Rabu, 02 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM HEMOLISA DAN KRENASI, GOLONGAN DARAH DAN TEKANAN DARAH



HEMOLISA DAN KRENASI, GOLONGAN DARAH DAN TEKANAN DARAH

Rahma Ningsi*, Dhian Ramadhanty**

*Peserta Paktikum Dasar Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
**Staf Asisten Laboratorium Dasar Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Pratikum darah II & V bertujuan untuk mempelajari larutan-larutan yang dapat menyebabkan terjadinya hemolisa serta mempelajari jenis-jenis golongan darah dan megukur tekanan darah  dengan melakukan berbagai aktivitas. Pada percobaan hemolisa dan krenasi, kita mengambil larutan NaCl 0,45%, 3% dan 0,9% sebanyak 5 tetes kemudian di letakkan di atas cawan yang kemudian di tambahkan dengan beberapa tetes darah kemudian amati secara makroskopis dan mikroskopis. Pada percobaan penggolongan darah siapkan serum anti A dan serum anti B yang di letakkan pada objek glas kemudian di tetesi darah yang akan di tentukan golongan darahnya. Aduklah dengan hati-hati hingga darah bercampur dengan baik kemudian perhatikan sampel tersebut dan catat hasilnya. Pada percobaan tekanan darah di siapkan stetoskop dan spygnomanometer kemudian melakuakan berbagai macam aktifitas seperti berbaring, duduk, berdiri dan melakukan berbagai macam kerja seperti kerja otak dan kerja otot lalu lakukan percobaan tekanan darah pada orang yang telah melakukan kegiatan tersebut catat hasilnya.

Kata Kunci :Hemolisa, Krenasi, Golongan Darah, Tekanan Darah


PENDAHULUAN

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida berwarna merah tua. Adanya oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh (Analis, 2012).
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa Latin crenatus. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil. Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut (Anonim, 2013).

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Olvista, 2012).

MATERI DAN METODE

Metode praktikum hemolisa darah yaitu menyiapkan 3 buah cawan yang bersih kemudian masing-masing cawan di tetesi sebanyak 5 tetes Nacl 0,45%, 3%, dan 0,9% kemudian ambil darah dari ujung jari dengan menggu-nakan lancet pen kemudian di campurkan pada masing - masing cawan tersebut kemudian amati lalu tentukan yang mana hemolisa, krenasi dan kontrol kemudian ambil sampel tersebut dengan menggunakan pipet tetes kemudian di letakkan pada glass objek yang bersih kemudian tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop gambarlah hasilnya.
Metode praktikum penggo-longan darah yaitu siapkan serum anti A dan serum anti B kemudian siapkan dua  objek glass, selanjutnya objek glas pertama di beri serum anti A dan objek glas kedua di beri serum anti B kemudian ambil sampel darah dari setiap anggota kelompok dengan menggunakan lancet pen kemudian  mencampurkannya dengan serum anti A dan anti B tadi, aduklah dengan hati-hati sampai darah bercampur dengan baik kemudian amati dan tentukan golongan darahnya.
Metode praktikum mengukur tekanan darah yaitu dengan menyiapkan stetoskop dan spygnomanometer kemudian setiap anggota kelompok melakukan berbagai macam sikap seperti berbaring, tidur, duduk dll. Biarkan orang percobaan berbaring selama 10 menit kemudian di ukur tekanan darahnya selanjutnya dengan sikap duduk, biarkanlah orang percobaan untuk duduk selama 3 menit kemudian ukur tekanan darahnya dan hal yang sama di lakukan pada sikap berdiri yaitu biarkan orang percobaan berdiri tenang selama 3 menit kemudian ukur tekanan darahnya, setelah itu melakukan berbagai macam kerja seperti kerja otot di mana orang percobaan di suruh berlari selama 1 menit kemudian di ukur tekanan darahnya dan hal yang sama di lakukan pada kerja otak yaitu orang percobaan di biarkan menyelsaikan soal yang sangat rumit kemudian di ukur tekanan darahnya catat tekanan darah pada masing-masing percobaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN          

a. Hemolisa dan Krenasi
Secara Makroskopis
Berdasarkan Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai hemolisa dan krenasi yang telah dilakukan secara makroskopis diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 1. Pengamatan pada Sel Darah Merah Secara Makroskopis.
No
Gambar
Keterangan
1
Hipertonik NaCl 3%
= Krenasi
2
Hipotonik NaCl 0,45%
= Hemolisa
3
Isotonik NaCl 0,9 %
= Netral
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2013.


Berdasarkan gambar yang ada di atas pada sampel A yang telah diberikan satu tetes darah kemudian ditambah dengan larutan hipotonis yaitu NaCl dengan konsentrasi 0,45 % menye-babkan sel menjadi bengkak karena larutan yang ada di sekitar sel memiliki konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi larutan yang dikandung  di dalam sel sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar sel masuk ke dalam sel. Pada sampel B, darah ditambahkan dengan larutan isotonik atau larutan NaCl yang berkonsentrasi 0,9 % dengan penambahan larutan isotonik pada sel tidak menyebabkan terjadinya konsentrasi yang dikandung dalam sel sehingga tidak terjadi hemolisa dan krenasi karena larutan yang ada di luar sel seimbang dengan cairan yang dikandung di dalam sel.
Pada sampel C, darah ditambahkan dengan larutan NaCl dengan konsentrasi 3 % mengakibatkan sel menjadi mengkerut karena konsentrasi larutan yang ada di luar sel lebih tinggi dari pada konsentrasi yang terkandung di dalam sel sehingga cairan yang ada di dalam sel tertarik ke luar, dan menyebabkan sel menjadi mengkerut atau biasa disebut dengan krenasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1995), yang menyatakan bahwa bila sel dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonik, oleh karena tidak terjadi perubahan osmosis, yang terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel. Larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5% merupakan contoh larutan isotonis. Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat diinfuskan ke dalam darah tanpa menimbulkan gangguan ke-seimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan intrasel.

Secara Mikroskopis
Berdasarkan Praktikum Fi-siologi Ternak Dasar mengenai hemolisa dan kreasi yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :


Gambar 2. Pengamatan pada Sel Darah Merah Secara Mikroskopis.
No
Gambar
Keterangan
1
Hipertonik NaCl 3%
= Krenasi
2
Hipotonik NaCl 0,45%
= Hemolisa
3
Isotonik NaCl 0,9 %
= Netral
Pembesaran     : 100x
Sumber  : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2013.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan melalui bantuan mikroskop terlihat pada sampel A sel mengalami krenasi, sel menjadi mengkerut disebabkan karena larutan yang ada disekitarnya bersifat hipertonis. Pada sampel B, sel tidak mengalami krenasi ataupun hemolisa karena konsentrasi yang ada di dalam sel seimbang dengan konsentrasi yang ada di luar sel. Pada sampel C, sel mengalami hemolisa disebabkan karena larutan yang ada di luar sel bersifat hipotonis, sehingga menyebabkan cairan yang ada di luar sel masuk ke dalam sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999), yang menyatakan bahwa larutan yang berkonsentrasi tinggi akan menyebabkan sel darah  mengalami krenasi, sedangkan air yang masuk ke dalam sel darah akan menyebabkan pembengkakan dan kemudian sel darah merah akan mengalami hemolisa. Tetapi jika keadaan cairan dalam sel dengan di luar sel seimbang maka tidak akan terjadi hemolisa dan krenasi.


b. Golongan Darah.
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai golongan darah  yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 3. Hasil pengamatan Peng-golongan darah.
No
Gambar
Keterangan
1


Golongan darah A, Miswar 19 tahun
2


Golongan darah B, Ibrahim 19 tahun
3


Golongan darah O, Fadhil 19 tahun
4

Golongan darah AB, Suprapto 19 tahun
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar,2013.
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai golongan darah, diperoleh golongan darah O karena pada saat diberikan aglutinin atau serum anti  A, serum anti B, dan anti serum anti A dan B sel darah merah tidak terjadi aglutinasi atau darah tidak menggumpal. Hal ini disebabkan karena golongan darah O tidak memiliki anti A, B, dan AB dan merupakan golongan darah yang memiliki aglutinin alfa dan aglutinin beta. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2012) yang menyatakan bahwa darah dari golongan darah A hanya dapat diberikan kepada orang yang tidak mempunyai atibodi A, yaitu golongan darah A dan AB. Hal yang sama, golongan darah B hanya dapat diberikan kepada orang yang tidak mempunyai antibody B, yaitu golongan darah A dan AB. Golongan darah AB hanya dapat diberikan pada resipien darah AB karena golongan darah lainnya mempunyai antibody. Orang yang bergolongan darah O disebut darah, sedangkan golongan darah AB disebut resipien universal.

c. Tekanan Darah
Berdasarkan Praktikum Fisiologi Ternak Dasar mengenai golongan darah  yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 4. Hasil pengamatan Tekanan Darah
No
Aktivitas
Tekanan darah
Cewek
Cowok
1
Duduk
120/80 mmHg
110/70 mmHg
 2
Berlari
130/50 mmHg
1130/80 mmHg

3
Kerja otak
125/90 mmHg
120/90 mmHg
4
Jongkok
120/80 mmHg
-
Sumber : Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar,2013.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tekanan darah pada aktifitas lari pada laki-laki adalah 130/80 sedangkan pada wanita yaitu 130/50, pada aktifitas duduk pada laki-laki yaitu 120/80 seangkan pada perempuan 110/70, pada aktivitas kerja otak pada laki-laki yaitu 125/90,pada aktifitas otot, pada permpuan yaitu 120/80.Tekanan darah adalah tekanan terhadap dinding pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan berubah-ubah setiap siklus jantung.  Hal ini sesuai dengan pendapatSyaifuddin (2002), bahwa siklus jantung berkontraksi saat ventrikal kiri memaksa darah masuk ke aorta yaitu tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistole, sehingga tekanan masing-masing dapat berubah


KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan praktikum mengenai Darah II dan V, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.Pada sampel A terjadi hemolisa dise-babkan karena adanya larutan hipotonis dan keluar dan sel tidak membengkak atau larutan demikian disebut isotonik yang terdapat di luar sel. Pada sampel B tidak terjadi hemolisa dan krenasi, karena kadar cairan yang ada di dalam dan di luar sel seimbang yang disebut sebagai  larutan isotonis. Pada sampel C, terjadi pengkerutan pada sel disebabkan karena  larutan  hipertonis yang terdapat    pada bagian luar sel.
2.Jika sel darah merah ditempatkan dalam cairan yang mempunyai tekanan osmotik sama maka membengkak tidak akan terjadi kelebian air yang masuk terhadap cairan intraseluler sel, jika larutan selulernya mempunyai tekanan lebih besar disebut hipertonik terhadap sel sebaliknnya jika larutan selulernya mempunyai tekanan lebih kecil disebut hipotonik.
3.Golongan darah yang diperoleh adalah golongan darah O karena pada saat diberikan aglutinin atau serum anti  A, serum anti B, dan anti serum anti A dan B sel darah merah tidak terjadi aglutinasi atau darah tidak menggumpal.
4.Tekanan darah yang normal yaitu 120/80 pada wanita dan 110/80 pada pria. Namun, tekanan darah dapat naik atau turun tergantung aktivitas yang di kerjakan.  Jadi tekanan darah pada manusia dipengaruhi dari aktivitas yang dilakukannya.










DAFTAR PUSTAKA

Analis, Ridwan. 2012. Pengertian Darah dan Bagiannya. http://ridwananalis.wordpress.com, diakses pada 28 September 2013.

Anonim. 2013. Hemolisis dan Krenasi. http://id.wikipedia.org, diakses pada 27 September 2013.

Frandson, R.D. 1982. Anatomi dan Fisiologi Keperawatan Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

________. 1999. Anatomi dan Fisiologi Keperawatan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Olvista. 2012. Pengertian Tekanan Darah (Tensi Darah). http://www.olvista .com, diakses pada 28 September 2013.

Siregar. 1995. Neuro Fisiologi Edisi Kelima Bagian Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin : Makassar.

Sonjaya, Herry. 2012. Bahan ajar Fisiologi Ternak Dasar, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin : Makassar.

Tidak ada komentar: