TUGAS INDIVIDU
ILMU TERNAK UNGGAS
PENGARUH CAHAYA
TERHADAP PERTUMBUHAN BULU SERTA TERJADINYA GUGUR BULU (MOLTING)
NAMA : RAHMA NINGSI
NIM : I111 12 271
KELAS : A (GANJIL)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENGARUH CAHAYA
TERHADAP PERTUMBUHAN BULU SERTA TERJADINYA GUGUR BULU (MOLTING)”.
Harapan saya semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Makassar,
7 Maret 2014
PENULIS
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR……………………………………….... 2
DAFTAR ISI…………………………………………………… 3
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………... 4
A. Latar
Belakang…………………………………...... 4
B. Rumusan
Masalah…………………………………. 5
C. Tujuan……………………………………………… 5
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA………………………………. 6
BAB
III PEMBAHASAN……..………………………………. 9
BAB
IV PENUTUP……………………………………………. 11
A. Kesimpulan…………………………………………. 11
B. Saran………………………………………………... 11
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ayam memiliki
gen yang mengkode enzim tertentu terkait dengan cahaya, sedangkan mamalia tidak
memiliki gen itu. Ayam memiliki gen-gen yang mengkode enzim untuk membentuk
pigmen berwarna biru, sedangkan mamalia tidak meiliki gen seperti itu. Lingkup
cahaya yang berpengaruh terhadap fisiologis unggas ada empat macam, yaitu
photoperiod, intensitas, warna dan sumber cahaya. Photoperiod adalah lama waktu
terang dari pencahayaan alami, untuk aktifasi hormon yang ideal 11 – 12 jam.
Intensitas adalah kekuatan cahaya yang diberikan pada unggas, umumnya berkisar
5 – 20 lux.
Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah
menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis
tubuh. Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon
cahaya yang terdapat pada mata. Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang
terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton
menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk
berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder
kelamin. Untuk dapat berproduksi dengan baik, ayam petelur memerlukan ransangan
cahaya yang cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate diperlukan
ransangan cahaya selama 14-16 jam/hari.
Pencahayaan merupakan parameter
penting dari produksi unggas. Pencahayaan merupakan faktor eksogen yang kuat
dalam mengontrol banyak proses fisiologis dan perilaku. Pencahayaan mungkin
merupakan faktor yang paling kritis dari semua faktor lingkungan bagi unggas.
Pencahayaan merupakan keterpaduan dengan penglihatan, termasuk ketajaman visual
dan pembedaan warna. Pencahayaan memungkinkan unggas untuk menetapkan
keserasian dan mensinkronkan/menyamakan banyak fungsi esensial, termasuk
temperatur tubuh dan berbagai langkah metabolis yang mempermudah kegiatan makan
dan pencernaan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
fungsi dari pencahayaan?
2. Bagaimana
pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan bulu?
3. Bagaimana
proses terjadinya molting?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
dibuatnya makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui dan lebih memahami
bagaimana pengaruh pengaruh cahaya
terhadap pertumbuhan bulu dan terjadinya gugur bulu (molting).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fungsi Pencahayaan
Pencahayaan berfungsi untuk membantu memaksimalkan
pertambahan berat badan harian. Pencahayaan dalam kandang harus merata
keseluruh bagian kandang. Untuk anak ayam, sebaiknya di berikan cahaya terang
sebesar 20 lux. Pencahayaan merupakan teknik manajemen yang penting dalam
pemeliharaan unggas untuk meningkatkan pertumbuhan dan menekan kematian.
Program pencahaayaan yang dimaksud terdiri dari tiga aspek yaitu gelombang
cahaya, intensitas cahaya, durasi dan penyebaran cahaya (Sulistiyo, 2011).
Unggas contohnya ayam yang mendapat cahaya 17 sampai 20 jam
sehari semalam dengan intensitas sekitar 5 - 10 lux akan memberikan efek
performance yang lebih baik dibandingkan dengan 24 jam full mendapat cahaya.
Dengan catatan selama 7 hari pertama ayam tetap mendapat cahaya selama 23 jam pada
intensitas minimal 20 lux. Teknis praktis program pencahayaan dapat dilakukan
dengan kondisi dan ketersediaan peralatan di kandang. namun demikian program
pencahayaan ini harus konsisten dilakukan sejak awal masa pemeliharaan. Hal yang
lebih penting lainnya adalah peternak harus menyediakan timer otomatis yang
disetting sedemikian rupa untuk memudahkan saat menghidupkan dan mematikan
lampu (Sulistiyo, 2011).
Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan. Cahaya merangsang
pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan,
reproduksi, dan tingkah laku. Cahaya
mengatur ritme harian dan beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu
tubuh dan beragam tahapan metabolisme yang terkait dengan pemberian pakan dan
pencernaan (Olanrewaju et al., 2006) dalam Nasty (2010).
B. Tujuan Program Cahaya
Menurut Hardianti (2011) adapun tujuan
program pengaturan pemberian cahaya pada ternak unggas yaitu mengontrol
kematangan seksual (seksual maturity) pada pullet, memperoleh produksi yang
maksimum pada waktu-waktu tertentu, serta memperlambat proses terjadinya
molting (gugur bulu) dll.
Adapun tujuan program cahaya antara
lain (Hardianti,2011):
·
Mencapai berat badan yang optimum
·
Proses molting lebih rendah
·
Diperoleh telur telur yang lebih besar
·
Persentase daya tetas lebih tinggi
·
Persentase fertilitas lebih tinggi
C. Molting (Gugur Bulu)
Pada ayam ras yang diternakkan oleh
peternak untuk produksi telur, proses molting ini lebih lambat terjadinya, dan
biasanya terjadi setelah masa produksi yang relative lama. Walaupun demikian
diantara individu-individu pada suatu kelompok ayam ras sendiri waktu mulainya
dan lama proses molting berlangsung sering berbeda, oleh karena itu proses
molting ini dapat juga dipakai sebagai salah satu kriteria untuk
seleksi/culling (Banong, 2012).
Di luar negeri,
berdasarkan situasi dan kondisi tertentu terutama berdasarkan pertimbangan
ekonomis dengan menggunakan metode tertentu para peternak sering berusaha
memperlambat terjadinya molting (program pemberian tambahan cahaya buatan) atau
mempercepat sekaligus proses molting terjadi (force molting), kemudian disusul
dengan program feeding yang baik untuk mengembalikan lagi kondisi ayam ke
kondisi bertelur yang baik (Banong, 2012).
Molting atau
proses gugur bulu adalah suatu proses alami pada semua spesies burung dalam
usaha memperbaharui bulu-bulunya. Di daerah temperatur sebagai persiapan untuk
pindah tempat pada musim dingin pada ayam-ayam yang masih liar, proses molting
ini terjadi setahun sekali dan biasanya tidak ada hubungannya dengan siklus
bertelur (Banong, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN
Pengaruh cahaya selama periode Growing adalah pertama-tama
cahaya dapat mempengaruhi seksual maturity. Dan peternak melakukan program
pengaturan cahaya untuk menunda mulainya produksi telur. Serta pengurangan
cahaya selama pertumbuhan dapat dimulai secepatnya kira-kira umur 3 hari untuk
mencapai maksimum dimulai pada umur 12 minggu.
Cahaya menuju ke retina , hipotalamus, hipofisa anterior,
kelenjar thyroid, tiroksin, pertumbuhan ayam. Lansung mempengaruhi enzim yang
berhubungan dengan metabolisme makanan, interaksi dengan ion-ion logam yang
merupakan komponen co ensim, dan secara tidak lansung mempengaruhi pengeluaran hormon
pertumbuhan (growt hormon = somatropik), hormon yang meransang pertumbuhan
secara cepat.
Mengurangi panjang cahaya perhari selama periode growing
akan memperpanjang waktu sehari umur seksual maturity atau memperlambat
kematangan seksual. Mengurangi panjang cahaya perhari selama periode growing
akan menaikkan jumlah telur yang dihasilkan selama pertengahan periode bertelur
pertama. Tetapi tidak banyak menaikkan jumlah telur yang dihasilkan selama
seluruh periode bertelur.
Cahaya sangat
berpengaruh terhdap pertumbuhan hulu karena bulu tumbuh dari akar bulu
(follicle), jika akar bulu sudah terisi oleh bulu maka pangkal bulu ini tidak
dapat memproduksi bulu yang baru. Langkah pertama dalam proses molting adalah
jatuhnya bulu yang telah ada. Kemudian dari akar bulu akan tumbuh bulu yang
baru dan berkembang pada ujung bulu. Menarik bulu secara paksa akan merangsang
akar bulu untuk memproduksi bulu yang baru tetapi memotong atau rusaknya bulu
dengan pangkal bulu yang masih tertanam pada akar bulu tidak akan membuat bulu
baru tumbuh.
Cahaya
(Light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis
yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh.Pada unggas, respon
terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon cahaya yang terdapat pada
mata.Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus
lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang
kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti
reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder kelamin.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Molting
atau proses gugur bulu adalah suatu proses alami pada semua spesies burung
dalam usaha memperbaharui bulu-bulunya. Di daerah temperatur sebagai persiapan
untuk pindah tempat pada musim dingin pada ayam-ayam yang masih liar, proses
molting ini terjadi setahun sekali dan biasanya tidak ada hubungannya dengan
siklus bertelur.
B.
Saran
Diharapkan
sebelum melakukan proses molting sebaiknya peternak harus memperhatikan kondisi
kesehatan dan lingkungan ternak sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Molting Mabung Nguraknyulan Pada Burung http://omkicau.com/2009/02/04/a-q-molting-mabung-ngurak-nyulam-pada-burung/
Diakses
tanggal 6 Maret 2014 Diakses tanggal 6 Maret 2014
Banong, Sahari. 2012. Manajemen Industri Ayam Ras Petelur.
Masagena Press. Makassar.
Hardianti, 2011. Tatalaksana
Pengaturan Cahaya. http://hardianti-jamaluddin.blogspot.com/2011/02/tatalaksana-pengaturan-cahaya-pada.html
Diakses
tanggal 6 Maret 2014
Nasty, F. 2010. Hubungan Cahaya
Terhadap Produktivitas Ternak. http://fauzynasty.blogspot.com/2010/10/hubungan-cahaya-terhadap-produktifitas.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2014.
Sulistiyo, 2011. Intensitas Cahaya untuk Memaksimalkan Pertumbuhan
Ayam Broiler http://broilerku.blogspot.com/2011_10_01_archive.html Diakses tanggal 6 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar