Sabtu, 05 April 2014

PERUBAHAN SOSIAL



BAB I
PENDAHULUAN



1.1.   Latar Belakang
Dalam kehidupan, setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan. Tidak ada sekelompok masyarakat pun yang tidak berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun perubahan yang berkaitan dengan kebudayaan. Perubahan yang terjadi dalam bidang sosial pada suatu masyarakat sering dikenal dengan istilah perubahan sosial.
Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial dapat dilihat dari segi terganggunya kesinambungan di antara kesatuan sosial walaupun keadaannya relatif kecil. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya.
Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan juga perubahannya dapat menuju ke arah yang positif maupun menuju arah yang negatif. Dalam hal ini, berarti perubahan dapat membuat lebih baik, namun juga sebaliknya. Tentunya perubahan sosial yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor dan mempunyai berbagai dampak bagi kehidupan masyarakat. Dan para ahli mempunyai pendapat yang berbeda tentang perubahan sosial tersebut. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kami ingin mengetahui bagamaina pendapat para ahli mengenai perubahan sosial dan contoh perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.
1.2.   Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh teknologi bagi peternakan terhadap Perubahan Sosial di masyarakat.
1.3.   Rumusan Masalah
Mengapa teknologi dapat berpengaruh terhadap perubahan sosial di masyarakat?














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



Kingsley Davis (1960), mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan yang selanjutnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
Dalam melakukan pembangunan tidaklah mudah, banyak factor-faktor yang menjadi kendala. Salah satu faktor yang  menjadi penyebab kurang berkembangnya  pembangunan peternakan di pedesaan ini adalah faktor ekonomi dan biaya yang cukup besar, ini terlihat pada luas tanah yang harus disediakan oleh peternak untuk memulai peternakan ini belum lagi membutuhkan ternak yang cukup banyak. Faktor lainnya yang menjadi penyebab kurang berkembangnya  pembangunan peternakan di pedesaan ini adalah faktor sosial budaya. Peternakan di pedesaan hampir semuanya berlabel peternakan rakyat yang hanya mempunyai sedikit ternak dengan manajemen ternak yang masih sangat tradisional.
Untuk dapat merubah semua kendala itu memang ada beberapa inovasi  baru  yang dapat diterapkan, terutama teknologi  yang dapat menunjang suatu peternakan lebih maju yang akan berdampak pada perubahan sosial yang positif, namun dilihat dari sisi lain teknologi untuk menunjang itu semua belum tentu dapat mudah dipahami dan digunakan oleh para peternak pedesaan yang masih tradisional dengan segala kekhasannya. Apalagi jika unsur-unsur pokok tersebut langsung diterapkan tanpa mempertimbangkan aspek sosial, budaya, agama dan hal lainnya, maka akan sangat sulit untuk mencapai pembangunan yang diharapkan.






















BAB III
PEMBAHASAN



Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial dapat dilihat dari segi terganggunya kesinambungan di antara kesatuan sosial walaupun keadaannya relatif kecil. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya.
Perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut :
1) Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.
2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi masyarakat.
Jika perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu kemajuan, masyarakat akan berkembang. Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami kemunduran.
Adanya pengenalan teknologi, cara mencari nafkah, migrasi, pengenalan ide baru, dan munculnya nilai -nilai sosial baru untuk melengkapi ataupun menggantikan nilai – nilai sosial yang lama merupakan beberapa contoh perubahan sosial dalam aspek kehidupan. Dengan kata lain, perubahan sosial merupakan suatu perubahan menuju keadaan baru yang berbeda dari keadaan sebelumnya.
Ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadi perubahan sosial, yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat dan juga faktor yang berasal dari luar masyarakat. Faktor yang bersumber dari masyarakat itu sendiri meliputi : bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, dan terjadinya pemberontakan atau resolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri. Sedangkan, faktor yang berasal dari luar masyarakat meliputi : sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia, peperangan dengan negara lain, dan pengaruh kebudayaan lain.
Selain adanya faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, adapula faktor yang mendorong dan juga menghambat perubahan sosial. Faktor yang mendorong terjadinya perubahan yaitu : kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan yang lebih maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi, sistem lapisan masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, orientasi ke muka, dan juga nilai meningkatkan taraf hidup.
Faktor yang menghambat terjadinya perubahan soaial adalah : kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang tradisionalistis, adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat, rasa takut akan terjadinya kegoyahan kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal yang baru, hambatan ideologis, kebiasaan dan nilai pasrah.
 Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di pedesaan, misalnya datangnya kolonialis dengan berbagai ciri kebudayaan yang dibawanya, pola pendidikan, sistem ekonomi, politik pemerintahan dan banyak hal yang tak mungkin dipisahkan dari faktor-faktor individual yang yang berpengaruh dengan secara tanpa disadari mampu mempengaruhi individu lainnya. Faktor yang penting dalam kaitannya dengan pembicaraan ini adalah teknologi, yang sangat nyata berkaitan dengan perubahan sosial di pedesaan.
·         Perubahan Multidimensional di Pedesaan
Pada masa pembangunan ini, Dari dahulu hingga kini  desa secara terus menerus mengalami perubahan sosial. Masyarakat desa menerima dan menggunakan hasil penemuan atau peniruan teknologi khususnya di bidang peternakan, yang merupakan orientasi utama pembangunan di Indonesia. Penerimaan terhadap teknologi baik itu dipaksakan ataupun inisiatif agen-agen perubah, tidak terelakkan lagi akan mempengaruhi perilaku sosial (social behavior) dalam skala atau derajat yang besar. Lebih dari itu, introduksi teknologi yang tidak tepat mempunyai implikasi terhadap perubahan sosial, yang kemudian akan diikuti dan diketahui akibatnya. Contohnya ketika teknologi memotong ayam dilakukan oleh mesin canggih yang justru berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Di satu sisi adanya perubahan sosial yang lebih maju, karena masyarakat tidak perlu susah memotong ayam yang dapat memakan waktu, namun di sisi lain dengan adanya teknologi tersebut berdampak pada pengurangan tenaga kerja yang akan menambah pengangguran.
Keadaan ini menimbulkan perubahan struktur, kultur dan interaksional di pedesaan. Perubahan dalam suatu aspek akan merembet ke aspek lain. Dimana dengan makin masuknya teknologi ke pedesaan akan mempercepat kemajuan desa tersebut, namun disisi lain menyebabkan pengangguran semakin bertambah karena adanya pengurangan tenaga kerja.
Teknologi yang masuk ke desa  banyak dikuasai oleh golongan ekonomi kelas atas dan menengah di desa. Golongan tersebut dengan pendirinya akan menentukan pasaran kerja di desa. Keadaan demikian akan menggeser peranan pemilik ternak kerbau atausapi sebagai sumber tenaga kerja pengolah sawah.
Masuknya teknologi perangkat usaha ternak sapi perah, menggeser peternak tradisional yang hanya memiliki satu sampai tiga ekor ternak. Perangkat teknologi tersebut merubah sistem beternak, dari ekonomi keluarga ke ekonomi komersial, dengan jumlah ternak yang banyak dan dikuasai oleh golongan ekonomi kuat di desa atau di kota yang menanamkan modalnya di desa. Perangkat teknologi sapi perah seperti mixermakanan ternak, cooling unit susu, sistem pengawetan dan lain-lain, memungkinkan orang untuk menangani jumlah ternak sapi lebih banyak. Hal ini memberikan bukti bahwa teknologi mengakibatkan meningkatnya ukuran usaha tani di pedesaan.
Belum lagi kebijakan-kebijakan sederhana yang ada di pedesaan. Penunjukan kepala desa sebagai ketua LKMD misalnya, hal ini mengakibatkan pengaruh Negara akan semakin dominan yang notabene tidak terlalu paham dengan kondisi sosial masyarakat desa setempat. Pola pengaruh ini bermula dari penggunaan kekuasaan yang terlalu berlebih. Dengan dalih pembangunan, para kusir delman tergeser oleh adanya transportasi angkutan pedesaan. Struktur ekonomi kembali dikuasai oleh orang-orang tertentu saja. Disini terjadi perubahan peranan LKMD, yang sebelumnya sebagai akumulasi aspirasi masyarakat berubah menjadi wadah aspirasi penguasa.
Dengan terjadinya perubahan struktural tersebut, tidak mampu dinafikan bahwa budaya atau kultur masyarakat pun ikut berubah. Seperti yang telah dijelaskan secara teoritis perubahan kultur sosial menyangkut segi-segi non material, sebagai akibat penemuan batau medernisasi. Artinya terjadi integrasi atau konflik unsur baru dengan unsur lama sampai terjadinya sintesis atau penolakan sama sekali.
Masuknya teknologi ke desa, seperti halnya mekanisasi dalam bidang peternakan, juga mempengaruhi organisasi dan manajemen usaha. Mekanisasi peternakan  menuntut adanya keterampilan baru bagi para pekerja. Tuntutan tersebut, dengan sendirinya membutuhkan modal yang besar sehingga melibatkan bank dan pemodal lainnya. Pengadaan modal untuk pengembangan industri atau mekanisasi di desa, ditunjang oleh kebijaksanaan pemerintah dalam bentuk pemberian pinjaman berupa kredit. Kebijaksanaan ini meransang timbulnyakeberanian untuk meminjam kredit dalam jumlah besar, tanpa diimbangi oleh sistem organisasi dan manajemen yang memadai, sehingga muncul dimana-mana tunggakan kredit, seperti bimas atau industri kecil menubggak. Dengan terjadinya perubahan structural tersebut, tidak mampu dinafikan bahwa budaya atau kultur masyarakat pun ikut berubah. Seperti yang telah dijelaskan secara teoritis perubahan kultur sosial menyangkut segi-segi non material, sebagai akibat penemuan batau medernisasi. Artinya terjadi integrasi atau konflik unsur baru dengan unsur lama sampai terjadinya sintesis atau penolakan sama sekali.
Hal di atas juga sangat besar pengaruhnya terhadap interaksi, sebab melalui teknologi aktivitas kerja menjadi lebih sederhana dan serba cepat. Hubungan antara sesama pekerja menjadi bersifat impersonal, sebab setiap pekerja bekerja menurut keahliannya masing-masing (spesialis). Hal ini berbeda dengan kegiatan pekerjaan yang tanpa teknologi, tidak bersifat spesialis dimana setiap orang dapat saling membantu pekerjaan, tidak dituntut keahlian tertentu.
Teknologi berkaitan dengan pembatasan pekerjaan yang bersifat kerjasama, sehingga dapat menimbulkan konflik pada komunitas peternakan. Adanya teknologi, praktek-praktek saling membantu menjadi terhenti dan kerjasama informal menjadi berkurang. Proses mekanisasi di daerah pertanian menyebabkan hubungan bersifat kontrak formal. Tenaga kerja berkembang menjadi tenaga kerja formal yang kemampuan dan keahliannya terbatas. Lambat laun di pedesaan akan muncul organisasi formal tenaga kerja sebagai akibat terspesialisasi dan meningkatnya pembagian kerja. Hal inilah yang oleh Durkheim dinamakan solidaritas organic (organic solidarity) yang lebih sering terjadi pada komunitas perkotaan.
Masuknya teknologi ke desa menyebabkan kontak sosial menjadi tersebar melalui berbagai media dan sangat luas, melalui perdagangan, pendidikan, agama dan sebagainya. Akibat pola hubungan yang Yang bersifat impersonal, maka ketidak setujuan atau perbedaan pendapat sulit diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi harus melalui proses peradilan. Hal ini tampak dengan adanya kebijaksanaan jaksa masuk desa, dimana sebelumnya konflik di desa cukup diselesaikan dengan oleh ketua kampong atau sesepuh desa.
·         Gagalnya Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Pedesaan 
Kebijakan pemerintah tidak selamanya memperhatikan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat di pedesaan. Hanya memaksakan pemerataan pembangunan tanpa mempertimbangkan dampak sosial yang akan terjadi dibalik kebijakan tersebut. Meskipun introduksi teknologi dapat menerobos pedesaan, akan tetapi hal tersebut merubah pola interaksi dari struktural dan kultural masyarakat pedesaan. Sehingga kegagalan kebijakan pemerintah terlihat jelas dengan adanya abcontrol pada dampak negatif yang menggerayangi kehidupan masyarakat desa.













BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN



4.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang pengaruh introduksi teknologi pembangunan peternakan  terhadap perubahan sosial masyarakat pedesaan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
2.      Teknologi  menimbulkan perubahan sosial struktural, kultural, dan intraksional.
3.      Pembangunan di pedesaan mestinya menghindari dampak pergeseran budaya,struktur dan interaksional masyarakat.
4.2. SARAN
Beberapa saran dan rekomendasi terhadap permasalahan diatas yaitu
1.      Jika masih ada hal yang bisa dilakukan maka janganlah menggunakan teknologi
2.      Kita harus menumbuhkan rasa percaya diri dalam menumbuhkan rasa kemandirian masyarakat tani.





DAFTAR PUSTAKA

Anneahira, 2004. Faktor Pendorong Perubahan Sosial. http://www.anneahira. com/faktor-pendorong-perubahan-sosial.html. Diakses tanggal 07 April 2011. Pukul 13.30 WITA.
Ojimori, 2011. Faktor-faktor Penghambat Kelancaran Perkembangan Peternakan. http://www.ojimori.com/2011/06/09/faktor-penghambat-kelancaran-perkembangan-peternakan. Diakses tanggal 07 april 2011. Pukul 12.16 WITA.
Rahman, 2010. Pengaruh Pembangunan Peternakan Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Pedesaan. http://www.scribd*com/doc/28202585 /Pengaruh-Pembangunan-Pertanian-Terhadap-Perubahan-Sosial-Masyarakat-Pedesaan. Diakses tanggal 07 April 2011. Pukul 12.30 WITA.
Risaely, 2011. Perubahan Sosial. http://risaely.wordpress.com/2011/12/30 /makalah- perubahan-sosial/ Diakses tanggal 10 April 2011. Pukul 08.47 WITA.
Sayto, 2011. Agronomi Bisnis. http://www.yousaytoo.com/blogs/agronomers-indonesia/296. Diakses tanggal 07 april 2011. Pukul 12.20 WITA.


Tidak ada komentar: