Sabtu, 05 April 2014



TUGAS INDIVIDU
ILMU TERNAK UNGGAS

PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN BULU SERTA TERJADINYA GUGUR BULU (MOLTING)

                                    NAMA           : RAHMA NINGSI
                                    NIM                : I111 12 271
                                    KELAS          : A (GANJIL)


logo-unhas-warna.jpg

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN BULU SERTA TERJADINYA GUGUR BULU (MOLTING)”.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


                                                                        Makassar, 7 Maret 2014


                                                                                                                                                                                                                        PENULIS









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………....       2
DAFTAR ISI……………………………………………………      3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………...       4
A.    Latar Belakang…………………………………......       4
B.     Rumusan Masalah………………………………….       5
C.     Tujuan………………………………………………      5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………….      6
BAB III PEMBAHASAN……..……………………………….      9
BAB IV PENUTUP…………………………………………….     11
A.    Kesimpulan………………………………………….    11
B.     Saran………………………………………………...    11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….      12








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ayam memiliki gen yang mengkode enzim tertentu terkait dengan cahaya, sedangkan mamalia tidak memiliki gen itu. Ayam memiliki gen-gen yang mengkode enzim untuk membentuk pigmen berwarna biru, sedangkan mamalia tidak meiliki gen seperti itu. Lingkup cahaya yang berpengaruh terhadap fisiologis unggas ada empat macam, yaitu photoperiod, intensitas, warna dan sumber cahaya. Photoperiod adalah lama waktu terang dari pencahayaan alami, untuk aktifasi hormon yang ideal 11 – 12 jam. Intensitas adalah kekuatan cahaya yang diberikan pada unggas, umumnya berkisar 5 – 20 lux.
Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh. Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon cahaya yang terdapat pada mata. Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder kelamin. Untuk dapat berproduksi dengan baik, ayam petelur memerlukan ransangan cahaya yang cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate diperlukan ransangan cahaya selama 14-16 jam/hari.
Pencahayaan merupakan parameter penting dari produksi unggas. Pencahayaan merupakan faktor eksogen yang kuat dalam mengontrol banyak proses fisiologis dan perilaku. Pencahayaan mungkin merupakan faktor yang paling kritis dari semua faktor lingkungan bagi unggas. Pencahayaan merupakan keterpaduan dengan penglihatan, termasuk ketajaman visual dan pembedaan warna. Pencahayaan memungkinkan unggas untuk menetapkan keserasian dan mensinkronkan/menyamakan banyak fungsi esensial, termasuk temperatur tubuh dan berbagai langkah metabolis yang mempermudah kegiatan makan dan pencernaan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa fungsi dari pencahayaan?
2.      Bagaimana pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan bulu?
3.      Bagaimana proses terjadinya molting?

1.3  Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui dan lebih memahami bagaimana pengaruh pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan bulu dan terjadinya gugur bulu (molting).














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Fungsi Pencahayaan
Pencahayaan berfungsi untuk membantu memaksimalkan pertambahan berat badan harian. Pencahayaan dalam kandang harus merata keseluruh bagian kandang. Untuk anak ayam, sebaiknya di berikan cahaya terang sebesar 20 lux. Pencahayaan merupakan teknik manajemen yang penting dalam pemeliharaan unggas untuk meningkatkan pertumbuhan dan menekan kematian. Program pencahaayaan yang dimaksud terdiri dari tiga aspek yaitu gelombang cahaya, intensitas cahaya, durasi dan penyebaran cahaya (Sulistiyo, 2011).
Unggas contohnya ayam yang mendapat cahaya 17 sampai 20 jam sehari semalam dengan intensitas sekitar 5 - 10 lux akan memberikan efek performance yang lebih baik dibandingkan dengan 24 jam full mendapat cahaya. Dengan catatan selama 7 hari pertama ayam tetap mendapat cahaya selama 23 jam pada intensitas minimal 20 lux. Teknis praktis program pencahayaan dapat dilakukan dengan kondisi dan ketersediaan peralatan di kandang. namun demikian program pencahayaan ini harus konsisten dilakukan sejak awal masa pemeliharaan. Hal yang lebih penting lainnya adalah peternak harus menyediakan timer otomatis yang disetting sedemikian rupa untuk memudahkan saat menghidupkan dan mematikan lampu (Sulistiyo, 2011).
Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan. Cahaya merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, reproduksi, dan  tingkah laku. Cahaya mengatur ritme harian dan beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu tubuh dan beragam tahapan metabolisme yang terkait dengan pemberian pakan dan pencernaan (Olanrewaju et al., 2006) dalam Nasty (2010).

B.     Tujuan Program Cahaya
      Menurut Hardianti (2011) adapun tujuan program pengaturan pemberian cahaya pada ternak unggas yaitu mengontrol kematangan seksual (seksual maturity) pada pullet, memperoleh produksi yang maksimum pada waktu-waktu tertentu, serta memperlambat proses terjadinya molting (gugur bulu) dll.
            Adapun tujuan program cahaya antara lain (Hardianti,2011):
·         Mencapai berat badan yang optimum
·          Proses molting lebih rendah
·         Diperoleh telur telur yang lebih besar
·         Persentase daya tetas lebih tinggi
·         Persentase fertilitas lebih tinggi
C.     Molting (Gugur Bulu)
Pada ayam ras yang diternakkan oleh peternak untuk produksi telur, proses molting ini lebih lambat terjadinya, dan biasanya terjadi setelah masa produksi yang relative lama. Walaupun demikian diantara individu-individu pada suatu kelompok ayam ras sendiri waktu mulainya dan lama proses molting berlangsung sering berbeda, oleh karena itu proses molting ini dapat juga dipakai sebagai salah satu kriteria untuk seleksi/culling (Banong, 2012).
      Di luar negeri, berdasarkan situasi dan kondisi tertentu terutama berdasarkan pertimbangan ekonomis dengan menggunakan metode tertentu para peternak sering berusaha memperlambat terjadinya molting (program pemberian tambahan cahaya buatan) atau mempercepat sekaligus proses molting terjadi (force molting), kemudian disusul dengan program feeding yang baik untuk mengembalikan lagi kondisi ayam ke kondisi bertelur yang baik (Banong, 2012).
      Molting atau proses gugur bulu adalah suatu proses alami pada semua spesies burung dalam usaha memperbaharui bulu-bulunya. Di daerah temperatur sebagai persiapan untuk pindah tempat pada musim dingin pada ayam-ayam yang masih liar, proses molting ini terjadi setahun sekali dan biasanya tidak ada hubungannya dengan siklus bertelur (Banong, 2012).



























BAB III
PEMBAHASAN

Pengaruh cahaya selama periode Growing adalah pertama-tama cahaya dapat mempengaruhi seksual maturity. Dan peternak melakukan program pengaturan cahaya untuk menunda mulainya produksi telur. Serta pengurangan cahaya selama pertumbuhan dapat dimulai secepatnya kira-kira umur 3 hari untuk mencapai maksimum dimulai pada umur 12 minggu.
Cahaya menuju ke retina , hipotalamus, hipofisa anterior, kelenjar thyroid, tiroksin, pertumbuhan ayam. Lansung mempengaruhi enzim yang berhubungan dengan metabolisme makanan, interaksi dengan ion-ion logam yang merupakan komponen co ensim, dan secara tidak lansung mempengaruhi pengeluaran hormon pertumbuhan (growt hormon = somatropik), hormon yang meransang pertumbuhan secara cepat. 
Mengurangi panjang cahaya perhari selama periode growing akan memperpanjang waktu sehari umur seksual maturity atau memperlambat kematangan seksual. Mengurangi panjang cahaya perhari selama periode growing akan menaikkan jumlah telur yang dihasilkan selama pertengahan periode bertelur pertama. Tetapi tidak banyak menaikkan jumlah telur yang dihasilkan selama seluruh periode bertelur.
Cahaya sangat berpengaruh terhdap pertumbuhan hulu karena bulu tumbuh dari akar bulu (follicle), jika akar bulu sudah terisi oleh bulu maka pangkal bulu ini tidak dapat memproduksi bulu yang baru. Langkah pertama dalam proses molting adalah jatuhnya bulu yang telah ada. Kemudian dari akar bulu akan tumbuh bulu yang baru dan berkembang pada ujung bulu. Menarik bulu secara paksa akan merangsang akar bulu untuk memproduksi bulu yang baru tetapi memotong atau rusaknya bulu dengan pangkal bulu yang masih tertanam pada akar bulu tidak akan membuat bulu baru tumbuh.
Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh.Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon cahaya yang terdapat pada mata.Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder kelamin.
























BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Molting atau proses gugur bulu adalah suatu proses alami pada semua spesies burung dalam usaha memperbaharui bulu-bulunya. Di daerah temperatur sebagai persiapan untuk pindah tempat pada musim dingin pada ayam-ayam yang masih liar, proses molting ini terjadi setahun sekali dan biasanya tidak ada hubungannya dengan siklus bertelur.
B.     Saran
Diharapkan sebelum melakukan proses molting sebaiknya peternak harus memperhatikan kondisi kesehatan dan lingkungan ternak sebelumnya.














DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Molting Mabung Nguraknyulan Pada Burung http://omkicau.com/2009/02/04/a-q-molting-mabung-ngurak-nyulam-pada-burung/ Diakses tanggal 6 Maret 2014 Diakses tanggal 6 Maret 2014
Banong, Sahari. 2012. Manajemen Industri Ayam Ras Petelur. Masagena Press. Makassar.
Hardianti,  2011. Tatalaksana Pengaturan Cahaya. http://hardianti-jamaluddin.blogspot.com/2011/02/tatalaksana-pengaturan-cahaya-pada.html Diakses tanggal 6 Maret 2014
Nasty, F. 2010. Hubungan Cahaya Terhadap Produktivitas Ternak. http://fauzynasty.blogspot.com/2010/10/hubungan-cahaya-terhadap-produktifitas.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2014.








Tidak ada komentar: