TUGAS
KELOMPOK
KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER
PENCAK
SILAT
DISUSUSN
OLEH :
RAHMA NINGSI
YULIA IRWINA
BONEWATI
A.
SUKMA INDAH
WENDY NATALIA
SURYANTI ILYAS

FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENCAPAIAN
PRESTASI OLAHRAGA MELALUI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER
PENCAK SILAT
ABSTRAK
Olahraga
dapat dikatakan sebagai kebutuhan hidup untuk mencapai kesehatan jasmani dan
memberi pengaruh baik terhadap perkembangan rohani, sehingga ada efisiensi kerja
alat-alat tubuh, keteraturan peredaran darah, pernafasa dan pencernaan.
Olahraga juga dapat membantu karakteristik masyarakat menjadi lebih baik dalam
hidup, dan membentuk keselarasan jiwa dan raga sehingga mencapai keselarasan
individual-sosial yang mandiri. Dengan demikian, sudah sewajarnya sekolah
mengadakan pembimbinaan kegiatan ekstrakurikuler pencak silat dalam rangka mendukung
minat dan bakat pesertadidik, serta sebagai upaya pelestarian budaya bangsa. Kegiatan
ekstrakurikuler pencak silat yang dilakukan diharapkan dapat mengantarkan pada
perolehan prestasi olahraga yang maksimal. Atas dasar ini, perlu ada pengkajian
ilmiah tentang prestasi olahraga terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler pencak
silat.
Kata Kunci:
ekstrakurikuler, olahraga, pencak silat, prestasi
PENDAHULUAN
Pendidikan
jasmani di sekolah merupakan bagian dari tujuan Pendidikan Nasional, yang mana
pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dari keterampilan dasar
olahraga sehingga prestasi olahraga tidak bisa muncul dari kegiatan olahraga
karena itu diadakan kegiatan ekstrakurikuler olahraga prestasi yang diselenggarakan
di luar jam intra-kurikuler dengan maksud menemukan dan membina bibit-bibit olahragawan
dari tingkat junior.
Prestasi
olahraga adalah puncak penampilan dari seorang olahragawan yang dicapai dalam
suatu pertandingan maupun perlombaan, setelah melalui berbagai macam latihan
maupun uji coba. Prestasi tinggi yang dapat dicapai dalam perlombaan maupun
pertandingan merupakan dambaan setiap atlet. Selain itu, prestasi tinggi dalam olahraga
juga mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia, karena hal itu dapat membangkitkan
rasa kebanggaan nasional. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan olahraga
nasional pada PJPT
telah menitik
beratkan pada peningkatan prestasi.
Dalam
rangka menghadapi era serba kompetitif ini, sudah semestinya bangsa mengembangkan
olahraga tidak hanya sekedar untuk mencapai kesegaran jasmani dan rohani. Olahraga
kita sebagian integral dalam mempererat persatuan dan kesatuan nasional dengan
tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Pembinaan
pendidikan jasmani diarahkan sebagai upaya membentuk jasmani yang sehat dan
mental yang baik, agar dapat dihasilkan manusia yang produktif. Sebagaimana
peribaha mengatakan, “tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”. Sedangkan
pembinaan olahraga, selain untuk kesehatan jasmani, diarahkan untuk memupuk
minat dan bakat para peserta didik (atlet) agar dapat mencapai sebauh prestasi
olahraga optimal. Dengan demikian, pembinaan ol hraga sudah semestinya dimulai
sejak usia dini, yaitu sejak stingkat sekolah dasar. Dan pembinaan olahraga
harus dilaksanakan dengan serius dan juga memperhatikan keseimbangan antara
prestasi keilmuan ilmiah dan prestasi olahraga siswa yangminat dan bakatnya
dibidang olahraga.
Untuk
mengembangkan minat dan bakat olahraga supaya berprestasi, sekolah sekolah
banyak memberikan kegiatan ekstrakurikuler, melalui kegiatan ekstrakurikuler inilah
siswa dapat mengembangkan dan menyalurkan minat bakat dan keterampilannya agar
dapat memiliki loyalitas terhadap sekolahnya dan bias dibanggakan di kemudian
hari. Apabila anak/ siswa itu berprestasi hendaknya dapat disalurkan di
perkumpulan atau klub-klub olahraga sesuai dengan cabangnya masing-masing.
Kegiatan
ekstrakurikuler dibidang olahraga banyak ragam di dalamnya, di
antaranya yang
akan dibahas dalam pembahasan ini kegiatan pencak silat.Pencak silat merupakan
salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang sudah diterapkan di kurikulum pendidikan
nasional termasuk di tingkat sekolah dasar. Karenanya, kegiatan pencak silat
harus menjadi perhatian dan pembinaan yang baik supaya peserta didik benar-benar
dapat diantarkan pada suatu prestasi baik di tingkat lokal, nasional maupun
internasional. Pentingnya pembinaan sejak usia dini adalah supaya siswa benar-benar
mendapatkan ruang untuk bakat dan minatnya, dan sebagai upaya pelestarian
budaya bangsa, serta dapat mencapai prestasi yang gemilang di kemudian hari.
Oleh karena itu, penulis mencoba mengungkap pencapaian prestasi olahraga
melalui kegiatan ekstrakurikuler pencak silat.
Pengertian Prestasi, Olahraga, dan
Pancak Silat
1.
Prestasi
Prestasi
adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar (Sadirman
A.M 2001:46). Sebuah prestasi tidak hadir dengan sendirinya, akan tetapi ada
faktor-faktor pendorong baik dari diri maupun dari sekitar yang mengantarkan
diri mencapainya.
Tabrani
(1991:22) menjelaskan, bahwa prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability)
yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha. Sedangkan W.S Winkel (1996:165)
berpendapat bahwa prestasimerupakan bukti usaha yang telah dicapai. Pengertian dari
dua ahli ini pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu pencapaian keberhasilan
setelah suatu usaha yang kuat dari seseorang. Sebagaimana juga tertera dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186), bahwa prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya)”.
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
merupakan suatu
hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan. Akan tetapi,
yang perlu disadari dan penyadaran terhadap peserta didik yaitu prestasi tidak
selalu identik dengan juara. Walaupun tidak menjadi juara atau meraih kemenangan,
tetapi bila itu dapat memenuhi atau bahkan melampaui target awal maka itu sudah
dapat dikatakan berprestasi.
2.
Olahraga
Kata
“olahraga” dalam bahasa Jawa Kuno tersusun dari Kata “ulah” dan “raga”. Kata
“ulah” memiliki makna perbuatan, laku, atau kegiatan. Sedangkan kata “raga”
bermakna anyaman, rangka, atau wadah (Juynboll, 1923). Olahraga mempunyai pengertian
kata nama benda, kemudian kata olahraga sebagai alih bahasa pada istilah sport.
Bekaitan dengan istilah sport, Rijsdorp (1971:44) mengatakan bahwa sport
mempunyai watak permainan, tapi tidak sama dengan permainan. Permainan
mempunyai makna yang lebih luas daripada sport. Sport dapat dipandang sebagai
bentuk permainan yang mempunyai jenis tersendiri.
Dengan
pengertian itu, olahraga dapat dikatakan sebagai kebutuhan hidup
manusia, sebab
apabila seseorang melakukan olahraga dengan teratur akan membawa pengaruh yang
baik terhadap perkembangan jasmani-nya. Selain dari berguna bagi pertumbuhan
perkembangan jasmani manusia, juga memberi pengaruh kepada perkembangan
rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efesiensi kerja terhadap alat-alat
tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur.
Fritz
E. Simanjuntak (1990:15) menjelaskan bahwa olahraga dapat membantu proses pembentukan
karakteris-tik masyarakat. Lebih lanjut, ia mengutip pendapat Hovard Nixon
bahwa menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika, 90% masyarakat Amerika
setuju bahwa olahraga membina karakteristik masyarakat menjadi lebih baik dan
meningkatkan kualitas hidup manusia.
Sardjono
(1986:27) juga berpendapat, bahwa olahraga mempunyai peranan yang penting dalam
mengembangkan nilai-nilai kesosialan. Adanya nilai-nilai sosial yang positif
dalam olahraga karena dalamnya merupakan mikrokosmos yang menentukanpokok-pokok
dan mencerminkan nilai-nilai sosial.
Keseimbangan
jiwa raga seseorang akan mengantarkan pada keserasian individualsosial yang
segera akan disusul dengan keselarasan total makhluk yang mandiri. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa dalam hal hubungan jiwa-raga sebagai bagian dari problema
susunan kodrat manusia, pemikiran Timur lebih cenderung ke masalah kejiwaan,
sementara pemikiran Barat menekankan pada soal kejasmanian, namun baik di Barat
atau Timur yang ideal ialah yang penuh keseimbangan (Damardjati Supadjar, 1998:
6). Keseimbangan tersebut meliputi kebutuhan jasmani dan ruhani. Olahraga
diperlukan untuk memperkuat badan, dan kebersihan ruhani dalam mengontrol
sekaligus mengarahkan jasmani untuk melakukan aktivitas yang baik dan benar.
Menurut Mahmud (2000:61-62) bahwa antara hati, jiwa, akal, dan ruh pengertiannya
saling berkorelasi, saling bergantian tempat, dan memiliki kemiripan satu sama
lain dalam berbagai hal.
Dengan
demikian, olahraga adalah suatu usaha untuk mendorong, membangkitkan,
mengembangkan dan membina kekuatan jasmaniah maupun rohaniah padasetiap manusia.
Jadi, Olahraga merupakan serangakaian gerak raga yang teratur dan terencana dan
memelihara gerak (mempertahankan hidup) serta meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualiatas hidup). Seperti halnya makan, olahraga merupakan kebutuhan
hidup yang sifatnya priodik. Artinya, olahraga sebagai alat untuk memelihara dan
membina kesehatan yang tidak dapat ditinggalkan. Olahraga adalah alat untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Dengan
olahraga, stuktur Anatomis- Anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas
emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi
dengan lingkungannya, akan
berfungsi dengan
baik dan sehat. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa olahragabegitu sangat
diperlukan oleh setiap diri siswa sebagai manusia (Renstrom & Roux, 1988,
dalam A.S Watson: Children in Sport dalam Bloomfield, Fricker P.A and Fitch, 1992).
Tujuan
olrahraga adalah membentuk manusia Indonesia pancasialis yang fisiknya kuat dan
sehat serta berprestasi tinggi, memiliki kemampuan mental dan keterampilan
kerja yang kritis-kreatif dan sejahtera (Engkos Kosasih, 1983:9). Dengan ini, dapat
dinyatakan bahwa prestasi olahraga adalah suatu pencapaian akhir yang memuaskan
berdasarkan target awal tim atau atlet, dalam lingkup dunia olahraga.
3.
Pencak Silat
Pencak
silat merupakan satu-satunya olahraga yang mengandung nilai seni dan berasal
dari budaya asli bangsa Indonesia, sehingga perlu dilestarikan dengan cara diajarkan
di sekolah-sekolah sejak dari sekolah dasar. Karena itu, pencak silat dianggap
perlu termuat dalam kurikulum pendidikan atau sebagai muatan local. Hal ini
dilakukan selain untuk meningkatkan prestasi juga mempertahankan nilai budaya.
Pencak
silat sebagai bagian dari kebudaya-an bangsa Indonesia berkembang sejalan
dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan
etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak
silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini pencak silat nasional dikenal dengan
wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama.
Pencak
Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari
hasil budi daya turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai
sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat
dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pe-ngembangan yang lebih teratur.
Hanya saja, pencak silat memang hadir sebagai budaya bangsa yang sudah mendarah
di diri bangsa Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka. Pencak silat dikenali
dengan cara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan
sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk
oleh zaman penjajahan di masa lalu yang merupakan hambatan pengembangan, dimana
kini dituntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Pencak silat sebagai
budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam khas maisngmasing daerah,
jumlah perguruan/aliran di segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak
lebih dari 820 perguruan/aliran.
Oleh
karena itu, dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistematis untuk melestarikan
warisan nenek moyang bangsa. Terlebihlebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas
anjuran pemerintah berdasarkan per-timbangan lebih baik Kungfu berada di dalam
IPSI sehingga lebih mudah dalam mengada-kan pengawasan dan pengendalian
terhadapnya, sekaligus me-nasionalisasikan. Padahal, kungfu itu sendiri
bukanlah pencak silat yang sebagaimana dimiliki oleh nenek moyang bangsa
Indonesia.
PB.
IPSI (1994:20) menjelaskan, terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
·
Aspek Mental Spiritual
Pencak
silat membangun dan mengembangkan kepribadian serta karakter mulia seseorang.
Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati
tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat
tertinggi keilmuannya.
·
Aspek Seni Budaya:
Budaya
dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah
Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat yang diiringi
dentuman suara musik dan busana tradisional.
·
Aspek Bela Diri:
Kepercayaan
dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam
pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampu-an teknis
bela diri pencak silat.
·
Aspek Olahraga:
Hal
ini berarti aspek fisik dalam pencak silat sangatlah penting. Pesilat mencoba
menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Sebagai kompetisi dari bagian aspek
olahraga ini meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik
untuk tunggal, ganda atau regu.
Pencak
silat pada dasarnya adalah bela diri yang mempunyai empat nilai sebagaisatu
kesatuan, yaitu nilai etis, teknis, estetis dan atletis. Nilai-nilai tersebut
selain merupakan nilai pencak silat juga merupakan corak khas dan keistimewaan
pencak silat yang bersumber dari budaya masyarakat rumpun melayu.
Berdasarkan
aspek pencak silat tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pencak silat sangatlah
penting untuk dilestarikan terutama di sekolah-sekolah supaya budaya bangsa tidak
hilang begitu saja, dan agar meraih prestasi bagi peserta didik yang memang memiliki
minat dan bakat dibidang olahraga pencak silat.
Bentuk
pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) biasanya berbeda satu sama
lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya
dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Misalnya, silat-silat harimau dan
monyet merupakan contoh dari aliranaliran tersebut. Bahkan, pencak silat
sebagai salah satu tradisi budaya bangsa Indonesia ternyata sudah dikenal manca
Negara termasuk ke Eropa, karena pencak silat memiliki aspek olahraga dan bela
diri yang unik dengan beragam seninya.
Ada
yang berpendapat, bahwa pokok-pokok dari pencak silat sebagai tradisi budaya
bangsa sudah terhilangkan, hal ini dikarena-kan bercampurnya pencak silat dengan
dunia olah raga. Dengan alasan ini, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada
bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat itu sendiri, dan tidak
mengikuti keanggotaan serta peraturan yang ditempuh oleh Pesilat, yang kini
telah menjadi organisasi pengatur pencak silat sedunia.
Organisasi
silat itu, misalnya tahun 1950an, tidak dapat perhatian baik dari berbagai
kalangan pecinta pencak silat tradisional. Pada awalnya tradisi budaya silat bangsa
Indoensia bukan bernama pencak silat, tapi beragam nama sesuai daerah masing-masing.
Kemudian, pengurus organisasi melakukan upaya-upaya seperti diadakannya suatu
seminar dengan menjelaskan bahwa organisasi silat sebagai pengukuhan bagi seni
pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama “pencak silat” sebagai kata
majemuk. Selanjutnya dirumuskanlah pemaknaan pencak silat supaya menjadi nama
yang dapat mewakili seluruh
tradisi silat di
tanah air.
PB.
IPSI bersama BAKIM tahun 1975 memberikan pengertian pancak silat sebagai berikut:
Pencak Silat adalah
hasil budaya manusia
Indonesia untuk
membela/mempertahankan
eksistensi
(kemandirian) dan
integritasnya
(manunggalnya) terhadap
lingkungan hidup/alam
sekitarnya untuk
mencapai keselarasan
hidup guna
meningkatkan iman dan
taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Dari
pengertian ini dapat dinyatakan bahwa pencak silat merupakan hasil budaya bangsa
Indonesia yang memang patut untuk dilestarikan. Pancak silat sebagai hasil budaya
bukan sesuatu yang mengarah pada ke-kerasan, akan tetapi lebih pada seni dan budaya
dalam mempertahan diri ketika ada suatu bahaya yang mengancam. Pencak, dapat
mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan
dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Sedangkan silat mempunyai pengertian
gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni,
guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia
dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung
unsurunsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa pencak silat sudah saatnya go to
school dan disosialisasikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler setiap sekolah.
Pencak silat sebagai kegiatan ekstrakurikuler harus membuat lompatanlompatan pencapaian
prestasi dengan pembinaan dan perhatian yang baik dari berbagai pihak khususnya
pihak sekolah itu sendiri.
Prestasi
Olahraga Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pencak Silat
Di
era globalisasi ini olahraga dapat dijadikan kegiatan untuk mendidik anak didik
agar mengerti tentang hidup yang sportif atau fair play. Pelaksanaan
ekstrakurikuler pencak silat dilakukan diluar jam sekolah tepatnya dan biasanya
bertempat di lapangan lingkungan sekolah. Kegiatan pencak silat merupakan
kegiatan ekstrakurikuler yang tidak mengganggu aktivitas akademika atau
kurikulum pendidikan formal (materi pelajaran formal).
Dalam
olahraga pencak silat terdapat nilai-nilai spirit yang dapat berimplikasi positif
pada kehidupan sosial. Sebagaimana pendapat Engkos Kosasih (1983:1) bahwa partisipasi
yang tinggi dalam olahraga disebabkan karena olahraga dapat memberikan peningkatan
kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang baik dalam lingkungan
persaudaraan dan persahabatan sebagai wujud persatuan yang sehat dan suasana
yang akrab, menuju kehidupan serasi, selaras, dan seimbang dalam mencapai
kebahagiaan hidup yang sejati.
Pencak
silat merupakan cabang olahraga yang cukup banyak dilakukan oleh masyarakat
Indonesia. Sebab, pencak silat sudah diyakini sebagai olahraga hasil budaya bangsa
untuk membela, mempertahankan eksistensi dan integritas diri terhadap lingkungan
hidup dan alam sekitarnya. Dengan demikian, pencak silat mengajarkanpengenalan
diri sebagai makhluk sosial.
Eldon
(1983:45) menjelaskan bahwa adanya nilai-nilai positif dalam olahraga dikarenakan
ia merupakan mikro kosmos yang menentukan pokok pokok dan mencerminkan
nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga, selanjutnya akan
menggambarkan fungsi olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial itu pada akhirnya
akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya sendiri.
Dengan
itu, kegiatan pencak silat selain untuk menyalurkan minat dann bakat dari siswa/siswi,
juga dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya bangsa yang telah
diperjuangkan dengan jerih payah oleh para leluhur bangsa. Dengan alasan ini,
di sekolah dasar juga dikembangkan kegiatan pencak silat sebagai penanaman
sejak dini tentang budaya bangsa, dan sebagai penyaluran potensi alamiah (minat
dan bakat) para siswa agar mencapai prestasi.
Pendidikan
nasional sendiri telah mengakui dan bahkan mengadakan kegiatan nasional yang
diadakan oleh Bakim dan PB. IPSI, yaitu dengan diadakan perlombaan pencak silat
nasional dan internasional. Untuk itu, para siswa yang memiliki bakat dan minat
pada pencak silat, supaya mencapai prestasi, ekstrakurikuler pencak silat perlu
diadakan pembinaan dan perhatian dari pihak sekolah. Perhatian dan pembinaan
yang baik dari pihak sekolah akan berpengaruh besar terhadap prestasi olahraga
khususnya pencak silat. Selain itu, sekolah diharapkan memiliki sarana prasarana
yang memadai, dan motivasi para Pembina kepada siswa agar serius dalam mengikuti
kegiatan ekstra-kurikuler ini, akan juga menentukan pen-capaian suatu prestasi.
Upaya
mengembangkan bakat dan minat para siswa, kegiatan ekstrakurikuler semestinya
tidak dianggap kegiatan yang tak bermakna, karena hal itu juga akan menjadi pendorong
tercapainya suatu prestasi. Untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler khususnya olahraga
perlu banyak yang dibutuhkan antara lain sarana dan prasarana. Sarana merupakan
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau
tujuan (alat/media). Sedangkan prasarana adalah segala yang merupakan terselenggaranya
suatu proses usaha, pembangunan, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1988).
Selanjutnya,
ada beberapa factor penghambat tercapainya prestasi olahraga
khususnya pencak silat yang sering
terjadi diberbagai sekolah maupun bangku perkuliahan di antaranya:
1.
Program latihan tidak teratur
2. Pemberian
waktu latihan yang kurang maksimal
3. Disiplin
waktu
4. Fasilitas
yang kurang memadai
5.
Sedikitnya siswa yang hadir saat latihan,
tetapi saat menjelang pertandingan atau kompetisi banyak yang hadir.
Faktor
penghambat tersebut perlu diperhatian
dan diupayakan sedemikian mungkin supaya siswa yang berbakat dapat mencapai
prestasi dengan baik. Perlu dilakukan suatu antisipasi sehingga meminimalisir
penghambat kegiatan ekstrakurikuler pencak silat, dan para siswa dapat dengan
leluasa mengembangkat bakat dan minatnya khususnya dibidang olahraga pencak
silat.
Untuk
mengantarkan mahasiswa yang berbakat mencapai prestasi, tentu juga hendaknya
ada faktor pendukung. Sebuah dukungan dilakukan dalam rangka demi bakat dan
minat yang menjadi potensi siswa. Bakat merupakan dasar (kepandaian, sifat, dan
pembawaan) yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dan minat adalah kecenderungan hati
seseorang terhadap suatu gairah, keinginan (Kamus Besar Indonesia, 1988). Faktor
pendukung bakat dan minat siswa itu, supaya mencapai keberhasilan (prestasi),
di antara lain:
1.
Dukungan dan dorongan orang tua
2. Dukungan
dan dorongan guru SD
3. Dukungan
dan dorongan temanteman sebayanya
4. Dukungan
dari sekolah terhadap siswa yang berprestasi (mencapai juara)
5.
Motivasi sekolah bagi siswa berprestasi
melalui reward (Beasiswa prestasi)
Sebagai upaya,
pihak sekolah paling tidak memperhatikan dan mengamati hambatan-hambatan yang
ada agar nantinya dapat meningkatkan prestasi pencak silat. minat siswa yang
hadir pada saat latihan dan akan menjelang pertandingan, harus diberikan
pengertian akan pentingnya berolahraga dan bagaimana pembina
memberikan variasi-variasi latihan agar
siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti latihan, dan memberikan rangsangan
(motivasi) berupa beasiswa atau nilai tambah dalam pelajaran.
Daftar Pustaka:
Arifin Zainal, Metodologi Penelitian Pendidikan,
Surabaya: Lentera
Cendikia, 2008. Arikunto Suharsini, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Wendika
Cipta, 2006. Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008. Januarno, Pedoman
Pembinaan Latihan Prestasi Olahraga Pencak Silat, Jakarta: Yayasan
Setia Hati Terate, 1989.
Engkos Kokasih, Olahraga Tehnik dan Program
Latihan, Jakarta: Akademika
Pressindo, 1983. Moch. Saleh, Materi
Pokok Beladiri dan Metodik, Jakarta: Karunia, 1986.
M. Atok Iskandar, Pencak Silat, Jakarta:
Dirjen Dikti Dep. P dan K, 1992. PERSILAT, Peraturan Pertandingan Pencak
Silat Antara Bangsa, Jakarta: Humas PERSILAT, 2000.
Sajoto M, Peningkatan dan Pembinaan Kondisi
Fisik Dalam olahraga, Semarang: Dahara Prize, 1998.
Sardjono, Didaktik dan Metodik Senam,
Yogyakarta: FKIK- IKIP, 1981.
Suhardjo Untung, Pendidikan Jasmani, Surabaya:
Karunia, 1988.
Supartono, Sarana dan Prasarana
Olahraga, Surabaya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999/2000.
Yanto Kusyanto, Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan, Bandung: Ganesa Exac, 1999.
Tisnowati Tamat, Pelajaran Dasar Pencak
Silat, Jakarta: Miswar, 1982.
Pencak silat pada dasarnya
adalah bela diri yang
mempunyai empat nilai
sebagai satu kesatuan, yaitu
nilai etis, teknis, estetis dan
atletis. Nilai-nilai tersebut
selain merupakan nilai
pencak silat juga merupakan
corak khas dan keistimewaan
pencak silat yang bersumber
dari budaya masyarakat
rumpun melayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar