Sabtu, 05 April 2014

PENCAK SILAT (KEGIATAN EKSTRAKURIKULER)



TUGAS KELOMPOK
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PENCAK SILAT
DISUSUSN OLEH   :
RAHMA NINGSI
YULIA IRWINA BONEWATI
A.    SUKMA INDAH
WENDY NATALIA
SURYANTI ILYAS

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENCAPAIAN PRESTASI OLAHRAGA MELALUI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT

ABSTRAK
Olahraga dapat dikatakan sebagai kebutuhan hidup untuk mencapai kesehatan jasmani dan memberi pengaruh baik terhadap perkembangan rohani, sehingga ada efisiensi kerja alat-alat tubuh, keteraturan peredaran darah, pernafasa dan pencernaan. Olahraga juga dapat membantu karakteristik masyarakat menjadi lebih baik dalam hidup, dan membentuk keselarasan jiwa dan raga sehingga mencapai keselarasan individual-sosial yang mandiri. Dengan demikian, sudah sewajarnya sekolah mengadakan pembimbinaan kegiatan ekstrakurikuler pencak silat dalam rangka mendukung minat dan bakat pesertadidik, serta sebagai upaya pelestarian budaya bangsa. Kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yang dilakukan diharapkan dapat mengantarkan pada perolehan prestasi olahraga yang maksimal. Atas dasar ini, perlu ada pengkajian ilmiah tentang prestasi olahraga terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler pencak silat.
Kata Kunci: ekstrakurikuler, olahraga, pencak silat, prestasi

























PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian dari tujuan Pendidikan Nasional, yang mana pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dari keterampilan dasar olahraga sehingga prestasi olahraga tidak bisa muncul dari kegiatan olahraga karena itu diadakan kegiatan ekstrakurikuler olahraga prestasi yang diselenggarakan di luar jam intra-kurikuler dengan maksud menemukan dan membina bibit-bibit olahragawan dari tingkat junior.
Prestasi olahraga adalah puncak penampilan dari seorang olahragawan yang dicapai dalam suatu pertandingan maupun perlombaan, setelah melalui berbagai macam latihan maupun uji coba. Prestasi tinggi yang dapat dicapai dalam perlombaan maupun pertandingan merupakan dambaan setiap atlet. Selain itu, prestasi tinggi dalam olahraga juga mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia, karena hal itu dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan olahraga nasional pada PJPT
telah menitik beratkan pada peningkatan prestasi.
Dalam rangka menghadapi era serba kompetitif ini, sudah semestinya bangsa mengembangkan olahraga tidak hanya sekedar untuk mencapai kesegaran jasmani dan rohani. Olahraga kita sebagian integral dalam mempererat persatuan dan kesatuan nasional dengan tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Pembinaan pendidikan jasmani diarahkan sebagai upaya membentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar dapat dihasilkan manusia yang produktif. Sebagaimana peribaha mengatakan, “tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”. Sedangkan pembinaan olahraga, selain untuk kesehatan jasmani, diarahkan untuk memupuk minat dan bakat para peserta didik (atlet) agar dapat mencapai sebauh prestasi olahraga optimal. Dengan demikian, pembinaan ol hraga sudah semestinya dimulai sejak usia dini, yaitu sejak stingkat sekolah dasar. Dan pembinaan olahraga harus dilaksanakan dengan serius dan juga memperhatikan keseimbangan antara prestasi keilmuan ilmiah dan prestasi olahraga siswa yangminat dan bakatnya dibidang olahraga.
Untuk mengembangkan minat dan bakat olahraga supaya berprestasi, sekolah sekolah banyak memberikan kegiatan ekstrakurikuler, melalui kegiatan ekstrakurikuler inilah siswa dapat mengembangkan dan menyalurkan minat bakat dan keterampilannya agar dapat memiliki loyalitas terhadap sekolahnya dan bias dibanggakan di kemudian hari. Apabila anak/ siswa itu berprestasi hendaknya dapat disalurkan di perkumpulan atau klub-klub olahraga sesuai dengan cabangnya masing-masing.
Kegiatan ekstrakurikuler dibidang olahraga banyak ragam di dalamnya, di
antaranya yang akan dibahas dalam pembahasan ini kegiatan pencak silat.Pencak silat merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang sudah diterapkan di kurikulum pendidikan nasional termasuk di tingkat sekolah dasar. Karenanya, kegiatan pencak silat harus menjadi perhatian dan pembinaan yang baik supaya peserta didik benar-benar dapat diantarkan pada suatu prestasi baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Pentingnya pembinaan sejak usia dini adalah supaya siswa benar-benar mendapatkan ruang untuk bakat dan minatnya, dan sebagai upaya pelestarian budaya bangsa, serta dapat mencapai prestasi yang gemilang di kemudian hari. Oleh karena itu, penulis mencoba mengungkap pencapaian prestasi olahraga melalui kegiatan ekstrakurikuler pencak silat.
Pengertian Prestasi, Olahraga, dan Pancak Silat
1.      Prestasi
Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar (Sadirman A.M 2001:46). Sebuah prestasi tidak hadir dengan sendirinya, akan tetapi ada faktor-faktor pendorong baik dari diri maupun dari sekitar yang mengantarkan diri mencapainya.
Tabrani (1991:22) menjelaskan, bahwa prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha. Sedangkan W.S Winkel (1996:165) berpendapat bahwa prestasimerupakan bukti usaha yang telah dicapai. Pengertian dari dua ahli ini pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu pencapaian keberhasilan setelah suatu usaha yang kuat dari seseorang. Sebagaimana juga tertera dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186), bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya)”.            
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan. Akan tetapi, yang perlu disadari dan penyadaran terhadap peserta didik yaitu prestasi tidak selalu identik dengan juara. Walaupun tidak menjadi juara atau meraih kemenangan, tetapi bila itu dapat memenuhi atau bahkan melampaui target awal maka itu sudah dapat dikatakan berprestasi.
2.      Olahraga
Kata “olahraga” dalam bahasa Jawa Kuno tersusun dari Kata “ulah” dan “raga”. Kata “ulah” memiliki makna perbuatan, laku, atau kegiatan. Sedangkan kata “raga” bermakna anyaman, rangka, atau wadah (Juynboll, 1923). Olahraga mempunyai pengertian kata nama benda, kemudian kata olahraga sebagai alih bahasa pada istilah sport. Bekaitan dengan istilah sport, Rijsdorp (1971:44) mengatakan bahwa sport mempunyai watak permainan, tapi tidak sama dengan permainan. Permainan mempunyai makna yang lebih luas daripada sport. Sport dapat dipandang sebagai bentuk permainan yang mempunyai jenis tersendiri.
Dengan pengertian itu, olahraga dapat dikatakan sebagai kebutuhan hidup
manusia, sebab apabila seseorang melakukan olahraga dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap perkembangan jasmani-nya. Selain dari berguna bagi pertumbuhan perkembangan jasmani manusia, juga memberi pengaruh kepada perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efesiensi kerja terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur.
Fritz E. Simanjuntak (1990:15) menjelaskan bahwa olahraga dapat membantu proses pembentukan karakteris-tik masyarakat. Lebih lanjut, ia mengutip pendapat Hovard Nixon bahwa menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika, 90% masyarakat Amerika setuju bahwa olahraga membina karakteristik masyarakat menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Sardjono (1986:27) juga berpendapat, bahwa olahraga mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan nilai-nilai kesosialan. Adanya nilai-nilai sosial yang positif dalam olahraga karena dalamnya merupakan mikrokosmos yang menentukanpokok-pokok dan mencerminkan nilai-nilai sosial.
Keseimbangan jiwa raga seseorang akan mengantarkan pada keserasian individualsosial yang segera akan disusul dengan keselarasan total makhluk yang mandiri. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam hal hubungan jiwa-raga sebagai bagian dari problema susunan kodrat manusia, pemikiran Timur lebih cenderung ke masalah kejiwaan, sementara pemikiran Barat menekankan pada soal kejasmanian, namun baik di Barat atau Timur yang ideal ialah yang penuh keseimbangan (Damardjati Supadjar, 1998: 6). Keseimbangan tersebut meliputi kebutuhan jasmani dan ruhani. Olahraga diperlukan untuk memperkuat badan, dan kebersihan ruhani dalam mengontrol sekaligus mengarahkan jasmani untuk melakukan aktivitas yang baik dan benar. Menurut Mahmud (2000:61-62) bahwa antara hati, jiwa, akal, dan ruh pengertiannya saling berkorelasi, saling bergantian tempat, dan memiliki kemiripan satu sama lain dalam berbagai hal.
Dengan demikian, olahraga adalah suatu usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmaniah maupun rohaniah padasetiap manusia. Jadi, Olahraga merupakan serangakaian gerak raga yang teratur dan terencana dan memelihara gerak (mempertahankan hidup) serta meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualiatas hidup). Seperti halnya makan, olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya priodik. Artinya, olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan yang tidak dapat ditinggalkan. Olahraga adalah alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Dengan olahraga, stuktur Anatomis- Anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya, akan
berfungsi dengan baik dan sehat. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa olahragabegitu sangat diperlukan oleh setiap diri siswa sebagai manusia (Renstrom & Roux, 1988, dalam A.S Watson: Children in Sport dalam Bloomfield, Fricker P.A and Fitch, 1992).
Tujuan olrahraga adalah membentuk manusia Indonesia pancasialis yang fisiknya kuat dan sehat serta berprestasi tinggi, memiliki kemampuan mental dan keterampilan kerja yang kritis-kreatif dan sejahtera (Engkos Kosasih, 1983:9). Dengan ini, dapat dinyatakan bahwa prestasi olahraga adalah suatu pencapaian akhir yang memuaskan berdasarkan target awal tim atau atlet, dalam lingkup dunia olahraga.
3.      Pencak Silat
Pencak silat merupakan satu-satunya olahraga yang mengandung nilai seni dan berasal dari budaya asli bangsa Indonesia, sehingga perlu dilestarikan dengan cara diajarkan di sekolah-sekolah sejak dari sekolah dasar. Karena itu, pencak silat dianggap perlu termuat dalam kurikulum pendidikan atau sebagai muatan local. Hal ini dilakukan selain untuk meningkatkan prestasi juga mempertahankan nilai budaya.
Pencak silat sebagai bagian dari kebudaya-an bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini pencak silat nasional dikenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama.
Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pe-ngembangan yang lebih teratur. Hanya saja, pencak silat memang hadir sebagai budaya bangsa yang sudah mendarah di diri bangsa Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka. Pencak silat dikenali dengan cara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu yang merupakan hambatan pengembangan, dimana kini dituntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Pencak silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam khas maisngmasing daerah, jumlah perguruan/aliran di segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak lebih dari 820 perguruan/aliran.
Oleh karena itu, dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistematis untuk melestarikan warisan nenek moyang bangsa. Terlebihlebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran pemerintah berdasarkan per-timbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam mengada-kan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus me-nasionalisasikan. Padahal, kungfu itu sendiri bukanlah pencak silat yang sebagaimana dimiliki oleh nenek moyang bangsa Indonesia.
PB. IPSI (1994:20) menjelaskan, terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
·         Aspek Mental Spiritual
Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian serta karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
·      Aspek Seni Budaya:
Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat yang diiringi dentuman suara musik dan busana tradisional.
·      Aspek Bela Diri:
Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampu-an teknis bela diri pencak silat.
·         Aspek Olahraga:
Hal ini berarti aspek fisik dalam pencak silat sangatlah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Sebagai kompetisi dari bagian aspek olahraga ini meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.

Pencak silat pada dasarnya adalah bela diri yang mempunyai empat nilai sebagaisatu kesatuan, yaitu nilai etis, teknis, estetis dan atletis. Nilai-nilai tersebut selain merupakan nilai pencak silat juga merupakan corak khas dan keistimewaan pencak silat yang bersumber dari budaya masyarakat rumpun melayu.
Berdasarkan aspek pencak silat tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pencak silat sangatlah penting untuk dilestarikan terutama di sekolah-sekolah supaya budaya bangsa tidak hilang begitu saja, dan agar meraih prestasi bagi peserta didik yang memang memiliki minat dan bakat dibidang olahraga pencak silat.
Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) biasanya berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Misalnya, silat-silat harimau dan monyet merupakan contoh dari aliranaliran tersebut. Bahkan, pencak silat sebagai salah satu tradisi budaya bangsa Indonesia ternyata sudah dikenal manca Negara termasuk ke Eropa, karena pencak silat memiliki aspek olahraga dan bela diri yang unik dengan beragam seninya.
Ada yang berpendapat, bahwa pokok-pokok dari pencak silat sebagai tradisi budaya bangsa sudah terhilangkan, hal ini dikarena-kan bercampurnya pencak silat dengan dunia olah raga. Dengan alasan ini, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat itu sendiri, dan tidak mengikuti keanggotaan serta peraturan yang ditempuh oleh Pesilat, yang kini telah menjadi organisasi pengatur pencak silat sedunia.
Organisasi silat itu, misalnya tahun 1950an, tidak dapat perhatian baik dari berbagai kalangan pecinta pencak silat tradisional. Pada awalnya tradisi budaya silat bangsa Indoensia bukan bernama pencak silat, tapi beragam nama sesuai daerah masing-masing. Kemudian, pengurus organisasi melakukan upaya-upaya seperti diadakannya suatu seminar dengan menjelaskan bahwa organisasi silat sebagai pengukuhan bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama “pencak silat” sebagai kata majemuk. Selanjutnya dirumuskanlah pemaknaan pencak silat supaya menjadi nama yang dapat mewakili seluruh
tradisi silat di tanah air.
PB. IPSI bersama BAKIM tahun 1975 memberikan pengertian pancak silat sebagai berikut:
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia
Indonesia untuk membela/mempertahankan
eksistensi (kemandirian) dan
integritasnya (manunggalnya) terhadap
lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk
mencapai keselarasan hidup guna
meningkatkan iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Dari pengertian ini dapat dinyatakan bahwa pencak silat merupakan hasil budaya bangsa Indonesia yang memang patut untuk dilestarikan. Pancak silat sebagai hasil budaya bukan sesuatu yang mengarah pada ke-kerasan, akan tetapi lebih pada seni dan budaya dalam mempertahan diri ketika ada suatu bahaya yang mengancam. Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Sedangkan silat mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsurunsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa pencak silat sudah saatnya go to school dan disosialisasikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler setiap sekolah. Pencak silat sebagai kegiatan ekstrakurikuler harus membuat lompatanlompatan pencapaian prestasi dengan pembinaan dan perhatian yang baik dari berbagai pihak khususnya pihak sekolah itu sendiri.

Prestasi Olahraga Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat
Di era globalisasi ini olahraga dapat dijadikan kegiatan untuk mendidik anak didik agar mengerti tentang hidup yang sportif atau fair play. Pelaksanaan ekstrakurikuler pencak silat dilakukan diluar jam sekolah tepatnya dan biasanya bertempat di lapangan lingkungan sekolah. Kegiatan pencak silat merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang tidak mengganggu aktivitas akademika atau kurikulum pendidikan formal (materi pelajaran formal).
Dalam olahraga pencak silat terdapat nilai-nilai spirit yang dapat berimplikasi positif pada kehidupan sosial. Sebagaimana pendapat Engkos Kosasih (1983:1) bahwa partisipasi yang tinggi dalam olahraga disebabkan karena olahraga dapat memberikan peningkatan kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang baik dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan sebagai wujud persatuan yang sehat dan suasana yang akrab, menuju kehidupan serasi, selaras, dan seimbang dalam mencapai kebahagiaan hidup yang sejati.
Pencak silat merupakan cabang olahraga yang cukup banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Sebab, pencak silat sudah diyakini sebagai olahraga hasil budaya bangsa untuk membela, mempertahankan eksistensi dan integritas diri terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya. Dengan demikian, pencak silat mengajarkanpengenalan diri sebagai makhluk sosial.
Eldon (1983:45) menjelaskan bahwa adanya nilai-nilai positif dalam olahraga dikarenakan ia merupakan mikro kosmos yang menentukan pokok pokok dan mencerminkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga, selanjutnya akan menggambarkan fungsi olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya sendiri.
Dengan itu, kegiatan pencak silat selain untuk menyalurkan minat dann bakat dari siswa/siswi, juga dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya bangsa yang telah diperjuangkan dengan jerih payah oleh para leluhur bangsa. Dengan alasan ini, di sekolah dasar juga dikembangkan kegiatan pencak silat sebagai penanaman sejak dini tentang budaya bangsa, dan sebagai penyaluran potensi alamiah (minat dan bakat) para siswa agar mencapai prestasi.
Pendidikan nasional sendiri telah mengakui dan bahkan mengadakan kegiatan nasional yang diadakan oleh Bakim dan PB. IPSI, yaitu dengan diadakan perlombaan pencak silat nasional dan internasional. Untuk itu, para siswa yang memiliki bakat dan minat pada pencak silat, supaya mencapai prestasi, ekstrakurikuler pencak silat perlu diadakan pembinaan dan perhatian dari pihak sekolah. Perhatian dan pembinaan yang baik dari pihak sekolah akan berpengaruh besar terhadap prestasi olahraga khususnya pencak silat. Selain itu, sekolah diharapkan memiliki sarana prasarana yang memadai, dan motivasi para Pembina kepada siswa agar serius dalam mengikuti kegiatan ekstra-kurikuler ini, akan juga menentukan pen-capaian suatu prestasi.
Upaya mengembangkan bakat dan minat para siswa, kegiatan ekstrakurikuler semestinya tidak dianggap kegiatan yang tak bermakna, karena hal itu juga akan menjadi pendorong tercapainya suatu prestasi. Untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler khususnya olahraga perlu banyak yang dibutuhkan antara lain sarana dan prasarana. Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan (alat/media). Sedangkan prasarana adalah segala yang merupakan terselenggaranya suatu proses usaha, pembangunan, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988).
Selanjutnya, ada beberapa factor penghambat tercapainya prestasi olahraga
khususnya pencak silat yang sering terjadi diberbagai sekolah maupun bangku perkuliahan di antaranya:
1.      Program latihan tidak teratur
2.      Pemberian waktu latihan yang kurang maksimal
3.      Disiplin waktu
4.      Fasilitas yang kurang memadai
5.      Sedikitnya siswa yang hadir saat latihan, tetapi saat menjelang pertandingan atau kompetisi banyak yang hadir.
Faktor penghambat tersebut perlu  diperhatian dan diupayakan sedemikian mungkin supaya siswa yang berbakat dapat mencapai prestasi dengan baik. Perlu dilakukan suatu antisipasi sehingga meminimalisir penghambat kegiatan ekstrakurikuler pencak silat, dan para siswa dapat dengan leluasa mengembangkat bakat dan minatnya khususnya dibidang olahraga pencak silat.
Untuk mengantarkan mahasiswa yang berbakat mencapai prestasi, tentu juga hendaknya ada faktor pendukung. Sebuah dukungan dilakukan dalam rangka demi bakat dan minat yang menjadi potensi siswa. Bakat merupakan dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dan minat adalah kecenderungan hati seseorang terhadap suatu gairah, keinginan (Kamus Besar Indonesia, 1988). Faktor pendukung bakat dan minat siswa itu, supaya mencapai keberhasilan (prestasi), di antara lain:
1.      Dukungan dan dorongan orang tua
2.      Dukungan dan dorongan guru SD
3.      Dukungan dan dorongan temanteman sebayanya
4.      Dukungan dari sekolah terhadap siswa yang berprestasi (mencapai juara)
5.      Motivasi sekolah bagi siswa berprestasi melalui reward (Beasiswa prestasi)
Sebagai upaya, pihak sekolah paling tidak memperhatikan dan mengamati hambatan-hambatan yang ada agar nantinya dapat meningkatkan prestasi pencak silat. minat siswa yang hadir pada saat latihan dan akan menjelang pertandingan, harus diberikan pengertian akan pentingnya berolahraga dan bagaimana pembina
memberikan variasi-variasi latihan agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti latihan, dan memberikan rangsangan (motivasi) berupa beasiswa atau nilai tambah dalam pelajaran.









Daftar Pustaka:
Arifin Zainal, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Lentera
Cendikia, 2008. Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Wendika
Cipta, 2006. Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008. Januarno, Pedoman Pembinaan Latihan Prestasi Olahraga Pencak Silat, Jakarta: Yayasan Setia Hati Terate, 1989.
Engkos Kokasih, Olahraga Tehnik dan Program Latihan, Jakarta: Akademika
Pressindo, 1983. Moch. Saleh, Materi Pokok Beladiri dan Metodik, Jakarta: Karunia, 1986.
M. Atok Iskandar, Pencak Silat, Jakarta: Dirjen Dikti Dep. P dan K, 1992. PERSILAT, Peraturan Pertandingan Pencak Silat Antara Bangsa, Jakarta: Humas PERSILAT, 2000.
Sajoto M, Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam olahraga, Semarang: Dahara Prize, 1998.
Sardjono, Didaktik dan Metodik Senam, Yogyakarta: FKIK- IKIP, 1981.
Suhardjo Untung, Pendidikan Jasmani, Surabaya: Karunia, 1988.
Supartono, Sarana dan Prasarana Olahraga, Surabaya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999/2000.
Yanto Kusyanto, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Bandung: Ganesa Exac, 1999.
Tisnowati Tamat, Pelajaran Dasar Pencak Silat, Jakarta: Miswar, 1982.


























Pencak silat pada dasarnya
adalah bela diri yang
mempunyai empat nilai
sebagai satu kesatuan, yaitu
nilai etis, teknis, estetis dan
atletis. Nilai-nilai tersebut
selain merupakan nilai
pencak silat juga merupakan
corak khas dan keistimewaan
pencak silat yang bersumber
dari budaya masyarakat
rumpun melayu.

Tidak ada komentar: