteria B/C < 1 berarti usaha tersebut tidak dan kriteria B/C > 1 berarti usaha
tersebut dikatakan layak.
f. Analisis
Break Even Point (BEP)
BEP
(break even point) digunakan untuk
menentukan batas minimum volume penjualan dimana pada proyek tersebut tidak
untung dan tidak rugi. Nilai BEP pada ternak ayam petelur di Desa Salluang
Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng adalah sebagai berikut:
·
Telur
BEPharga= Total Biaya
Total Produksi
=Rp 26.846.875
Rp
4500/rak
= Rp. 5965,97/rak
BEPproduksi
= Total Biaya
Harga Penjualan
= Rp 26.846.875
Rp 40.000/rak
= 671,17 rak
Berdasarkan
analisis BEP diketahui bahwa BEP harga per tahun adalah Rp. 5965,97/rak dan BEP
total produksi 671,17 rak. BEP harga berarti minimumbiaya yang dikeluarkan
adalah Rp. 5965,97/rak untuk beternak ayam petelur.
Batas
minimum penjualan telur dipengaruhi oleh biaya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Himawati (2006), bahwa BEP merupakan alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara beberapa variabel didalam kegiatan perusahaan,
seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang
dikeluarkan serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Dari segi aspek
pemasaran yang meliputi permintaan, penawaran, harga, dan peluang pasar usaha ini
layak dijalankan, karena produk dari
ayam ras petelur dari tahun ketahun tingkat permintaannya semakin meningkat
sehingga harga dan peluang pasar pun semakin meningkat pula.
Dari
segi aspek teknik produksi yang meliputi fasilitas, tenaga kerja, teknologi,
proses produksi, jumlah dan jenis mutu produksi, usaha ini pun layak untuk
dijalankan karena fasilitas yang digunakan sudah cukup lengkap dan dalam
penggunaan tenaga kerja tambahan juga pun jarang sehingga efesien dari segi
biaya pengeluaran. Begitu pula jika dilihat dari segi produksi walaupun usaha
ini belum tidak menggunakan teknologi yang canggih tetapi hasil akhir
produksipun cukup banyak.
Sedangkan dari aspek kelayakan yang
dilihat dari nilai R/C. jika nilai R/C > 1 maka usaha tersebut layak untuk
dilanjutkan begitu pula sebaliknya jika R/C < 1 maka usaha tersebut tidak
layak untuk dijalankan.Selain itu usaha milik bapak Akbar memiliki keuntungan
sebesar Rp.170.737.125. Keuntungan ini
diperoleh dari penjualan telur, ayam afkir dan penjualan feses selama satu
periode.
6.2
Saran
Analisis
kelayakan usaha peternakan ayam petelur di Desa Salluang, Kecamatan Bissappu,
Kabupaten Bantaeng, sebaiknya dilakukan sebelum mendirikan usaha peternakan ayam
petelur untuk mengetahui kelayakan suatu usaha untuk dijalankan.
DAFTAR
PUSTAKA
Adiningsih, S dan Kadarusman. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Kedua.
Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Anggorodi. 1994. Ekonomi
Manajerial. Edisi ke-6 Jilid I Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Ahyari,
A. 2012.Manajemen Produksi dan Pengendalian Produksi.Yogyakarta.
Airinda,
D. 2003. Analisis Kebutuhan Modal pada Usaha Peternakan Ayam Niaga Pedaging di
Kabupaten Banyumas.Sripsi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Al Nasser, A., A. Al Saffar, M.
Mashaly, H. Al Khalaifa, F. Khalil, M. Al Baho, Dan A. Al Haddad. 2005. A Comparative Study On
Production Efficiency Of Brown And White Pullet. Bulletin Of Kuwait Institute
For Scientific. Research.1 (1): 1 – 4.
Anwar.2006. Tingkat
Penawaran Telur Ayam Ras pada Petani-Peternak serta Biaya Proyek yang
Dikeluarkan di Kecamatan Bontomatene Kabupaten Wajo. Skripsi Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
Aritonang,
D. 2001. Perencanaan dan Pengelolaan
Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.
Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Produksi dan
Operasi. Cetakan Keempat. Jakarta.
Bondan, S. 2005. Pemasaran Barang dan Jasa. Cetakan Pertama. Penerbit: Kanisius. Jakarta.
Bosawer,
P.Y. 2004.Dampak Bantuan Pembangunan Desa terhadap DanaSwadaya di Masyarakat di
Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke.Tesis
S2. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
Dedy.2010.
Dampak Lingkungan dalam Usaha Beternak Ayam Ras Petelur.Penebar Swadaya.
Jakarta
Dumairy.
2005. Perekonomian Indonesia. Cetakan
Kedua. Penerbit: Erlangga. Jakarta.
Fauziah.
2009. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam. Jakarta. Penerbit: Universitas Indonesia.
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisni. Edisi Satu. Cetakan Pertama. Penerbit: Bumi
Aksara. Jakarta.
Fuad.
2008. Pengantar Bisnis. Edisi Keenam. Cetakan Ketiga Belas. Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Gasperz,
Vincebt. 2005. Production Planning And Invectory Control. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.
Gilarso SJ.
2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Hanani,
N. 2003. Strategi Pembangunan Pertanian. Percetakan Pustaka Jogja Mandiri.
Bantul.Yogyakarta.
Handoko
T. dan Hani. 2002. Manajemen. Edisi Kedua.Cetakan Ketigabelas Yogyakarta.
Hartanto, Sri Hastuti, Wildan Arif,
dan Awaludin. 2010. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Heriyanto. 2009. Analisis Usaha.
http://anto.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 Mei 2015.
Himawati, D.
2006. Analisa Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging pada Peternakan
Plasma Kemitraan KUD “Sari Bumi” Di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
IAI.
2007. Analisa Hubungan Informasi Akrual, Arus
Kas. Edisi 2007. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta .
Ibrahim,
Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Indah. 2008. Laporan Survei Pemasaran Telur Ayam Ras di
Pulau Lombok. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Mataram.
Indriyo Gitosudarmo. 2008.
Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. Cetakan Keempat. Penerbit: BPFE –
Yogyakarta.
Jaya,
W.K. 2005.Analisis Keuangan Daerah;
Pendekatan Makro, Model Program PMSES, Kerjasama Ditjrn PUOD Depdagri dengan
Pusat Penelitian dan Pengkajian Ekonomi dan Bisnis.UGM.Yogyakarta.
Karmila. 2009.
Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.
Kotler,
Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Keduabelas.Jilid
1.Dialih Bahasakan oleh Benjamin Molan. PT Indeks. Jakarta.
Kuncoro.
2002. Manajemen Perbankan Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta.
Lili. 2010. Metodologi Penelitian
Bisnis. Universitas Pendidikan Indonesia: Program Studi Pendidikan Manajemen
Bisnis.
Mudifin
Haming Dan Mahfud Nurjanumuddin. 2007. Manajemen Produksi Modern: Operasi dan
Manufaktur dan Jasa. Jakarta. Bumi Aksara.
Mukhlis.2010. Analisis Investasi
dalam Studi Kelayakan Bisnis. Pustaka Media. Jakarta.
Nunu.2005. Tingkat Permintaan dan Penawaran Telur
Ayam Ras.Cetakan Ke-10. Penerbit Yasaguna. Jakarta.
Nuryani, S. 2005. Analisa
Keseimbangan Sistem Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. Agro Ekonomi
23(1) :120-129.
Pambudi,
Wengku Ragil.2010. Pengaruh Risiko Perusahaan, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Periode 2004-2008.
Skripsi S1.Universitas Pembangunan Nasional”Veteran”.
Rahardi,
F. S. Iman dan S.N Rina. 2008. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahim, ABD. 2008. Pengantar Teori
dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahmadi, F.I. 2009.Manajemen
Pemeliharaan Ayam Petelur Di Peternakan Dony Farm Kabupaten Magelang. Program
Diploma III Agribisnis Peternakan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Ramadhan. 2013. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Reski.
2012. Net Present Value (NPV) dalam Analisis Keuangan Usaha. Pustaka Media.
Yogyakarta.
Rika, L. 2012. Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan, Erlangga.Jakarta.
Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Edisi Keempat. Cetakan Ketujuh, Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Rosjidi. 2007. Rekomendasi Sistem Usaha Ayam Ras Petelur pada Lahan
Kosong di Lombok Timur dalam Menunjang Pendapatan Masyarakat. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Ntb. Badan Litbang Pertanian. Mataram.
Sadono,S. 2002. Pengantar Teori
Mikro Ekonomi. PT. Rajawali Grafindo Persada. Jakarta.
Sedarmayanti.2009.
Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. CV. Mandar Maju. Bandung.
Siagian,
Sondang P. 2007. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
Sihombing,
Umberto. 2004. Pengaruh Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan, Penilaian pada
Lingkungan Kerja dan Motivasi Berprestasi terhadap Kepuasan Kerja Pamong Praja.
Soekartawi.
2007. Dasar Penyusunan Proyek. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.
Soekawi.
2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
Soemarso,
S.R. 2012. Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba Empat: Jakarta.
Soetriono.2006. Daya Saing Pertanian dalam
Tinjauan Analisis. Bayumedia Publishing. Malang.
Soetriono.2011. Analisis Finansial dan Ekonomi.Penebar Swadaya. Jakarta.
Sony, S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia
dan Ketenagakerjaan.Graha Ilmu. Yogyakarta.
Subramanyam,
Wild, Jhon. J, K. R. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Sucimanah.2002.
Efektifitas
Effekctive Microorganism (Em) terhadap Penurunan Tingkat Kepadatan Lalat dan
Bau Kotoran Ayam Di Perternakan Ayam Desa Kalibalik Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Universitas
Diponegoro.
Sudarmono,
A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius.Yogyakarta.
Suryana.
2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. PT.Salemba Empat. Jakarta.
Wahyu.
2013. Potensi Beternak Ayam Ras Petelur. UGM-Press.Yogyakarta.
Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja.
Edisi Ketiga. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
Widayat, Wahyu. 2004. Maksimalisasi Pendapatan Asli
Daerah Sebagai Kekuatan Ekonomi Daerah. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen, STIE YKPN, XXI/No.3, 28-34.
Winarto, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan
Statistika dengan Eviews. Edisi Kedua. UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Yamit,
Zulian. 2002. Manajemen Kualitas dan Jasa. Penerbit Ekonesia. Yogyakarta.
Yudhistira, R.
2012. Beternak Ayam Ras Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Analisis Kelayakan Finansial
Jumlah Ayam Ras Petelur = 700 ekor
A. Biaya Tetap
·
Biaya
investasi
Uraian
|
Jumlah
|
Investasi Awal
|
|
Pembuatan Kandang
|
50.000.000
|
Peralatan Kandang
|
1.095.000
|
Total Investasi
|
51.095.000
|
·
Biaya
Tetap
Biaya Tetap
|
Jumlah
|
Penyusutan Kandang untuk 10 tahun
|
821,917.81
|
Penyusutan Peralatan
untuk 8 tahun
|
1,643,835.62
|
Total Biaya tetap
|
2.465.753,43
|
Keterangan :
·
Penyusutan Kandang : Rp. 50.000.000
=
Total Biaya Pembangunan Kandang
Umur Ekonomis Kandang
= Rp. 50.000.000 × 6 tahun
10 tahun
=
Rp. 30.000.000
=
Rp 30.000.000:6 = Rp 5.000.000/1 periode
·
Penyusutan Peralatan = Rp. 1.095.000
=
Total biaya peralatan kandang
Umur Ekonomis Kandang
=
Rp. 1.095.000 × 6 tahun
8 tahun
=
Rp. 821.250
=
Rp 821.250 :6 = Rp 136.875/ 1 periode
Total Biaya Tetap = Penyusutan Kandang +
Penyusutan Peralatan
=
Rp 5.000.000 + Rp136.875
= Rp 5.136.875
B. Biaya
Variabel
1.
Biaya
pembelian Ayam = Rp 500.000
/1 periode
2.
Biaya
Pakan
·
Jagung 75 kg = Rp. 275.000 x 12 bulan
=
Rp 3.300.000
·
Dedak =
Rp. 60.000 x 12 bulan
=
Rp 720.000
·
AD =
Rp. 350.000 x 12 bulan
=
Rp 4.200.000
Total
biaya pakan = Rp.
8.220.000
3. Biaya Vaksin
· ND = Rp.
270.000 x 6 bulan
=
Rp 1.620.000
· Gumboro =
Rp. 125.000 x 6 bulan
=
Rp 750.000
Total
biaya vaksin = Rp.
2.370.000
4. Biaya
Obat-obatan = Rp.
110.000 x 12 bulan
=
Rp. 1.320.000
5. Biaya
Tenaga Kerja = Rp.
500.000 x 12 bulan
= Rp. 6.000.000
6. Biaya
pembelian rak telur = Rp.
55.000/75rak x 60
=
Rp. 3.300.000
Total Biaya Variabel = Biaya
pembelian ayam + Biaya pakan +Biaya vaksin + Biaya obat-obatan + Biaya tenaga
kerja + Biaya pembelian rak telur =
Rp 500.000+ Rp 8.220.000 + Rp 2.370.000+ Rp 1.320.000 + Rp 6.000.000 + Rp 3.300.000
=
Rp 21.710.000
C. Total Biaya Produksi
=
Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel
=
Rp 5.136.875
+ Rp 21.710.000
= Rp 26.846.875
D. Penerimaan
1.
Telur =
15 rak/hari x Rp 40.000 x 300
= Rp 180.000.000
2.
Ayam Afkir = 500ekor/periode
x Rp 35.000
=
Rp. 17.500.000
3.
Feses =
Rp 7.000 x 12 bulan
= Rp 84.000
Total Penerimaan =
Telur + Ayam Afkir + Feses
= Rp 180.000.000 + Rp 17.500.000 +Rp 84.000
= Rp 197.584.000
E. Keuntungan/Benefit
=
Total Penerimaan – Total Biaya Produksi
= Rp 197.584.000–Rp 26.846.875
= Rp 170.737.125
F. R/ C ratio
R/C = Total Penerimaan
Total Biaya
R/C = Rp. 197.584.000__
Rp. 26.846.875
= 7,3
G. B / C ratio
B/C = Tingkat
Keuntungan
Total
biaya
B/C = Rp. 171.464.410,958
Rp. 26.846.875
= 6,3
H. BEP (Break Even Point)
·
Telur
BEPharga= Total Biaya
Total Produksi
=Rp 26.846.875
Rp
4500/rak
= Rp. 5965,97/rak
BEPproduksi
= Total Biaya
Harga Penjulan
= Rp 26.846.875
Rp 40.000/rak
= 671,71 rak
2. Dokumentasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar